Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut
suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di
sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil.
Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga
saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,
Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia
berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya
baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam
atau sebagai pos penampungan.
JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus
albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant
(belut kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut
kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
(img:1758370495974)
Belut Sawah
(img:1758381416247)
Belut Rawa
(img:1758374896084)
Belut Laut
MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
PERSYARATAN BUDIDAYA
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan
geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar
antara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya
akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih
kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan
antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih
belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan
kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-
masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran
5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan
ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan
oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran
belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja
(ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut
konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2.
Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya
50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar
bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat
penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang,
sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan
pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk
kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan
merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai
dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam
secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan
demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan
beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut
diluncurkan ke dalam kolam.
Media pemeliharaan untuk budidaya belut
Bisa berupa kolam semen, kolam terpal, atau bahkan drum bekas. Yang penting
belut tidak lari keluar media. Ukuran kolam juga disesuaikan dengan ketersediaan
lahan , dan tentunya ini berkaitan pula dengan jumlah bibit belut yang akan ditebar.
Selain itu kolam untuk budidaya belut diupayakan menyerupai habitat aslinya.
Untuk membuat demikian , media pada kolam diisi dengan tanah sawah atau
Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos
( sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang,
pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :
- Lapisan pertama paling bawahjerami padi setinggi 40 cm
- Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
- Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih
kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatas dapat dijadikan patokannya
- Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos
setinggi 5 cm
- Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
- Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
- Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
- Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan
kolam.
Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan
tersebut selama 2 ( Dua ) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi.
Dan setelah 2 ( Dua ) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut
dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.
Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a. Anak
belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran
5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing
tahapannya selama 2 bulan.
b. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh
dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.
Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm
dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
Untuk mengoptimalkan hasil panen dalam budidaya belut diperlukan teknik
pemilihan bibit yang baik dan tepat, sehingga diperoleh belut berkualitas
baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas
gigitan,
- Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
- Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak
lemas jika di pegang
- Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
- Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor
pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu
pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut
menetas.
Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar
1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di
kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran
sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan
calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran
5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam
belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih
selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin
agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik
lagi apabila di air yang mengalir.
Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik
utama.
2) Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar
(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak
ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
ikan gabus.
3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang
hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak
diserang hama.
Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
1. Penyakit bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh jamur lchtyopthirius multifilis
Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada sirip, tutup insang
dan permukaan tubuh, penyakit ini dapat menyerang belut muda atau dewasa
Pengendalian : penyakit ini merendam belut dalam larutan formalin 200 ppm
selama 15 menit, selain itu dapat pula merendam belut dalam air
garam 10-15 g/liter air selama 20 menit atau menggunakan
methylene blue 1% dalm 4 liter air dengan lamanya perendaman
selama 24 jam.
2. Penyakit trichodiniasis
Penyakit ini disebabkan oleh Trichodia sp
Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada bagian kepala dan
punggung, nafsu makan hilang dan produksi lender bertambah, selain itu belut
sering menggosok gosokan badannya ke benda benda lain sehingga menimbulkan
luka sekunder
Pengobatan : dengan merendam dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam
atau larutan formalin 150-200 ppm selama 15 menit, perendaman
juga dapat dilakukan dengan menggunakan malachite green
0,1 g/m2 air 3 kali selama 2 minggu
3. Penyakit lerneasis
penyakit ini disebabkan cacing jangkar lernea sp, cacing ini menempel pada
bagian tubuh belut, terutama bagian badan sirip, insang dan mata, belut
akan mengalami luka hyperameic dan pembengkakan pada bagian tubuh yang
terserang, serangan sekunder oleh jamur dan bakteri dapat terjadi pada
luka yang diakibatkan cacing lernea sp
Pencegah : dengan menggunakan formalin 25 cc/m2 dan Dylox 20 ppm dengan
perendaman selama 15 menit, penyemprotan Dylox, chloroplast,
neguvon atau maseton 0,2500,50 ppm di permukaan air kolam
dapat mematikan telur, larva serta cacing yang belum menyerang
4. Penyakit Argulosis (kutu ikan0
penyakit ini disebabkan oleh kutu ikan Argulus sp, kutu tersebut menempel pada
belut, biasanya akan menghisap darah dan menimbulkan efek gatal, belut akan
mengosok gosokan badan ke benda benda disekitarnya sehingga menimbulkan
luka sekunder, tubuh belut akan menghasilkan lender berlebihan dan bekas
gigitan akan bernanah, pada infeksi yang sangat serius belut akan mengalami
kematian.
Pengobatan : Belut yang terserang penyakit ini dapat disembuhkan dengan
merendamnya dalam larutan KMn)4 10 ppm selama 30 menit,
larutan NaCl 1,0-1,5% selama 15 menit, formalin 250 ppm
selama 1 jam, ammonium chloride 50 ppm selama 24 jam, atau
menggunakan Bromex 0,1-0,2 ppm selama 4 jam.
5. Penyakit Aphanomyciosis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sprolegnia sp, Achlya sp dan
Aphanomyces sp
Jamur jamur ini dapat menyerang belut segala umur, termasuk telurnya, tanda
tandanya serangan sangat jelas yaitu munculnya benang-benang halus pada
tubuh belut yang merupakan miselium jamur.
Belut yang terserang akan berkurang nafsu makannya, sering menggosok
gosokan badan dan pada akhirnya akan mengalami kematian
Pengobatan : Belut yang terserang dapat diobati dengan merendamnya dalam
larutan Malachite Green 1 ppm selama 1 jam, formalin 100-200
ppm selama 1-3 jam, larutan garam dapur 1-1,5% selama
1 jam atau larutan asam asetat 5% selama 30-60 detik.
PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,
penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut
dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai
jaringan pemasaran yang luas.
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut
suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di
sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil.
Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga
saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,
Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia
berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya
baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam
atau sebagai pos penampungan.
JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus
albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant
(belut kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut
kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
(img:1758370495974)
Belut Sawah
(img:1758381416247)
Belut Rawa
(img:1758374896084)
Belut Laut
MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
PERSYARATAN BUDIDAYA
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan
geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar
antara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya
akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih
kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan
antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih
belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan
kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-
masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran
5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan
ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan
oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran
belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja
(ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut
konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2.
Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya
50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar
bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat
penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang,
sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan
pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk
kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan
merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai
dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam
secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan
demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan
beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut
diluncurkan ke dalam kolam.
Media pemeliharaan untuk budidaya belut
Bisa berupa kolam semen, kolam terpal, atau bahkan drum bekas. Yang penting
belut tidak lari keluar media. Ukuran kolam juga disesuaikan dengan ketersediaan
lahan , dan tentunya ini berkaitan pula dengan jumlah bibit belut yang akan ditebar.
Selain itu kolam untuk budidaya belut diupayakan menyerupai habitat aslinya.
Untuk membuat demikian , media pada kolam diisi dengan tanah sawah atau
Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos
( sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang,
pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :
- Lapisan pertama paling bawahjerami padi setinggi 40 cm
- Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
- Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih
kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatas dapat dijadikan patokannya
- Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos
setinggi 5 cm
- Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
- Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
- Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
- Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan
kolam.
Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan
tersebut selama 2 ( Dua ) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi.
Dan setelah 2 ( Dua ) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut
dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.
Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a. Anak
belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran
5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing
tahapannya selama 2 bulan.
b. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh
dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.
Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm
dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
Untuk mengoptimalkan hasil panen dalam budidaya belut diperlukan teknik
pemilihan bibit yang baik dan tepat, sehingga diperoleh belut berkualitas
baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas
gigitan,
- Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
- Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak
lemas jika di pegang
- Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
- Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor
pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu
pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut
menetas.
Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar
1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di
kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran
sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan
calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran
5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam
belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih
selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin
agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik
lagi apabila di air yang mengalir.
Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik
utama.
2) Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar
(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak
ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
ikan gabus.
3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang
hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak
diserang hama.
Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
1. Penyakit bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh jamur lchtyopthirius multifilis
Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada sirip, tutup insang
dan permukaan tubuh, penyakit ini dapat menyerang belut muda atau dewasa
Pengendalian : penyakit ini merendam belut dalam larutan formalin 200 ppm
selama 15 menit, selain itu dapat pula merendam belut dalam air
garam 10-15 g/liter air selama 20 menit atau menggunakan
methylene blue 1% dalm 4 liter air dengan lamanya perendaman
selama 24 jam.
2. Penyakit trichodiniasis
Penyakit ini disebabkan oleh Trichodia sp
Tanda tandanya berupa munculnya bintik-bintik putih pada bagian kepala dan
punggung, nafsu makan hilang dan produksi lender bertambah, selain itu belut
sering menggosok gosokan badannya ke benda benda lain sehingga menimbulkan
luka sekunder
Pengobatan : dengan merendam dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam
atau larutan formalin 150-200 ppm selama 15 menit, perendaman
juga dapat dilakukan dengan menggunakan malachite green
0,1 g/m2 air 3 kali selama 2 minggu
3. Penyakit lerneasis
penyakit ini disebabkan cacing jangkar lernea sp, cacing ini menempel pada
bagian tubuh belut, terutama bagian badan sirip, insang dan mata, belut
akan mengalami luka hyperameic dan pembengkakan pada bagian tubuh yang
terserang, serangan sekunder oleh jamur dan bakteri dapat terjadi pada
luka yang diakibatkan cacing lernea sp
Pencegah : dengan menggunakan formalin 25 cc/m2 dan Dylox 20 ppm dengan
perendaman selama 15 menit, penyemprotan Dylox, chloroplast,
neguvon atau maseton 0,2500,50 ppm di permukaan air kolam
dapat mematikan telur, larva serta cacing yang belum menyerang
4. Penyakit Argulosis (kutu ikan0
penyakit ini disebabkan oleh kutu ikan Argulus sp, kutu tersebut menempel pada
belut, biasanya akan menghisap darah dan menimbulkan efek gatal, belut akan
mengosok gosokan badan ke benda benda disekitarnya sehingga menimbulkan
luka sekunder, tubuh belut akan menghasilkan lender berlebihan dan bekas
gigitan akan bernanah, pada infeksi yang sangat serius belut akan mengalami
kematian.
Pengobatan : Belut yang terserang penyakit ini dapat disembuhkan dengan
merendamnya dalam larutan KMn)4 10 ppm selama 30 menit,
larutan NaCl 1,0-1,5% selama 15 menit, formalin 250 ppm
selama 1 jam, ammonium chloride 50 ppm selama 24 jam, atau
menggunakan Bromex 0,1-0,2 ppm selama 4 jam.
5. Penyakit Aphanomyciosis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sprolegnia sp, Achlya sp dan
Aphanomyces sp
Jamur jamur ini dapat menyerang belut segala umur, termasuk telurnya, tanda
tandanya serangan sangat jelas yaitu munculnya benang-benang halus pada
tubuh belut yang merupakan miselium jamur.
Belut yang terserang akan berkurang nafsu makannya, sering menggosok
gosokan badan dan pada akhirnya akan mengalami kematian
Pengobatan : Belut yang terserang dapat diobati dengan merendamnya dalam
larutan Malachite Green 1 ppm selama 1 jam, formalin 100-200
ppm selama 1-3 jam, larutan garam dapur 1-1,5% selama
1 jam atau larutan asam asetat 5% selama 30-60 detik.
PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,
penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut
dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai
jaringan pemasaran yang luas.
0 komentar:
Post a Comment