Tuesday 16 December 2014

BUDIDAYA BELUT

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut
suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di
sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil.
Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga
saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.

SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,
Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia
berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya
baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam
atau sebagai pos penampungan.

JENIS

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas       :    Pisces
Subkelas :    Teleostei
Ordo       :     Synbranchoidae
Famili       :    Synbranchidae
Genus     :    Synbranchus
Species   :    Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus
                     albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant
                     (belut kali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut
kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

(img:1758370495974)
                      Belut Sawah

(img:1758381416247)
                     Belut Rawa

(img:1758374896084)
                       Belut Laut
MANFAAT

Manfaat dari budidaya belut adalah:
1)    Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2)    Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3)    Sebagai obat penambah darah.


PERSYARATAN BUDIDAYA
1)      Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan
         geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
         berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
         kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2)      Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh
         dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
         Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3)      Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar
         antara 25-31 derajat C.
4)      Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya
         akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
         Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih
         kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Penyiapan Sarana dan Peralatan

1)    Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan
       antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih
       belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan
       kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-
       masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran
       5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan
       ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2)    Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan
       oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3)    Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran
       belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja
       (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut
       konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2.
       Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya
       50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4)    Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar
       bak tidak perlu diplester.
5)    Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat
       penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6)    Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang,
       sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan
       pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk
       kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan
       merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai
       dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam
       secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan
       demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan
       beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut
       diluncurkan ke dalam kolam.

Media pemeliharaan untuk budidaya belut

Bisa berupa kolam semen, kolam terpal, atau bahkan drum bekas. Yang penting
belut tidak lari keluar media. Ukuran kolam juga disesuaikan dengan ketersediaan
lahan , dan tentunya ini berkaitan pula dengan jumlah bibit belut yang akan ditebar.
Selain itu kolam untuk budidaya belut diupayakan menyerupai habitat aslinya.
Untuk membuat demikian , media pada kolam diisi dengan tanah sawah atau
Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos
( sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang,
pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :
-   Lapisan pertama paling bawahjerami padi setinggi 40 cm
-   Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
-   Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih
     kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatas dapat dijadikan patokannya
-   Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
-   Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos
    setinggi 5 cm
-   Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
-   Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
-   Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
-   Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
-   Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan
    kolam.
Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan
tersebut selama 2 ( Dua ) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi.
Dan setelah 2 ( Dua ) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut
dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

Penyiapan Bibit

1)    Menyiapkan Bibit
       a.   Anak
              belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran
              5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing
              tahapannya selama 2 bulan.
        b.   Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh
              dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
        c.   Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.
              Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm
              dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
              Untuk mengoptimalkan hasil panen dalam budidaya belut diperlukan teknik
              pemilihan bibit yang baik dan tepat, sehingga diperoleh belut berkualitas
              baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih harus
              memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
              -    Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas
                   gigitan,
              -    Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
              -    Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak
                   lemas jika di pegang
              -    Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
              -     Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
        d.   Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor
              pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu
              pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut
              menetas.
              Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar
              1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di
              kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran
              sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan
              calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran
              5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam
              belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.

2)    Perlakuan dan Perawatan Bibit
        Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih
        selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin
        agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik
        lagi apabila di air yang mengalir.

Pemeliharaan Pembesaran
1)    Pemupukan
       Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
        subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik
        utama.
2)    Pemberian Pakan
        Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar
       (belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3)    Pemberian Vaksinasi
4)    Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak
ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

HAMA DAN PENYAKIT

Hama

1)    Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
        kehidupan belut.
2)    Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
       antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
       ikan gabus.
3)    Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang
       hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak
       diserang hama.

Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

1.  Penyakit bintik putih
     Penyakit ini disebabkan oleh jamur lchtyopthirius multifilis
     Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada sirip, tutup insang
     dan permukaan tubuh,  penyakit ini dapat menyerang belut muda atau dewasa
     Pengendalian : penyakit ini merendam belut dalam larutan formalin 200 ppm
                              selama 15 menit, selain itu dapat pula merendam belut dalam air
                              garam 10-15 g/liter air selama 20 menit atau menggunakan
                              methylene blue 1% dalm 4 liter air dengan lamanya perendaman
                              selama 24 jam.

2.  Penyakit trichodiniasis
     Penyakit ini disebabkan oleh Trichodia sp
     Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada bagian kepala dan
     punggung, nafsu makan hilang dan produksi lender bertambah, selain itu belut
     sering menggosok gosokan badannya ke benda benda lain sehingga menimbulkan
      luka sekunder
      Pengobatan :  dengan merendam dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam
                              atau larutan formalin 150-200 ppm selama 15 menit, perendaman
                              juga dapat dilakukan dengan menggunakan malachite green
                              0,1 g/m2 air 3 kali selama 2 minggu

3.   Penyakit lerneasis
      penyakit ini disebabkan cacing jangkar lernea sp, cacing ini menempel pada
      bagian tubuh belut, terutama bagian badan sirip, insang dan mata, belut
      akan mengalami luka hyperameic dan pembengkakan pada bagian tubuh yang
      terserang, serangan sekunder oleh jamur dan bakteri dapat terjadi pada
      luka yang diakibatkan cacing lernea sp
      Pencegah :  dengan menggunakan formalin 25 cc/m2 dan Dylox 20 ppm dengan
                           perendaman selama 15 menit, penyemprotan Dylox, chloroplast,
                           neguvon atau maseton 0,2500,50 ppm di permukaan air kolam
                           dapat mematikan telur, larva serta cacing yang belum menyerang

4.  Penyakit Argulosis (kutu ikan0
     penyakit ini disebabkan oleh kutu ikan Argulus sp, kutu tersebut menempel pada
     belut, biasanya akan menghisap darah dan menimbulkan efek gatal, belut akan
     mengosok gosokan badan ke benda benda disekitarnya sehingga menimbulkan
     luka sekunder, tubuh belut akan menghasilkan lender berlebihan dan bekas
     gigitan  akan bernanah, pada infeksi yang sangat serius belut akan mengalami
     kematian.
     Pengobatan : Belut yang terserang penyakit ini dapat disembuhkan dengan
                            merendamnya dalam larutan KMn)4 10 ppm selama 30 menit,
                            larutan NaCl 1,0-1,5% selama 15 menit, formalin 250 ppm
                            selama 1 jam, ammonium chloride 50 ppm selama 24 jam, atau
                            menggunakan Bromex 0,1-0,2 ppm selama 4 jam.

5.  Penyakit Aphanomyciosis
      Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sprolegnia sp, Achlya sp dan
      Aphanomyces sp
      Jamur jamur ini dapat menyerang belut segala umur, termasuk telurnya, tanda
      tandanya serangan sangat jelas yaitu munculnya benang-benang halus pada
      tubuh belut yang merupakan miselium jamur.
      Belut yang terserang akan berkurang nafsu makannya, sering menggosok
      gosokan badan dan pada akhirnya akan mengalami kematian
      Pengobatan : Belut yang terserang dapat diobati dengan merendamnya dalam
                             larutan Malachite Green 1 ppm selama 1 jam, formalin 100-200
                             ppm selama 1-3 jam, larutan garam dapur 1-1,5% selama
                             1 jam atau larutan asam asetat 5% selama 30-60 detik.

PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1)      Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2)      Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
         (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).

Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,
penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut
dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai
jaringan pemasaran yang luas.

0 komentar:

 
Copyright © . pepaya boyolali - Posts · Comments
Theme Template by pepaya-boyolali · Powered by Blogger