Showing posts with label USAHA dan BUDIDAYA PEPAYA. Show all posts
Showing posts with label USAHA dan BUDIDAYA PEPAYA. Show all posts

Tuesday, 16 December 2014

BUDIDAYA CACING TANAH

- 0 komentar
BUDIDAYA CACING TANAH
( Lumbricus sp.) 


Kerajaan:Animalia
Filum:Annelida
Kelas:Clitellata
Ordo:Haplotaxida
Upaordo:Lumbricina


Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang  belakang  (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas  Oligochaeta.  Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae
Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

SENTRA PERIKANAN
Sentra peternakan cacing terbesar terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung, Sumedang dan sekitarnya.

JENIS
Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae dan  Lumbricidae dengan genus  Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.
Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain: Pheretima, Periony  dan  Lumbricus.  Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis  Pheretima  segmennya mencapai 95-150 segmen Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada
segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.
Cacing jenis  Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak

(img:2583971655487) (img:2583972135499)
Pheretima Periony

(img:2583972735514)
Lumbricus

MANFAAT
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:
  1. Bahan Pakan Ternak,  Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
  2. Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
  3. Bahan Baku Kosmetik,  Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.
  4. Makanan Manusia,  Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.

PERSYARATAN LOKASI
  1. Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar.
  2. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.
  3. Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.
  4. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %.
  5. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.
  6. Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

(img:2583976935619)

Penyiapan Sarana dan Peralatan
Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti  bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.
Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka).
Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.

Pembibitan
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.
Pemilihan Bibit Calon Induk,
Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam,
yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan.
Pemeliharaan Bibit Calon Induk,
Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
  1.  
    1. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
    2. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
    3. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
    4. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain.
    5. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

Sistem Pemuliabiakan
Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat
berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

Reproduksi, Perkawinan
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.
Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api.
Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

Pemeliharaan

Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya  dipakai sebagai media.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain :
  • pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender.
  • bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
  • pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.
  • pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
  • bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.

Penggantian Media
Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.

Proses Kelahiran
Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu.
Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.

HAMA DAN PENYAKIT
Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.
Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah.
Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.

PANEN
Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing).
Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya.
Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen.

Gambaran Peluang Agribisnis
Cacing tanah merupakan komoditi ekspor yang belakangan ini mendapat respon yang besar dari para petani ataupun pengusaha. Hal ini disebabkan karena besarnya permintaan pasar internasional dan masih kurangnya produksi cacing tanah. Budidaya cacing tanah dapat memberikan hasil yang besar dengan penanganan yang baik.
[Continue reading...]

BUDIDAYA BELUT

- 0 komentar
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut
suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di
sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil.
Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga
saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.

SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,
Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia
berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya
baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam
atau sebagai pos penampungan.

JENIS

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas       :    Pisces
Subkelas :    Teleostei
Ordo       :     Synbranchoidae
Famili       :    Synbranchidae
Genus     :    Synbranchus
Species   :    Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus
                     albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant
                     (belut kali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut
kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

(img:1758370495974)
                      Belut Sawah

(img:1758381416247)
                     Belut Rawa

(img:1758374896084)
                       Belut Laut
MANFAAT

Manfaat dari budidaya belut adalah:
1)    Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2)    Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3)    Sebagai obat penambah darah.


PERSYARATAN BUDIDAYA
1)      Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan
         geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
         berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
         kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2)      Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh
         dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
         Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3)      Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar
         antara 25-31 derajat C.
4)      Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya
         akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
         Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih
         kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Penyiapan Sarana dan Peralatan

1)    Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan
       antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih
       belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan
       kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-
       masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran
       5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan
       ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2)    Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan
       oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3)    Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran
       belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja
       (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut
       konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2.
       Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya
       50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4)    Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar
       bak tidak perlu diplester.
5)    Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat
       penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6)    Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang,
       sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan
       pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk
       kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan
       merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai
       dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam
       secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan
       demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan
       beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut
       diluncurkan ke dalam kolam.

Media pemeliharaan untuk budidaya belut

Bisa berupa kolam semen, kolam terpal, atau bahkan drum bekas. Yang penting
belut tidak lari keluar media. Ukuran kolam juga disesuaikan dengan ketersediaan
lahan , dan tentunya ini berkaitan pula dengan jumlah bibit belut yang akan ditebar.
Selain itu kolam untuk budidaya belut diupayakan menyerupai habitat aslinya.
Untuk membuat demikian , media pada kolam diisi dengan tanah sawah atau
Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos
( sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang,
pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :
-   Lapisan pertama paling bawahjerami padi setinggi 40 cm
-   Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
-   Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih
     kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatas dapat dijadikan patokannya
-   Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
-   Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos
    setinggi 5 cm
-   Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
-   Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
-   Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
-   Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
-   Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan
    kolam.
Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan
tersebut selama 2 ( Dua ) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi.
Dan setelah 2 ( Dua ) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut
dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

Penyiapan Bibit

1)    Menyiapkan Bibit
       a.   Anak
              belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran
              5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing
              tahapannya selama 2 bulan.
        b.   Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh
              dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
        c.   Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.
              Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm
              dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
              Untuk mengoptimalkan hasil panen dalam budidaya belut diperlukan teknik
              pemilihan bibit yang baik dan tepat, sehingga diperoleh belut berkualitas
              baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih harus
              memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
              -    Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas
                   gigitan,
              -    Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
              -    Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak
                   lemas jika di pegang
              -    Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
              -     Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
        d.   Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor
              pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu
              pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut
              menetas.
              Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar
              1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di
              kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran
              sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan
              calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran
              5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam
              belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.

2)    Perlakuan dan Perawatan Bibit
        Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih
        selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin
        agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik
        lagi apabila di air yang mengalir.

Pemeliharaan Pembesaran
1)    Pemupukan
       Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
        subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik
        utama.
2)    Pemberian Pakan
        Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar
       (belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3)    Pemberian Vaksinasi
4)    Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak
ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

HAMA DAN PENYAKIT

Hama

1)    Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
        kehidupan belut.
2)    Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
       antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
       ikan gabus.
3)    Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang
       hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak
       diserang hama.

Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

1.  Penyakit bintik putih
     Penyakit ini disebabkan oleh jamur lchtyopthirius multifilis
     Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada sirip, tutup insang
     dan permukaan tubuh,  penyakit ini dapat menyerang belut muda atau dewasa
     Pengendalian : penyakit ini merendam belut dalam larutan formalin 200 ppm
                              selama 15 menit, selain itu dapat pula merendam belut dalam air
                              garam 10-15 g/liter air selama 20 menit atau menggunakan
                              methylene blue 1% dalm 4 liter air dengan lamanya perendaman
                              selama 24 jam.

2.  Penyakit trichodiniasis
     Penyakit ini disebabkan oleh Trichodia sp
     Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada bagian kepala dan
     punggung, nafsu makan hilang dan produksi lender bertambah, selain itu belut
     sering menggosok gosokan badannya ke benda benda lain sehingga menimbulkan
      luka sekunder
      Pengobatan :  dengan merendam dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam
                              atau larutan formalin 150-200 ppm selama 15 menit, perendaman
                              juga dapat dilakukan dengan menggunakan malachite green
                              0,1 g/m2 air 3 kali selama 2 minggu

3.   Penyakit lerneasis
      penyakit ini disebabkan cacing jangkar lernea sp, cacing ini menempel pada
      bagian tubuh belut, terutama bagian badan sirip, insang dan mata, belut
      akan mengalami luka hyperameic dan pembengkakan pada bagian tubuh yang
      terserang, serangan sekunder oleh jamur dan bakteri dapat terjadi pada
      luka yang diakibatkan cacing lernea sp
      Pencegah :  dengan menggunakan formalin 25 cc/m2 dan Dylox 20 ppm dengan
                           perendaman selama 15 menit, penyemprotan Dylox, chloroplast,
                           neguvon atau maseton 0,2500,50 ppm di permukaan air kolam
                           dapat mematikan telur, larva serta cacing yang belum menyerang

4.  Penyakit Argulosis (kutu ikan0
     penyakit ini disebabkan oleh kutu ikan Argulus sp, kutu tersebut menempel pada
     belut, biasanya akan menghisap darah dan menimbulkan efek gatal, belut akan
     mengosok gosokan badan ke benda benda disekitarnya sehingga menimbulkan
     luka sekunder, tubuh belut akan menghasilkan lender berlebihan dan bekas
     gigitan  akan bernanah, pada infeksi yang sangat serius belut akan mengalami
     kematian.
     Pengobatan : Belut yang terserang penyakit ini dapat disembuhkan dengan
                            merendamnya dalam larutan KMn)4 10 ppm selama 30 menit,
                            larutan NaCl 1,0-1,5% selama 15 menit, formalin 250 ppm
                            selama 1 jam, ammonium chloride 50 ppm selama 24 jam, atau
                            menggunakan Bromex 0,1-0,2 ppm selama 4 jam.

5.  Penyakit Aphanomyciosis
      Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sprolegnia sp, Achlya sp dan
      Aphanomyces sp
      Jamur jamur ini dapat menyerang belut segala umur, termasuk telurnya, tanda
      tandanya serangan sangat jelas yaitu munculnya benang-benang halus pada
      tubuh belut yang merupakan miselium jamur.
      Belut yang terserang akan berkurang nafsu makannya, sering menggosok
      gosokan badan dan pada akhirnya akan mengalami kematian
      Pengobatan : Belut yang terserang dapat diobati dengan merendamnya dalam
                             larutan Malachite Green 1 ppm selama 1 jam, formalin 100-200
                             ppm selama 1-3 jam, larutan garam dapur 1-1,5% selama
                             1 jam atau larutan asam asetat 5% selama 30-60 detik.

PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1)      Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2)      Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
         (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).

Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,
penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut
dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai
jaringan pemasaran yang luas.
[Continue reading...]

CARA BUDIDAYA JAMUR TIRAM LENGKAP

- 0 komentar
Jamur tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp. Merupakan salah
satu jamur konsumsi yang bernilai tingi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P.ostreatus),
jamur tiram merah muda (P.flabellatus), jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), dan
jamur tiram abalone (P.cystidiosus). Pada dasarnya semua jenis jamur ini
memiliki karateristik yang hampir sama terutama dari segi morfologi, tetapi
secara kasar, warna tubuh buah dapat dibedakan antara jenis yang satu
dengan dengan yang lain terutama dalam keadaan segar.


 Jamur tiram putih (P.ostreatus)


 Jamur tiram merah muda (P.flabellatus)


 Jamur tiram abu-abu (P. sajor caju)


 Jamur tiram abalone (P.cystidiosus)

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
Adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih
hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang
tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal
dengan sebutan King Oyster Mushroom.

Karakteristik
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa
Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur
tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
Cirinya :
-     Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu,
      coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter
      5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.
-    Jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm
      serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
-     Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan
      pegunungan daerah yang sejuk.
-    Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang
      sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena
      jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.
-    Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat
      harus memperhatikan habitat alaminya, media yang umum dipakai untuk
      membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan
      limbah dari penggergajian kayu.



Siklus hidup
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe
perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun
seksual.
-    Reproduksi aseksual jamur,
     reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur
     spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau
     sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk
     dalam konidium.
-    Reproduksi secara seksual,
      Reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
      sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh
      menjadi primodia dewasa.

Kandungan gizi
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical
Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat,
dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan
kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak
dan kalori.
Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium,
karbohidrat,dan protein, untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi,
yaitu sekitar 10,5-30,4%.

Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah :
-      367 kalori,
-      10,5-30,4 % protein,
-      56,6 % karbohidrat,
-      1,7-2,2 % lemak,
-      0.20 mg thiamin,
-      4.7-4.9 mg riboflavin,
-      77,2 mg niacin,
-      314.0 mg kalsium.
-      Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen
       lemak tak jenuh,
-      Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 % sehingga cocok untuk para
       pelaku diet,

Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen
Pertanian  :
-     Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah,berarti dua kali lipat lebih tinggi
      dibandingkan asparagus dan kubis.
-     Jika dihitung berat kering, kandungan proteinnya 10,5-30,4%., sedangkan
       beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%.
-     Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin,
       triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.
-      72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman
       dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun
       gangguan metabolisme lipid lainnya,  28% asam lemak jenuh serta adanya
       semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak.
-     Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D,
       vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2
       (ergosterol).
-      Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan
       Magnesium.
       Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb.
       Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar
       K mencapai 45%.[
-      Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya
       rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.

Manfaat

Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu  :
-      sebagai makanan, menurunkan kolesterol,
-      sebagai antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis
       dan enzim oksidasi.
-      Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda
-      Jamur tiram ini memiliki manfaat kesehatan diantaranya, dapat mengurangi
        kolesterol dan jantung lemah serta beberapa penyakit lainnya.
-      Jamur ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit
        seperti penyakit lever, diabetes, anemia.
-       Selain itu jamur tiram juga dapat bermanfaat sebagai antiviral dan antikanker
        serta menurunkan kadar kolesterol.
-       Di samping itu, jamur tiram juga dipercaya mampu membantu penurunan berat
        badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan.

Proses pertumbuhan :

-   Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak
     pada kantung basidium.
-    Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium
     monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.
-    Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan
     hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk
     hifa dikaryotik.
-   Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C,
     kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka
     tubuh buah akan terbentuk.[8] Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya
     kariogami dan meiosis pada basidium.
-    Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora
     pada basidium.
-    Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang
     jumlahnya banyak (lamela).
-    Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion.
-    Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil
     pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum
     satu nukleus).
-    Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung
     menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya
     tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion).
-    Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan
     meiosis hingga membentuk bakal jamur.
-    Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali
      menjadi bibit induk.

SYARAT TUMBUH

Syarat lingkungan yang dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangan jamur
tiram antara lain ;

1.    Air
        Kandungan air dalam substrak berkisar 60-65%
        Apabila kondisi kering maka pertumbuhan akan terganggu atau berhenti begitu
        pula sebaliknya apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk
        dan mati
        Penyemprotan air dalam ruangan dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan
        kelembaban.
2.     Suhu
        Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara
        60-70%
        Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16 – 22 º C
3.     Kelembaban
         Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium dipertahankan antara
         60-70%
         Kelembaban udara pada pertumbuhan tubuh buah dipertahankan antara
         80-90%
4.      Cahaya
         Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap cahaya matahari secara langsung
         Cahaya yidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat
         dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah.
         Pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya
         Intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Namur sekitar 200 lux
         (10%)
5.      Aerasi
         Dua komponen penting dala udara yang berpengaruh pada pertumbuhan
         jamur yaitu oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Oksigen merupakan
         unsur penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksida menjadi
         karbondioksida.
         Konsentrasi karbondioksida (CO2) yang terelalu banyak dalam kumbung
         menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Di dalam kumbung jamur
         konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
6.     Tingkat Keasaman (pH)
         Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan
         perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu
         rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan
         akan tumbuh jamur lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu
         sendiri, pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.



TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

1.  Pembuatan Kubung
     Kubung adalah bangunan tempat menyimpan bag log sebagai media
     tumbuhnya jamur tiram yang terbuat dari bilik bambu atau tembok permanen.
     Didalamnya tersusun rak-rak tempat media tumbuh/log jamur tiram. Ukuran
     kubung bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki.
     Tujuannya untuk menyimpan bag log sesuai dengan persyaratan tumbuh yang
     dikehendaki jamur tersebut.
     Bag log adalah kantong plastik transparan berisi campuran mediajamur.
     Rak dalam kubung disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
     pemeliharan dan sirkulasi udara terjaga.
     Umumnya jark antara rak ± 75 cm. Jarak didalam rak 60 cm (4 – 5 bag log),
     lebar rak 50 cm, tingi rak maksimal 3 m, panjang disesuaikan dengan kondisi
     ruangan.
     Bag log dapat disusun secara vertikal cocok untuk daerah lebih kering.
     Sedangkan penyusunan secara horizontal untuk daerah dengan kelembaban
     tinggi.
     Antara rak pertama berjarak 20 cm.
     Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kubung berupa tiang
     kaso/bambu, rak-rak, bilik untuk dinding dan atap berupa genteng, asbes atau
     rumbia.
    Jumlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi ruang pemeliharaan dan jumlah
     baglog yang akan dipelihara.
     (img:1699558465710)
                            Kubung


 
2.  Peralatan Dalam Pembuatan Baglog
     a.   Alat Sterilisasi, bisa berupa drum, autoclave maupun boiler (steril bak)
           lengkap dengan kompor.
     b.   Alat Pengadukan, ayakan, cangkul, sekop, ember, selang.
     c.    Alat inokulasi, lampu bunsen, masker, jas lab, spatula/pinset,
            alkohol/spritus, hand Sprayer
     d.    Alat angkot, keranjang
     e.    Alat penyiraman
      f.    Alat Panen

   
3.   Pembuatan Media Tanam
      1.   Pengayakan
            Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring serbuk kayu
            gergaji yang bersar dan kecil/halus sehingga didapatkan serbuk kayu
            gergaji yang halus dan seragam.
            Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan
            tertentu tanpa merusak kantong plastik ( bag log) dan mendapatkan
            tingkat pertumbuhan miselia yang merata.

      2.   Pencampuran
            Pencampuran serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan gips sesuai
            takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata.
            Tujuannya menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi
            pertumbuhan dan perkemangan jamur tiram sampai siap dipanen.
            Media untuk pertumbuhan jamur tiram sebaiknya dibuat
            menyerupai kondisi tempat tumbuhn jamur tiram di alam.
            Prosedur pelaksanaanya anatar lain ;
            -   Serbuk gergaji 100 kg sebagai media tanam
            -   Dedak 15 kg sebagai sumber makanan tambahan bagi pertumbuhan
                jamur
            -   Kapur 2kg dan gips 1 kg untuk mendapatkan pH 6-7 media tanam
                sehingga memperlancar proses pertumbuhan jamur
            -   Serbuk gergaji yg sudah diayak dicampur dengan bekatul, kapur dan
                 gips.
                 Campuran bahan diaduk merata dan ditambahkan air bersih hingga
                 mencapai kadar air 60-65%, dapat ditandai bila dikepal hanya
                 mengeluarkan satu tetes air dan bila dibuka gumpalan serbuk kayu
                 tidak serta merta pecah.
                 Bahan yang telah dicampur bisa dikomposkan 1 hari, 3 hari, 7 hari
                 atau langsung dikantongi.

      3.   Pemeraman
            Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudia menutupnya
            secara  rapat dengan menggunakan plastik selama 1 malam.
            Tujuannya menguraikan senyawa-senayawa kompleks dengan bantuan
            mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan
            mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang ebih sederhana,
            sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan memungkinkan
            pertumbuhan jamur yang lebih baik.

      4.   Pengisian Media ke Kantung Palstik (Bag log)
            Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik polipropile (PP)
            dengan kepadatan tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh maksimal
            dan menghasilkan panen yang optimal.
            Tujuannya menyediakan media tanam bagi bibit jamur.
            Prosedur pelaksanaan pengisian media kekantong plastik (bag log)
            antara lain ;
            -    Campuran serbuk gergaji yang sudah dikompos dimasukan kedalam
                  kantong plastik ukuran 18x30, 20x30, 23 x 35 tergantung selera.
            -    Padatkan campuran dengan menggunakan botol atau alat lain
            -    Ujung plastik disatukan dan dipasang cincin dari potongan paralon/
                 bambu pada bagian leher plastik sehingga bungkusan akan
                 menyerupai botol
         
       5.   Sterilisasi
              Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan
              mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu
              pertumbuhan jamur yang ditanam.
              Tujuannya mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba
              dan jamur lain yang tidak dikendaki. Sterilisasi dilakukan pada suhu 70° C
              selama 5 – 8 jam, sedangkan sterilisasi autoclave membutuhkan waktu
              selama 4 jam, pada suhu 121°C, dengan tekanan 1 atm.
           

                           
        6.   Pendinginan
               Proses pendinginan merupakan suatu upaya menurunan suhu media
               tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan ke dalam
               bag log tidak mati.
               Pendinginan dilakukan 8 – 12 jam sebelum dinokulasi. Temperatur yang
               diinginkan adalah 30 - 35°C. Prosedur pelaksanaannya antara lain :
               -    Keluarkan bag log dari drum yang sudah disterilisasikan
               -    Diamkan dialam ruangan sebelum dilakukan inokulasi (pemberian bibit)
               -    Pendinginan dilakukan hingga temperatur mencapai 30 -35°C

        7.   Inokulasi Bibit (Penanaman Bibit)
               Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari
               biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan.
               Tujuannya adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga
               menghasilkan jamur yang siap panen.
               Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit antara lain ;
               -     Petugas yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci tangan
                     dengan alkohol, dan menggunakan pakaian bersih.
               -    Sterilkan saptula menggunakan alkohol 70% dan dibakar.
               -    Buka sumbatan kapas bag log, buat sedikit lubang pada media tanam
                     dengan menggunakan kayu yang steril yang diruncingkan.
               -    Ambil sedikit bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok teh dan
                     letakkan ke dalam bag log setelah itu sedikit ditekan.
               -    Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas kembali.
               -     Media baglog yang telah dinokulasi dibuat hingga 22 - 28º C untk
                     mempercepat pertumbuhan miselium.

         8.   Inkubasi
                Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkaqn media tanam yang telah
                diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh.
                Tujuanya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia.
                 -     Suhu ruang pertumbuhan miselia jamur antara 28–30 ºC utk
                       mempercepat pertumbuhan miselium
                 -     Media baglog yg telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang inkubasi
                 -     Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam
                        baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari.
                 -     Tutup kubung serapat mungkin sehingga cahaya matahari minimal,
                        kendalikan suhu ruang kubung mencapai 25 – 33oC.

         9.    Pemindahan ke Tempat Budidaya
                 -    Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke kumbung
                      budidaya
                 -    Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan dibuka cincin
                      bambunya agar jamure bisa tumbuh.

       10.    Perawatan
                 -   Baglog yang telah dibuka cincin dirawat dengan melakukan penyiraman
                     secara kabut untuk mempercepat pertumbuhan pinhead jamur
                 -   Hal yang terpenting harus diperhatikan dalam kumbung adalah
                     menjaga suhu dan kelembaban yang dibutuhkan jamur
                 -   Apabila kelembaban kurang, pinhead mati dan jika terlkalu lembab
                     jamur  menjadi basah

        11.    Pemanenan
                 Ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen adalah ;
                 -    Tudung belum keriting
                 -    Warna belum pudar
                 -    Spora belum dilepaskan
                 -    Tekstur masih kokoh dan lentur

                 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
                 -     Panen dilakukan dengan mencabut
                 -     Tanpa menyisakan bagian jamur
                 -     Bersih dan tidak berceceran
                 -     Jamur dipanen setelah 3 hari muncul pinhead, ukuran
                        jamur cukup dan jamur tidak terlalu basah, hal ini akan
                        mempengaruhi harga dipasar
                 -      Baglog yang telah dipanen dibersihkan dari sisa-sisa
                        jamur yang masih menempel pada baglog supaya tidak
                        mengundang hama dan penyakit
                  -    Jamur yang telah dipanen dibersihkan kemudian diwadahi
                        dalam kantong plastik ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg dan siap
                        dipasarkan.

          12.    Penyiraman
                   Penyiraman dilakukan dengan cara penyemprotan atau
                   pengkabutan dengan menggunakan air bersih yang ditujukan
                   pada ruang kubung dan media tumbuh jamur, tujuan untuk
                   menjaga kelembaban kubung.

           13.   Pengendalian hama dan penyakit
                   Penyakit dan hama sering timbul karena kurangnya ketelitian dan
                   kehati-hatian dalam melakukan penanganan produksi salah satunya
                   proses pemeliharaan.
                   Hal tersebut menimbulkan pekerjaan baru karena penyakit dan
                   hama yang menyerang harus segera ditangani. Bagi sebagian orang,
                   cara yang paling mudah untuk mengatasinya adalah dengan
                   menggunakan fungisida, insektisida dan bahan kimia lainnya.
                   Namun, penggunaan bahan-bahan kimia ternyata menimbulkan
                   permasalahan baru, tanaman dalam hal ini jamur tiram menjadi
                   tercemar bahan kimia dan tidak sehat untuk dikonsumsi sehingga
                   dapat menurunkan harga jual. Cara yang paling tepat untuk
                   mengatasi penyakit dan hama adalah dengan metode pencegahan,
                   karena mencegah lebih baik daripada mengobati..
                   Sebelum memahami hal-hal apa saja yang diperlukan dalam
                   pencegahan,  terlebih dahulu diperlukan pengetahuan mengenai
                   bagaimana penyakit dan hama dapat menyebar. Ada 5 cara/media
                   utama yang dapat menyebabkan timbulnya hama dan penyakit :
                   1. Udara
                   2. Air
                   3. Tanah
                   4. Manusia
                   5. Bibit
                   Hama dan penyakit seperti spora jamur pengkontaminasi, bakteri
                   pengganggu, ataupun virus dapat menyebar dengan mudah melalui
                   aliran udara.
                   Bahkan hama serangga dapat menyebar dengan cara terbang melawan
                   aliran udara, demikian pula dengan air, tanah, manusia, dan bibit dapat
                   membawa sumber penyakit yang sama seperti udara.
                   Pengetahuan mengenai sumber timbulnya hama dan penyakit
                   merupakan bagian penting dalam proses pencegahan. Oleh karena itu,
                   kunci pencegahan timbulnya berbagai macam penyakit dan hama
                   adalah dengan menjaga kebersihan dan sanitasi.
                   Ada 5 poin yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan:
                   1. Kelancaran sirkulasi udara
                   2. Kebersihan air
                   3. Pasteurisasi yang sempurna dan steril
                   4. Kebersihan pekerja
                   5. Kebersihan lingkungan baik di dalam maupun di sekitar kumbung

                  Jenis-jenis hama dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan
                  jamur tiram diantaranya serangga, laba-laba, cacing, siput, rayap, jamur
                  parasit dan saprofit, serta bakteri dan virus. Berikut cara
                  pencegahannya :

                 Pencegahan Hama
                 1. Serangga
                     Lalat dan nyamuk merupakan serangga yang banyak terdapat dalam
                     kumbung yang tidak dipelihara dengan baik. Serangga biasanya masuk
                     bersamaan dengan keluar masuknya pekerja, melalui ventilasi, atau
                     melalui lubang-lubang kecil yang tidak terdeteksi. Kondisi yang lembab
                     ditambah dengan aroma substrat/media log sangat disukai serangga-
                     serangga ini yang akhirnya berkembang biak di dalam kumbung.
                     Serangga akan meletakkan telur-telurnya pada media baglog.
                     Setelah menetas, larva-larva yang tumbuh akan memakan miselium
                     dan tubuh buah jamur tiram sehingga batang jamur tiram berlubang-
                     lubang dan pertumbuhan tubuh buah jamur tiram menjadi terganggu
                     (keriput).
                     Setelah memasuki fase dewasa aktif (terbang) Serangga akan
                     berpindah ke media log jamur yang masih sehat dan berkembang
                     biak.
                     Demikian seterusnya sehingga dalam periode tertentu bisa
                     menyebabkan kerusakan yang cukup besar. Selain itu, serangga
                     juga biasa berperan sebagai vektor/pembawa penyakit/virus yang
                     dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Beberapa jenis
                     serangga yang dapat menularkan hama-penyakit pada kumbung
                     jamur diantaranya  
                     *   Licoriella spp   
                     *   Megaselia spp  
                     *   Lepidocyrtus spp
                      Pencegahan terhadap serangan – serangga ini dapat dilakukan
                      dengan cara memasang kawat kasa berukuran kecil pada bagian
                      ventilasi dan memasang plastik bening pada bagian luar pintu untuk
                      membiaskan cahaya sehingga serangga cenderung menghindar dan
                      menjauh dari kumbung. Bila upaya ini masih kurang, maka dapat
                      dilakukan upaya pengendalian serangga dengan cara memasang
                      perangkap serangga di dalam kumbung berupa lem yang dioleskan
                      secara merata pada lembaran kertas/plastik berwarna kuning.
                  2. Laba-laba
                      Laba-laba dapat memakan miselium dan tubuh buah jamur tiram.
                      Selain itu, laba-laba juga dapat menyebarkan spora jamur
                      pengganggu.
                      Pencegahan dapat dilakukan dengan menebarkan serbuk kapur pada
                      permukaan lantai dan dinding kumbung. Jika terdapat sarang
                      laba-laba (biasanya terdapat di sela-sela baglog) maka harus segera
                      dimusnahkan.
                  3. Cacing
                       Hama cacing ini biasanya memakan miselium sehingga dapat
                       mengakibatkan jamur tidak tumbuh sama sekali/gagal tumbuh.
                       Hama cacing sangat kecil (±1 mm) dan dapat berkembang biak
                       dengan cepat.
                       Pencegahan hama cacing dapat dilakukan melakukan proses sterilisasi
                       dengan sempurna sehingga telur-telur cacing mati.
                   4. Siput
                        Ruang kumbung yang tidak bersih dan lantai kumbung yang kotor
                        dan becek seringkali mengundang kedatangan siput.
                        Siput akan memakan tubuh buah jamur tiram yang baru tumbuh
                        sehingga pertumbuhan jamur tiram menjadi tidak optimal/rusak.
                        Salah satu cara alami untuk mencegah ataupun mengatasi serangan
                        siput ialah dengan menyemprot lantai kumbung dan rak dengan
                        ekstrak jarak pagar.
                    5. Rayap
                        Mendeteksi kehadiran rayap relatif sulit dilakukan.
                        Biasanya kita baru menyadari kehadiran rayap setelah melihat
                        kerusakan yang ditimbulkannya. Rayap memakan zat yang
                        terkandung di dalam kayu yaitu selulosa.
                        Zat ini juga terdapat dalam media baglog jamur tiram sehingga
                        kemungkinan kerusakan baglog juga cukup besar.
                        Cara sederhana ialah dengan menyemprotkan zat kimia anti rayap.
                        Cara alami yang bisa diupayakan yaitu dengan menggunakan ekstrak
                        sereh yang disemprotkan ke bagian tanah atau bagian kumbung
                        yang terkena serangan.

                    Pencegahan Penyakit
                    Penyakit pada jamur tiram biasanya disebabkan oleh fungi, kapang,
                    bakteri ataupun virus. Jamur tiram atau baglog yang terserang
                    penyakit  biasanya ditandai dengan timbulnya noda-noda berwarna,
                    berlendir, atau kerusakan fisik tubuh buah jamur tiram sehingga tidak
                    dapat dipanen.
                    Secara umum, timbulnya penyakit pada jamur ini disebabkan karena
                    kurang sterilnya proses produksi mulai dari pembibitan hingga inkubasi.

                   Beberapa jenis penyakit yang umum terdapat pada jamur tiram
                   diantaranya :

                  1. Trichoderma spp
                      Trichoderma dapat menyebar melalui udara atau terbawa oleh
                       pekerja.
                       Ciri-ciri kontaminasi yang disebabkan oleh jamur ini adalah timbulnya
                       bintik bintik atau noda hijau pada media baglog jamur tiram sehingga
                       pertumbuhan miselium jamur tiram menjadi terhambat.  
                       Trichoderma biasanya banyak terdapat pada media log jamur yang
                       telah mati atau pada permukaan tanah. Cara mengatasi masalah ini
                       adalah dengan segera membuang media log jamur tiram yang telah
                       terkontaminasi.
                      Sedangkan pencegahannya dapat dilakukan dengan melakukan
                      sterilisasi/desinfektasi tenaga kerja dan peralatan yang digunakan
                      untuk perawatan kumbung.

                  2. Mucor spp.
                       Kontaminasi Mucor ditandai dengan timbulnya noda hitam pada
                       permukaan media baglog. Kontaminasi ini menyebabkan adanya
                       persaingan pertumbuhan Mucor dengan miselium jamur tiram.
                       Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah susunan
                       baglog jamur dan mengatur /menurunkan suhu ruangan dengan
                       membuka dan mengatur sirkulasi udara.

                  3. Neurospora spp
                       Neurospora dapat menghambat pertumbuhan miselium dan tubuh
                       buah, Neurospora menimbulkan tepung “orange” pada permukaan
                       kapas penyumbat baglog. Pencegahan dilakukan dengan melakukan
                       sterilisasi media baglog dengan sempurna dan mengurangi jumlah
                       susunan baglog jamur tiram.

                   4. Penicillium spp
                        Kontaminasi Penicillium ditandai dengan tumbuhnya miselium
                        berwarna coklat /merah tua. Pencegahan dapat dilakukan dengan
                        cara menjaga kebersihan ruang inkubasi. Sedangkan untuk
                        mengatasi agar serangan Penicillium tidak menyebar adalah
                        dengan membuang media baglog yang terkontaminasi.

            14.   Pengaturan Suhu Ruangan
                     Membuka dan menutup pintu dan jendela (ventilasi) kubung dan
                     untuk mengatur suhu dan kelembaban agar sesuai dengan
                     kebutuhan yang ditentukan.
                     Tujuanya untuk mendapatkan pertumbuhan jamaur yang optimal.
                     Agar pertumbuhan jamur optimal diperlukan suhu ruangan dalam
                     kubung 28 - 30°C dan kelembaban sebesar 50 -60% pada saat
                     inkubasi.
                     Sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah sampai panen
                     berkisar antara 22 -28 °C dengan kelembaban 90 – 95%. Apabila
                     kelembaban kurang, maka substrat tanaman akan mengering.

            15.    Penanganan Pasca Panen
                      -    Jamur tiram kebanyakan dijual secara curah dalam bentuk segar
                            sehingga mempunyai kelemahan tidak tahan lama disimpan
                      -     Dijual dengan cara dipak ke supermarket, hotel dan restauran
                      -     Diolah menjadi makanan yang mempunyai nilai tambah lebih
                            seperti dalam bentuk pepes jamur, sate jamur, sop jamur,
                            tumis jamur, dendeng jamur, jamur lapis tepung, kripik jamur,
                            abon jamur, pangsit jamur, dll.


BEBERAPA METODE BUDIDAYA JAMUR TIRAM LAINNYA

Media tanam dan komposisi
Media tanam Pleurotus ostreatus yang digunakan adalah :
-   jerami yang dicampurdengan air,
-   dedak 10%
-   kapur 1%.

*    Fungsi dari jerami adalah sebagai bahan dasar dari pertumbuhan jamur,jerami
      mengandung lignin, selulosa, karbohidrat, dan serat yang dapat didegradasi
      oleh jamur menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk sintesis
      protein.
*    Air pada jerami berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi
      pertunbuhan jamur.
*    Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam  
      Pleurotus ostreatus.
*    Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam,
      terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen
*    Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur, selain itu juga kapur
      berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur.

Media lain
Selain jerami, media lain yang dapat digunakan seperti media serbuk gergaji yang
mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami padi, media
limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, gabah padi,
dan lain sebagainya, tetapi tetap saja pertumbuhan yang paling baik ada di media
serbuk gergaji dan merang.
Penyebabnya adalah karena jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk
gergaji dan merang memang lebih tinggi, sebagai contohnya dalam pembuatan
media jerami padi, bahan-bahan yang digunakan adalah 15-20% jerami padi,
2.5% bekatul kaya karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa
mempercepat pertumbuhan
dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur, 1-1.5% kalsium karbonat atau
kapur  menetralkan media sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8 – 7,0).
Selain itu, kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang / akar jamur
agar tidak mudah rontok. 0.5% gips dapat memperkokoh struktus suatu bahan
campuran, dan terakhir 0.25% pupuk TS sebagai nutrisi.

Contoh Metode Budidaya

1.   Budi daya jamur tiram menggunakan substrat jerami
      Dengan tahapan sebagai berikut:
      -     Pembuatan media tanam dilakukan dengan memotong jerami menjadi
            berukuran 1-2 cm.
      -     Rendam jeraminya selama semalaman.
      -     Setelah itu, ditiriskan airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur
            1%  sebagai zat hara pertumbuhan jamur.
      -     Semua bahan diaduk rata dan campuran bahan tadi dimasukkan ke dalam
            plastik yang tahan panas hingga terisi 2/3 bagian.
      -     Kemudian dipadatkan (dipukul-pukul dengan botol kaca).
      -     Setelah cukup padat, leher plastik bagian atas dimasukkan pipa paralon
            dan dibagian tengah media subtrat diberi lubang dan ditancapkan tips.
      -     Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat dilapisi dengan
            kertas dan diikat dengan karet.
      -     Media tersebut disterilisasi pada 121˚C selama 20 menit di dalam autoklaf
            untuk  memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang tumbuh yang
            mungkin  akan mengganggu pertumbuhan jamur.
      -     Setelah steril, media substrat dibuka secara aseptis, lalu tips di tengah
            -tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril.
      -     Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan
            pada biji sorgum pada botol (aseptis).
      -     Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas
      -     Media substrat diinkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu hingga
            tumbuh miselium.
      -     Setelah tumbuh miselium, kapas pada media dibuang dan media dibiarkan
            terbuka.
      -     Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur agar kondisi
             sekitar lembab dan mendukung pertumbuhannya.
      -     Tubuh buah jamur akan tumbuh secara perlahan-lahan ketika media
             lembab dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.
      -     Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil dan ditimbang.


2.  Dr. Etty Sumiati, APU dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang,
      Bandung

     Pada tahapan membuat media bibit induk ada 10 langkah yang perlu dilakukan.

      -      Pertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk
             gergajian albusia  (SKG) ditambah biji millet 1 (42%): 1 (42%).
      -      Kedua,  bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan
             pressure cooker atau panci. Langkah
      -      Ketiga, bahan baku tersebut ditiriskan dengan ayakan,  Tambahkan 1 %
             kapur (Ca Cl3)/ , 1% gypsum (Ca S04), Vitamin B kompleks (sangat sedikit)
             dan atau 15 % bekatul.
             Kadar air: 45-60 persen dengan penambahan air sedikit dan pH 7.
      -      Keempat, bahan baku tersebut lalu distribusikan ke dalam baglog
             polipropilen  atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Per botol
             diisi 50-60 persen media bibit,  disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas
             koran/alluminium foil.
      -      Kelima, sterilisasi dalam  autoclav selama 2 jam atau pasteurisasi 8 jam
             pada hari itu juga. Temperatur autoclave 121° C, tekanan 1 lb, selama
             2 jam.Temperatur pasteurisasi 95°C.
      -      Keenam, lakukan inokulasi dengan  Laminar flow  satu hari kemudian.
             Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit
             asal biakan mumi pada  media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per
             botol bibit).
      -      Ketujuh, inkubas  perrtumbuhan miselium 15-21 hari), pada ruang inkubasi/
             inkubator, suhu 22-28 °C.
      -      Kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga
             tiga kali.
             Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur merata dan cepat
             serta media bibit  tidak menggumpal/ mengeras.
       -     Kesembilan, bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri  pertumbuhan
             miselium jamur kompak dan merata.
       -     Kesepuluh, jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit
             sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2.
             Bibit ini bisa disimpan dalam lemari pendingin (0°C) selama 1tahun, bila tidak
             akan segera digunakan.

       Tahapan selanjutnya adalah memproduksi jamur tiram (Pleurotus spp).
       Dalam tahapan  ini juga ada 10 langkah.
       -     Pertama, siapkan  serbuk kayu gergajian albasia.
             Rendam  selama 0-12 jam (bergantung pada  spesies/strain serbuk kayu
             yang digunakan).
       -     Kedua, tiriskan sampai tidak ada air,  pada hari itu juga, dengan
             menggunakan saringan kawat atau ayakan kawat.
       -     Ketiga, membuat subtrat/ media  tumbuh, pada hari itu juga.
             Tambahkan 5-15  % bekatul atau polar (bergantung pada  spesies/strain
             %yang digunakan), 2%kapur (Ca Cl3), 2 % gypsum (CaSO4)
             dan air bersih, diaduk merata, kadar air substrat 65 persen, pH 7.
       -     Keempat, distribusikan ke dalam baglog polipropilen,  pada hari itu juga.
             Padatkan dalam wadah tersebut, beri lubang bagian tengah, dipasang
             mulut cincin pralon, kemudian ditutup dengan kapas/ kertas minyak.
       -     Kelima , sterilisasi/pasteurisasi, satu hari kemudian. Simpan dalam kamar
             uap  atau kukus dalam drum dengan suhu media di dalam baglog 95-120
             0 C selama 1-3 kali 8 jam bergantung pada jumlah substrat yang akan
             dipasteurisasi.
        -    Keenam, inokulasi  substrat dengan spawn di ruang inokulasi.
              Setelah suhu baglog subtrat turun sampai suhu  kamar, inokulasikan bibit
              pada substrat dalam laminar flow. Bibit 10-15 g/kg subtrat.
        -     Ketujuh,   inkubasi baglog substrat (pertumbuhan miselium 15-30 hari).
              Rumah  jamur/kubung/ruang inkubasi dijaga tetap kering dan bersih,
              suhu 22-28°C tanpa cahaya.
        -      Kedelapan, baglog substrat dibuka, cincin dibuka (7-15 hari kemudian).
              Cara  membuka berbeda-beda, tergantung jenis jamur kayu yang
              digunakan.
        -     Kesembilan, baglog disusun di rak dalam rumah jamur (pertumbuhan
              jamur 10-15 hari  kemudian, tumbuh pin head/bakal tubuh buah).
              Bakal tubuh buah tersebut disiram air bersih  agar jamur tumbuh.
              Untuk jamur tiram, yang disiram rumah jamurnya.
              Untuk jamur kuping  penyiraman langsung pada substrat sampai
              basah kuyup.
              Suhu rumah jamur 16-22°C RH :  80-90 persen.
        -     Kesepuluh, panen jamur tiram/jamur kuping. Panen kurang dari 9
               kali dalam  waktu kurang dari 1,5 bulan tergantung cara
               pemeliharaan/penyiraman jamur dan kebersihan  kubung.
               Atau bisa panen 2-5 kali seminggu.
[Continue reading...]
 
Copyright © . pepaya boyolali - Posts · Comments
Theme Template by pepaya-boyolali · Powered by Blogger