Monday 10 February 2014

MENGGUGAT AJARAN RE-INKARNASI

MENGUGAT KONSEP AJARAN Reinkarnasi


  Saya akan bercerita tentang pemahaman reinkarnasi agar kita menjadi jelas :
"Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru, dengan meninggalkan pakaian lama, begitu pula, sang roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan tua yang tidak berguna lagi" (Bhagavad-gita 2.22)
Srimad-Bhagavatam, tersusun tiga ribu tahun sebelum masa ovid, berisi cerita istimewa berikut yang mengungkapkan prinsip-prinsip reinkarnasi dalam pelaksanaan dengan cara mengesankan. Maharaja Bharata, seorang raja yang mulia dan suci di India, terpaksa menjelma satu kali ke dalam badan sesekor rusa sebelum mencapai bentuk manusia lagi karena ikatan yang sangat keras terhadap seekor rusa.
Maharaja Bharata adalah seorang Maharaja yang bijaksana dan berpengalaman, dan orang dapat berpikir bahwa dia akan memerintah selama beratus-ratus tahun, tetapi pada waktu beliau masih muda, beliau melepaskan ikatan terhadap segala sesuatu : permaisuri, keluarga, dan kerajaan yang luas, lalu dia pergi kehutan. Dengan melakukan demikian, beliau mengikuti nasehat para resi yang mulia dari jaman purbakala, yang menganjurkan supaya orang mempersembahkan bagian terakhir dari hidupnya untuk keinsyafan diri.
Maharaja mengetahui bahwa jabatannya sebagai seorang raja yang besar bukanlah kedudukan yang kekal, karena itu, beliau tidak berusaha duduk di atas tahta kerajaan sampai meninggal. Bagaimanapun juga, badan raja pun akhirnya menjadi abu, debu atau makanan untuk ulat dan binatang yang lain. Tetapi di dalam badan ada roh yang tidak termusnahkan, sang diri yang sejati. Melalui proses Yoga sang diri dapat disadarkan terhadap identitas rohaninya yang sejati. Setelah sang roh menjadi sadar akan identitas rohaninya yang sejati, ia tidak perlu menjalani masa tahanan lagi di dalam badan jasmani.
Maharaja mengerti tujuan hidup yang sejati, yakni membebaskan diri dari peredaran reinkarnasi, karena itu beliau berjalan ke tempat suci bernama pulaha asrama, di kaki pegunungan Himalaya, di sana bekas raja itu tinggal sendirian di hutan di tepi sungai Gandaki. Maharaja tidak memakai pakaian kerajaan lagi melainkan dia hanya memakai pakaian terbuat dari kulit rusa.
Pada suatu hari, Bharata sedang bersemadi dekat tepi sungai, lalu seekor rusa betina datang ke sana untuk minum air. Pada saat rusa betina itu sedang minum air, tiba-tiba ada seekor harimau di hutan dekat tempat itu, mengaum dengan keras. Rusa itu sedang bunting, dan begitu dia dengar takut sekali, untuk kemudian melompat dan berlari dari sungai, seekor anak rusa gugur dari kandungannya jatuh ke dalam air yang mengalir cepat. Rusa betina itu gemetar karena merasa takut dan lemah karena keguguran. Rusa betina itu kemudian masuk goa, dan beberapa waktu kemudian mati. Bharata melihat anak rusa itu terapung di sungai, dan dia merasa kasihan. Bharata mengangkat binatang itu dari air, dan oleh karena dia mengetahui bahwa anak rusa itu tidak mempunyai induk, kemudian dia bawa anak rusa itu ke asramanya. Perbedaan jasmani tidak ada artinya dari segi pandangan seorang rohaniawan yang bijaksana: oleh karena Bharata sudah insyaf akan dirinya, ia melihat semua makhluk hidup dengan pandangan yang sama, dengan mengetahui bahwa roh dan roh yang utama (Tuhan yang mahaesa) berada di dalam badan semua makhluk. Setiap hari ia memberikan rumput segar kepada anak rusa itu sebagai makanan dan berusaha menyenangkan hatinya. Akan tetapi, sesudah beberapa waktu, ikatan kuat terhadap rusa itu mulai timbul didalam hatinya. 
Dia berbaring bersama anak rusa itu, berjalan dengan anak rusa, mandi bersama-sama. Apabila dia ingin masuk hutan untuk mengumpulkan buah, bunga dan akar, dia membawa anak rusa itu bersama dirinya. Karena dia takut bahwa kalau anak rusa itu ditinggalkan, anak rusa itu akan dibunuh oleh anjing, srigala atau harimau.
Bharata senang sekali melihat anak rusa itu melompat dan bermain-main di hutan seperti anak. Kadang-kadang dia membawa anak rusa itu di atas bahunya, hatinya begitu penuh dengan kasih sayang terhadap anak rusa itu sehingga dia memangku rusa itu pada waktu siang, dan pada waktu tidur, rusa itu tidur di atas dadanya, setiap hari dia memeluk rusa itu dan kadang-kadang menciuminya. Dengan demikian, hatinya menjadi terikat terhadap rusa itu dalam kasih sayang.
Akan tetapi, walaupun Bharata menyadari pertimbangan tersebut, dia berfikir dalam hatinya, "karena rusa ini telah berlindung kepada saya, bagaimana mungkin saya alpa akan rusa itu ? walaupun rusa itu mengganggu kehidupan saya , saya tidak dapat mengabaikan dia. Kalau saya acuh terhadap makhluk tak berdaya yang telah berlindung kepada saya, maka itu akan menjadi kesalahan besar"
Pada suatu hari Bharata sedang semedi, dan seperti biasa dia mulai memikirkan si rusa dan tidak berfikir tentang tuhan. Konsentrasinya terputus, dan dia memandang kesana kemari untuk melihat dimana anak rusa, dan dan ketika dia tidak dapat menemukan rusa itu, pikirannya menjadi goyah, bagaikan orang pelit yang telah kehilangan uangnya. Dia bangun dan mencari-cari didaerah sekitar asramanya. Tetapi rusa itu tidak dapat ditemukan dimana-mana.
"Bharata berfikir," kapan rusaku kembali ? apakah dia selamat dari harimau dan binatang lainnya? Kapankah saya akan melihat si rusa sekali lagi mengembara di tamanku dan makan rumput hijau yang segar? Bharata tidak menahan dirinya. karena itu, ia keluar mencari rusa itu. Dengan mengikuti jejak telapak kakinya. Dalam kegilaannya, Bharata mulai bicara dengan dirinya sendiri : "makhluk itu begitu tercinta sehingga saya berpikir seolah-olah saya kehilangan anakku sendiri. Oleh karena demam kerinduan yang membakar di dalam hatiku, saya merasa seolah-olah berada ditengah-tengah kebakaran yang berkobar di hutan, sekarang hatiku berkobar dengan api kedukacitaan"
Bharata sangat bingung mencari rusa yang hilang di jalan-jalan yang berbahaya di hutan, dan tiba-tiba dia jatuh dan mendapat luka parah. Bharata tergeletak di sana pada saat hampir meninggal, dan dia melihat bahwa rusa nya tiba-tiba muncul dan duduk disisinya, menjaga dirinya seperti putra mencintai ayahnya. Demikian, pada saat menemui ajalnya, pikiran sang Raja Bharata berpusat sepenuhnya kepada rusa itu.
Dari Bhagavad-gita kita dapat belajar, keadaan manapun yang di ingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan dicapainya … dalam penjelmaan berikutnya, maharaja Bharata masuk ke dalam tubuh seekor rusa. kebanyakan mahluk hidup tidak mengingat penjelmaannya yang lalu, tettapi oleh karena kemajuan rohani yang telah di capai sang raja dalam penjelmaan sebelumnya, walaupun dia didalam badan seekor rusa, dia dapat mengerti mengapa ia lahir dalam badan itu. Dia mulai menyesal "saya telah meninggalkan keluarga dan kerajaan lalu pergi ke tempat sunyi di hutan untuk bersemadi, dan di tempat itu saya merenungkan tuhan yang menguasai alam semesta. Tetapi oleh karena kebodohan saya,... saya membiarkan pikiran menjadi terikat kepada... anehnya... seekor rusa. Sekarang saya telah menerima badan seperti itu sesuai dengan peraturan. Tiada orang yang dapat selain diriku sendiri.
Bharata sudah mendapat pelajaran yang berharga, karena itu walaupun dia sudah menjadi rusa, dia dapat melanjutkan kemajuannya dalam keinsyafan diri. Dia menjadi lepas dari segala keinginan material. Dia tidak lagi memperdulikan rumput hijau yang enak, ataupun memikirkan panjang tanduknya. Begitu pula, ia meninggalkan pergaulan dengan segala rusa, jantan maupun betina, meninggalkan ibunya dipegunungan kalanjara, tempat lahirnya. Ia kembali ke pulaha-asrama, tempat la telah mempraktekkan semedi didalam penjelmaan yang lalu. Tetapi kali ini dia hati-hati supaya tidak pernah lupa kepada kepribadian tuhan yang maha esa. Ia tinggal dekat asrama orang-orang suci dan resi-resi yang mulia, dan menghindari segala hubungan dengan orang duniawi, hidup dengan sederhana sekali, dan hanya makan daun yang keras dan kering. Pada saat meninggal, Bharata meniggalkan badan rusa, dan dengan suara keras ia mengucapkan doa berikut :
"Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa adalah sumber segala pengetahuan, penguasa seluruh ciptaan, dan roh yang utama didalam hati setiap makhluk hidup".
Dalam penjelmaan berikutnya, maharaja Bharata lahir dalam keluarga seorang Brahmana yang suci dan murni, dan didalam penjelmaann itu dia bernama Jada Bharata. Atas karunia Tuhan, sekali lagi dia dapat ingat kepada penjelmaan-penjelmaan yang lalu...
Ilustrasi di atas saya kutib dari sebuah kitab yang dikarang oleh Om Visnupada, sebagai arahan untuk mengerti apa itu reinkarnasi...
Di dalam diri manusia ada roh pribadi yang abadi, tidak mati. namun bukan berarti kita akan hidup seperti yang digambarkan oleh Om Visnupada, sebab pendapat ini terdapat kelemahan yang akan timbul. Bagaimana hal nya orang yang sudah sampai moksa,... mencapai tuhan... karena baginya tidak akan mengalami reinkarnasi lagi. Jika demikian halnya roh-roh orang yang hidupnya bersih, sebagai resi, pendeta yang tidak terikat oleh alam nafsunya, maka ia akan kembali kepada roh utama ( tuhan yang maha esa), maka jika hal ini terjadi populasi manusia akan berkurang...
Anggaplah pada suatu zaman nabi Adam ada sepuluh orang yang dilahirkan oleh beliau, diantaranya ada yang baik dan ada yang jahat... kalau jumlah yang baik itu ada lima orang maka yang lima lagi akan reinkarnasi... menjadi binatang... atau tergantung kecintaannya kepada materi dia akan menjelma. Dan jika didalam penjelmaannya dia ternyata menginsyafi dirinya akan kesalahan, sebagaimana raja Bharata menginsyafi kesalahannya, maka mereka akan kembali sebagai manusia suci dan akan mati sebagai orang suci yang tidak kembali mengalami reinkarnasi. Artinya lama-kelamaan roh akan habis dikarenakan roh itu kembali kepada roh Utama (Tuhan Yang maha esa).
Ada sebagian orang mengutip Alqur'an untuk mendukung ajaran reinkarnasi yang sekarang lagi semarak, di dalam surat Albaqarah :28
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan di hidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu di kembalikan"
Pada awalnya manusia tidak ada (mati)... lalu Allah menciptakan manusia dari sari / ekstrak alam kemudian menghembuskan roh dari-Nya kedalam tubuh (lihat Al hijir 28-29) dan ia menjadi hidup... didalam rahim... kemudian ia melepaskan dari ikatan alam rahim menuju alam dunia... kemudian ia melepaskan dari ikatan alam dunia... menuju  barzah... kemudian ia melepaskan barzah menuju alam syurga atau neraka, kemudian ia melepaskan kembali menuju Allah Azza wajalla.
Bandingkan dengan pendapat tentang reinkarnasi, didalam ajaran reinkarnasi, jika ia masih terikat oleh kehidupan alam materi, maka ia akan menjalani kehidupan pada apa yang ia pikirkan, misalnya kepada binatang : kuda, tumbuhan, dll. Sebaliknya didalam islam jika manusia terikat oleh alamnya (hubbud dunya - cinta dunia) maka ia akan tertolak kembali kepada Allah,... rohnya tetap pada kesadaran sebagai manusia namun roh yang tersiksa oleh karena tuhan menolaknya,... dan keadaan ini disebut siksa atau kesengsaraan alam barzah (siksan kubur). Ia tidak menjelma menjadi binatang, akan tetapi ia hanya terikat oleh karena masih cinta kepada binatang atau dunia yang dipikirkannya... memang pendapat ini hampir sama, perbedaannya adalah jika pada reinkarnasi terikat kepada dunia akan menimbulkan jelmaan makhluk baru, sedangkan dalam islam keterikatannya kepada alam ,ia akan terhalang menuju tuhannya, namun ia tidak menjelma sebagai alam... kesamaanya adalah keabadian roh,... perbedaan nya roh manusia bagi hindu adalah roh tuhan yang menitis menjelma sebagai manusia.(emanasi), hal ini di idealisasikan kepada Sri Krisna, dimana orang banyak menyembah Sang Krisna sebagai perwujudan tuhan, sebab jika manusia sudah terlepas dari keterikatan pada dunia materi, maka ia adalah tuhan itu sendiri yaitu roh utama , atau sukma kawekas...
Dan itulah kira-kira yang banyak mempengaruhi sufisme di Jawa dan di India yang mengaku Anal Haq ( Akulah kebenaran/ Tuhan).
Demikan uraian saya masalah reinkarnasi,... dan saya mohon maaf kepada saudaraku yang beragama Hindu. Bukan saya mengusik faham yang anda yakini, akan tetapi saya akan menjelaskan kepastian pendapat untuk membedakan agama islam dan hindu... jadi biar tidak simpang siur... islam adalah islam, hindu adalah hindu. Karena saya sadar pengetahuan masalah reinkarnasi banyak tidak dijelaskan oleh ulama kami, padahal di Jawa pengetahuan ini sudah menjadi budaya masyarakat. dengan adanya istilah menitis atau ketitisan roh... 


konsep reinkarnasi dan tumimbal lahir (konsep ajaran budha)

Didalam Paham Buddhisme ada 2 versi untuk menjelaskan tentang Waktu untuk kelahiran kembali ini...
- Versi Theravada mengatakan bahwa seseorang yang meninggal akan segera (tanpa jeda waktu) terlahir kembali di salah satu dari 31 alam kehidupan.
- Versi Mahayana/tantra mengatakan bahwa seseorang yang meninggal tidak langsung ber-tumimbal lahir, tapi ada jeda waktu selama 49 hari untuk menentukan di alam mana dia akan terlahir kembali.

Nah diliteratur Mahayana, digambarkan bahwa tugas Yamaraja (Yam Lo Wang) adalah sebagai Raja Pencabut nyawa yang memutuskan seseorang itu sudah waktunya meninggal atau belum, sekaligus dia yang mengurusi soal persidangan dan menentukan hukuman bagi orang-orang yang jahat/ berkelakuan buruk semasa hidupnya didunia untuk dihukum di salah satu neraka (neraka banyak macamnya), kalau orang itu selama hidupnya banyak melakukan perbuatan baik , maka salah satu Departemen yang memegang buku besar catatan /daftar "kelakuan buruk" manusia itu akan mencoret nama ybs, dan berarti tempatnya bukan di neraka.....

tentu saja kalau udah bicara tentang Neraka, berarti orang tersebut terlahir di alam peta. sehingga berhadapan dengan Yamaraja...

sedangkan pengertian tumimbal lahir dan reinkarnasi
menurut Theravada
Kalau Tumimbal lahir didalam Buddhism, adalah seperti yang saya sebutkan diatas, yaitu : Tidak terjadi suatu perpindahan roh/jiwa/ke dalam jasmani yang baru. Yang terjadi dalam proses kelahiran kembali adalah adanya proses berkesinambungan dari kesadaran (citta) pada kehidupan lampau dengan kesadaran (citta) kehidupan baru yang merupakan suatu aksi-reaksi.

Konsep ini dianut oleh penganut Buddhisme sesuai dengan 3 prinsip dasar hidup dan kehidupan yaitu : Anatta, segala sesuatu adalah "tanpa Inti diri", "roh", "jiwa" atau "batin yang kekal". Anicca, segala sesuatu yang terbentuk dari gabungan beberapa unsur adalah tidak kekal. Dukkha, segala sesuatu yang tidak kekal adalah merupakan penderitaan.

Menurut Mahayana/Tantra
sedangkan konsep Reinkarnasi yaitu :adalah suatu proses kelahiran kembali dimana batin atau "jiwa" yang lama meninggalkan jasmani yang sudah lapuk dan mencari jasmani yang baru.atau singkatnya "Menitis" ke jasmani yang baru.

Jika diumpamakan seperti kita mengganti baju, dimana tubuh kita adalah "jiwa/batin" kita, dan baju sebagai jasmani kita. Setelah baju (jasmani) usang, maka diganti dengan yang baru. Jadi disini hanya batin/"jiwa" yang dikatakan kekal. Konsep Reinkarnasi ini di anut oleh agama Hindu seperti yang dijelaskan dalam salah satu kitab suci agama Hindu yaitu Bhagavad Gita. Dan Buddhisme menolak adanya batin/"jiwa" yang kekal.


Pada dasarnya proses kelahiran kembali di alam semesta itu cuma ada satu proses gak ada menurut ini... menurut itu hanya perbedaan pengertian atau tingkatan dari individu yang menilainya. semuanya sama prosesnya.
menurut TBSN/tantra yaitu reinkarnasi dari roh yang awal memasuki rahim baru setelah meminum air yang diberikan dewi nenek meng di buku Yuli untuk melupakan masa lalunya. memang roh bisa musnah tidak ada yang kekal tapi banyak yang sudah melampaui ribuan bahkan jutaan kehidupan.
Para Rhinpoce atau Tulku di Tibet sendiri bahkan mendapat warisan sutera memasuki rahim. jadi nanti dia dapat memilih mau lahir kemana, setelah memutuskan akan lahir dimana maka ia akan meningggalkan pesan atau tanda-tanda yang akan menunjukkan anak/tempat yang akan menjadi kelahiran kembali dirinya. 




MENGGUGAT AJARAN RE-INKARNASI/TUMIMBAL LAHIR 

EHIPASSIKO! Artinya datang dan lihat sendiri. Benar. Datang dan lihatlah sendiri bahwa meskipun kebanyakan buddhis mengagul-agulkan dirinya LOGIS dan ILMIAH namun faktanya tidak lebih dari tukang kecap belaka. Meskipun gembar-gembor ajarannya telah TERUJI dan terbukti LOGIS dan ILMIAH namun kebanyakan justru dongeng belaka. Tanyakan kepada  sepuluh maka seratus Buddhis akan menjawab, “Tumimbal lahir mustahil reinkarnasi sebab tumimbal lahir adalah ajaran Budha yang logis dan ilmiah sedangkan reinkarnasi adalah ajaran Hindu yang tidak logis apalagi ilmiah.” Dari mana para Buddhis tahu tumimbal lahir MUSTAHIL reinkarnasi? Apakah mereka EHIPASSIKO? Apakah mereka melakukan PENGUJIAN? Mustahil! Mustahil ehipassiko bila tidak tahu bahwa tumimbal lahir (Buddha) dan reinkarnasi (Hindu) diterjemahkan dari kata Pali yang sama yaitu: Punabbhava (lafal: punabawa). Tanyakan kepada seratus maka seribu Budhis akan menjawab, “doktrin tumimbal lahir Agama Budha benar-benar LOGIS dan ILMIAH.” Kerabatku sekalian, mari ehipassiko (datang dan lihat sendiri) untuk membuktikan bahwa doktrin tumimbal lahir selain tidak logis dan ilmiah juga menyangkal ajaran Buddha lainnya.

Kehendak,  O Biku, adalah karma yang Aku katakan! Setelah memunculkan kehendak, seseorang menciptakan karma melalui tubuh, ucapan, dan pikiran. Nibbedhika-sutta
Sesuai dengan benih yang ditabur
Maka itulah buah yang akan dipetik
Pelaku kebajikan akan menuai kebajikan
Pelaku kejahatan akan menuai kejahatan
Taburlah benihnya dan tanamlah dengan baik
Engkau akan menikmati buahnya. Samyutta Nikaya I:227
Para makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, memiliki karma sebagai penyebab kelahiran kembali, sebagai sanak karma, dan terlindung oleh karmanya sendiri. Karma yang membedakan makhluk yang memiliki keadaan hina dan mulia. Majjhima Nikaya III:203
Agama Buddha percaya bahwa makhluk terlahir kembali di salah satu dari enam alam kehidupan: surga, asura, manusia, binatang, hantu, dan neraka. Kata kunci pengertian kelahiran kembali adalah “muncul kembali”, tidak serupa dengan konsep reinkarnasi Hindu yang mempercayai adanya suatu roh kekal yang bertransmigrasi (meninggalkan tubuh lama dan memasuki tubuh baru). Manusia bisa naik ke alam yang lebih tinggi seperti surga atau turun ke alam yang lebih rendah seperti menjadi binatang atau hantu. Seperti halnya listrik dapat termanifestasi dalam bentuk cahaya, panas, gerakan, demikian pula energi karma dapat termanifestasi dalam bentuk dewa, manusia, binatang, atau makhluk lainnya, di mana satu bentuk tak ada kaitan fisik dengan yang lain. Daripada mengatakan bahwa manusia menjadi binatang, lebih tepat mengatakan bahwa energi karma yang termanifestasi dalam wujud manusia dapat termanifestasi dalam bentuk binatang.

Anicca Dukha Anatta. Anicca artinya tidak kekal. Dukha artinya susah hati. Anatta artinya an atma alias an atman alias tidak ada jiwa alias tidak ada PRIBADI. Karena tidak ada JIWA yang KEKAL maka manusia itu ibarat api unggun. Ketika api unggun mati, kayunya atau tubuhnya menjadi debu tanah sedangkan apinya PADAM alias TIDAK ada lagi. Melalui doktrin Aanicca anatta Sidharta meyakini TIDAK ada kehidupan setelah MATI.
Meskipun meyakini doktrin Anicca Dukha Anatta namun umat buddhis juga meyakini tumimbal lahir (Punabbhava) alias reinkarnasi alias dilahirkan kembali (Re birth). Karena menganut doktrin Annata (tidak ada roh; tidak ada pribadi) itu berarti yang dilahirkan kembali mustahil jiwatman (jiwa).  Ketika ditanya APA yang dilahirkan kembali? Umat Buddha pun berlagak pilon. Alih-alih menjawab pertanyaan mereka justru menceritakan PROSES kematian. Mereka bilang, ketika menghadapi kematian, seseorang akan MENGENANG (Bhavanga) perilakunya selama hidup lalu MENYADARI kematiannya sedang terjadi (cuti citta). Ketika kesadaran kematiannya (cuti citta) PADAM maka muncullah kesadaran penerusan alias kesadaran untuk melanjutkan hidup alias kesadaran untuk dilahirkan kembali (Patisandhi Vinnana – Patisandhi citta). Setelah mati maka orang itu pun dilahirkan kembali menjadi makluk sesuai dengan KARMA-nya.
Apa yang dilahirkan kembali? Yang dilahirkan kembali bukan JIWA. Lalu apa yang dilahirkan kembali? Kembali para buddhis berlagak pilon. Alih-alih menjawab pertanyaan mereka justru menjelaskan apa ituu tumimbal lahir dengan berkata, “Tumimbal lahir itu ibarat api lilin yang digunakan untuk menyalakan lilin-lilin lainnya. Api dan lilin yang digunakan untuk menyalakan tidak berpindah. Itu sebabnya tetap menyala. Lilin yang dinyalakan menyala karena kondisi memungkinkannya menyala, bukan karena mendapat warisan api dari lilin yang digunakan untuk menyalakannya.”
Kerabatku sekalian, menggunakan perumpamaan api lilin menyalakan api lilin untuk menjelaskan doktrin tumimbal lahir benar-benar dungu! Kenapa demikian? Karena lilin yang digunakan untuk menyalakan lilin lain tidak mati alias PADAM dulu ketika lilin lain menyala sedangkan orang yang tumimbal lahir mati DULU baru dilahirkan kembali. Menyalakan lilin dengan lilin justru menyangkal doktrin tumimbal lahir. Menyalakan lilin dengan lilin cocok untuk menjelaskan BERANAKCUCU alias berkembang biak. Anaknya lahir namun induknya tetap hidup dan ada.
LAGU lama JUDUL baru. Itulah yang terjadi. Judul lamanya REINKARNASI. Judul barunya adalah TUMIMBAL LAHIR. Namun lagunya tetap sama yaitu setelah MATI maka BAGIAN yang TIDAK BERWUJUD dari makluk pun MENEMPATI cangkang alias tubuh baru alias WUJUD baru. Bagian tak berwujud itu KEKAL sifatnya alias berperibadi dan PENGETAHUANNYA terus berakumulasi. Itu sebabnya diajarkan bahwa Sidharta BERSAKSI bahwa dia MENGINGAT semua WUJUD atau CANGKANG yang pernah DITEMPATINYA. Itulah BUKTI bahwa BAGIAN tidak berwujud Sidharta Gautama sifatnya PRIBADI dan KEKAL alias ADA terus dan TIDAK bercampur dengan PRIBADI orang lain alias UNIK alias the one and only. Sidharta Gautama itu KEKAL dan PRIBADI. Itu sebabnya ketika dilahirkan jadi tokek dan yang lainnya, dia tetap Sidharta Gautama. Bahkan ketika mencapai Nirwana pun dia tetap Sidharta Gautama, bukan Jokowi atau Ahok apalagi Foke. Gamblang dan tegas sekali bukan? Ajaran tumimbal lahir MENYANGKAL doktrin  Anicca (tidak kekal) dan Anatta (tidak ada roh – tidak ada pribadi).
Menurut ajaran tumimbal lahir alias reinkarnasi WUJUD nanti ditentukan oleh wujud kini dan Karma (perilaku kini) serta Bhavanga (kenangan) sebelum mati.
Wujud nanti = Wujud kini + Karma + Kenangan
Suatu makluk PASTI dilahirkan kembali menjadi DINOSAURUS bila KARMA dan BHAWANGA (KB) untuk lahir sebagai dinosaurus TERPENUHI. Makluk yang menanggung Karma dan bhawanga lahir kembali sebagai DINOSAURUS mustahil lahir kembali jadi KECOA atau TOKEK apalagi burung bangkai. Namun saat ini DINOSAURUS tidak ada lagi. Dinosaurus sudah MUSNAH! Dinosaurus sudah PUNAH!
Apabila doktrin tumimbal lahir Buddha memang LOGIS dan ILMIAH maka punahnya dinosaurus diakibatkan oleh tidak ada MAKLUK yang memenuhi Karma Bhavanga lahir sebagai dinosaurus. Andaikata doktrin Tumimbal lahir agama Buddha memang LOGIS dan ILMIAH, itu berarti SUATU saat nanti bila ada MAKLUK yang MEMENUHI syarat lahir sebagai dinosaurus maka DINOSAURUS pun akan ada LAGI di bumi ini.
Dinosaurus sudah MUSNAH. Dinosaurus sudah PUNAH. Tidak ada dinosaurus lagi di bumi ini. Bila demikian, saat ada MAKLUK yang memenuhi Karma Bhavanga lahir kembali sebagai dinosaurus, siapa yang akan MELAHIRKAN dia? Mungkinkah UJUG-UJUG muncul bayi dinosaurus dari ENTAH berentah karena ada MAKLUK yang MATI dan memenuhi Karma  Bhavanga lahir kembali sebagai dinosaurus? Ha ha ha ha ha ha …….
Apabila doktrin anatta (tidak ada roh; tidak ada pribadi) dan anicca (tidak ada yang kekal) serta tumimbal lahir memang BENAR serta LOGIS dan ILMIAH maka REINKARNASI bisa dijelaskan sebagai berikut:
ES itu anicca (tidak kekal). ES itu anatta (tidak ada rohnya). Ketika DIPANASKAN (Karma) maka ES pun tumimbal lahir alias reinkarnasi menjadi AIR. Ketika AIR dipanaskan (Karma) maka tumimbal lahirlah dia menjadi gas. Dan Ketika AIR didinginkan (karma) maka tumimbal lahirlah dia menjadi ES.
Ketika ES tumimbal lahir menjadi AIR, maka ES itu pun TIDAK ada lagi alias PUNAH alias PADAM. Kenapa tidak ada LAGI? Karena SUDAH tumimbal lahir alias reinkarnasi alias MENJELMA menjadi AIR. Karena SELURUH ES tumimbal lahir menjadi AIR.
Apabila ES dikubur lalu membusuk jadi tanah atau dibakar menjadi debu kemudian ada mata AIR menyemburkan AIR mustahil dikatakan bahwa AIR dari mata AIR tersebut adalah REINKARNASI atau tumimbal lahir dari ES yang mati lalu dikubur dan membusuk jadi tanah atau dibakar jadi debu tersebut.  Kenapa demikian? Karena ES yang dikubur itu tumimbal lahir menjadi tanah dan ES yang dibakar itu tumimbal lahir menjadi debu dan baik sebagai TANAH maupun sebagai DEBU, TANAH atau DEBU ES itu masih ada.
Apa yang terjadi ketika si Buddhis MATI? Dia TUMIMBAL lahir sebagai bangkai. Bila dikubur bangkai si Buddhis pelan-pelan tumimbal lahir menjadi menjadi TANAH si Buddhis. Bila dibakar, bangkai si Buddhis tumimbal lahir menjadi DEBU. Bila dibekukan dia tetap BANGKAI. Selama tanah atau debu atau bangkai si Buddhis masih ada MUSTAHIL menyatakan bahwa si Buddhis SUDAH dilahirkan KEMBALI. Hanya orang-orang DUNGU yang percaya DONGENG si Buddhis sudah tumimbal lahir menjadi si UCOK dengan LOGIS dan ILMIAH padahal  tanah atau debu atau bangkai si Buddhis masih utuh apa adanya.
Di bawah ini adalah DONGENG yang digunakan oleh kaum Buddhis untuk membuktikan secara LOGIS dan ILMIAH bahwa ajaran REINKARNASI alias TUMIMBAL LAHIR itu memang BENAR.
KISAH GNANATILLAKA
Gnanatillaka adalah namanya, Ia (wanita) dilahirkan pada 14 Februari 1956 di Kotamale, Sri Lanka (Ceylon). Kasus ini berawal di tahun 1960, Ketika ia berumur 4,5 tahun. Waktu itu ia berkata kepada orang tuanya, “Saya ingin bertemu dengan ayah dan ibu saya” “Kami adalah orang tuamu.” jawab ibunya. “Tidak.” Gnanatillaka bersikeras, “Saya ingin bertemu dengan ibu dan ayah saya yang sesungguhnya. Saya akan memberitahukan kamu dimana mereka tinggal. Tolong antar saya ke sana.”
Gnanatillaka menjelaskan kepada orang tuanya bagaimana menuju rumah dimana orang tuanya yang sesungguhnya tinggal. Rumah itu terletak dekat penampungan teh di Talawakele, sekitar 30 mil dari tempat tinggalnya sekarang.
Kedua orang tua itu mengabaikan cerita gadis kecilnya yang aneh. Setelah berhari-hari berlalu, Gnanatillaka tetap meminta untuk diantar menemui ibu-ayahnya yang sesungguhnya.
Segera berita itu mulai tersebar. Beberapa professor dari Universitas Ceylon dan Bhikkhu Piyadassi Maha Thera juga mengetahui cerita itu. Mereka memutuskan untuk menelitinya. Mereka mendengarkan Gnanatillaka bercerita ketika ia menjadi seorang bocah laki-laki bernama Tilakaratna. Mereka (para peneliti itu) mencatat semua keterangan. Sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Gnanatillaka, mereka bersama-sama dengan Gnanatillaka pergi menuju kerumah yang dijelaskan oleh Gnanatillaka.
Gnanatillaka belum pernah mengunjungi rumah itu di kehidupan yang sekarang, dia juga belum pernah mengunjungi daerah lokasi rumah itu. Juga kedua keluarga itu tidak saling kenal satu sama lain dan tidak saling mengetahui kehidupan masing-masing.
Ketika Gnanatillaka dan para peneliti itu memasuki rumah itu, Gnanatillaka memperkenalkan para professor kepada kedua orang tua dirumah itu. “Ini adalah ayah dan ibu saya yang sebenarnya.” Lalu ia juga mengenalkan adik laki-lakinya dan kakak-kakak perempuannya. Gnanatillaka menyebut nama-nama kecil saudara-saudarinya dengan tepat.
Lalu kedua orang tua Gnanatillaka di kehidupan sebelumnya itu diwawancarai. Mereka menjelaskan sifat dan kebiasaan anak laki-laki mereka yang telah meninggal pada 9 November 1954. Ketika Gnanatillaka melihat bekas adik laki-lakinya dalam kehidupan lampau, ia menolak bertemu atau berbicara dengannya. Kemudian orang tua Gnanatillaka di kehidupan lampau menjelaskan bahwa kedua bersaudara itu selalu berkelahi dan bertengkar. Mungkin Gnanatillaka masih menyimpan dendam dari kehidupannya yang lampau ketika dia menjadi seorang anak laki-laki.
Ketika kepala sekolah setempat mendengar cerita tersebut, ia sendiri datang berkunjung. Ketika kepala sekolah memasuki rumah, Gnanatillaka memperkenalkannya sebagai gurunya.
Gnanatillaka juga dapat mengingat pelajaran-pelajaran dan pekerjaan rumah yang diberikan kepadanya ketika ia menjadi anak laki-laki dikehidupan sebelumnya.
Gnanatillaka juga dapat menunjukkan tempat pemakaman dimana ia dimakamkan di kehidupannya yang terdahulu sebagai seorang anak laki-laki.
Dengan cepat cerita Gnanatillaka tersebar luas. Seorang peneliti spesialis kasus kelahiran kembali, Dr. Ian Stevenson dari Universitas Virginia, terbang dari Amerika ke Ceylon untuk menyelidiki kasus itu. Setelah penyelidikannya, Dr.Ian mengatakan bahwa kasus Gnanatillaka adalah salah satu peristiwa kelahiran kembali yang terbaik, baik segi bukti maupun dari aspek psikologis.
Sebuah buku menarik tentang kasus Gnanatillaka diterbitkan dalam bahasa Sinhala di Ceylon. Buku ini menyajikan foto-foto berserta bukti-bukti dokumentasi yang berhasil dikumpulkan.

NALAR SEHAT Menggugat:
Kerabatku sekalian, haruskah kita berakata, “WOW …..” begitu atas dongeng reinkarnasi tersebut di atas? Ha ha ha ha …… katakan saja, “HOAX!” begitu. Ha ha ha ha ha ha ……
Anak lelaki itu meninggal 9 November 1954 sedangkan Gnanatillaka lahir 14 Februari 1956. Jumlah hari antara hari kematian anak lelaki itu dan hari kelahiran Gnanatillaka adalah 462 hari. Rata-rata manusia dikandung selama 280 hari. Itu berarti ada selisih 192 hari. Pertanyaannya adalah selama 192 hari anak lelaki itu alias Gnanatillaka luntang lantung ke mana? Jangan-jangan dia tumimbal lahir sebagai tokek dulu kayak Sidharta Gautama? Pada hari ke 192 dia dipatok burung bangkai lalu  tumimbal lahir lagi menjadi Gnanatillaka? Ha ha ha ha ha ha …… LOGIS dan ILMIAH? Ha ha ha ha ha ha … FIKSI ILMIAH lah yao! LOGIKA AKAL menggugat: Di dalam diri manusia ada roh pribadi yang abadi .tidak mati, namun bukan berarti kita akan hidup seperti yang digambarkan oleh Om Visnupada, sebab pendapat ini terdapat kelemahan yang akan timbul. Bagaimana hal nya orang yang sudah sampai moksa,... mencapai tuhan... karena baginya tidak akan mengalami reinkarnasi lagi. Jika demikian halnya roh-roh orang yang hidupnya bersih, sebagai resi, pendeta yang tidak terikat oleh alam nafsunya, maka ia akan kembali kepada roh utama ( tuhan yang maha esa), maka jika hal ini terjadi populasi manusia akan berkurang...
Anggaplah pada suatu zaman manusia pertama yg ada dibumi ada sepuluh orang yang dilahirkan oleh beliau, diantaranya ada yang baik dan ada yang jahat... kalau jumlah yang baik itu ada lima orang maka yang lima lagi akan reinkarnasi... menjadi binatang... atau tergantung kecintaannya kepada materi dia akan menjelma. Dan jika didalam penjelmaannya dia ternyata menginsyafi dirinya akan kesalahan, sebagaimana raja Bharata menginsyafi kesalahannya, maka mereka akan kembali sebagai manusia suci dan akan mati sebagai orang suci yang tidak kembali mengalami reinkarnasi. Artinya lama-kelamaan roh akan habis dikarenakan roh itu kembali kepada roh Utama (Tuhan Yang maha esa).


BACA :

- PROSES KEMATIAN, ADA APA SETELAH MATI, ADAKAH SIKSA KUBUR? (kajian alquran) 

- FISIKA QUANTUM, METAFISIKA, SPIRITUALITAS ITU ADALAH DISIPLIN ILMU FISIKA, BUKAN HAYAL MENGKHAYAL atau ADU IMAJINASI

- PERBEDAAN PENENTUAN 1 RAMADHAN dan HARI RAYA (LOGIKA AKAL MENGGUGAT)


0 komentar:

 
Copyright © . pepaya boyolali - Posts · Comments
Theme Template by pepaya-boyolali · Powered by Blogger