KOMPAS.com — Pada awal Maret ini, Forbes baru saja merilis daftar nama orang-orang terkaya di dunia. Selain jumlah kekayaannya, Forbes juga
menampilkan jenis usaha yang mereka kerjakan selama ini. Cukup
banyak variasi jenis usaha yang ternyata bisa menghasilkan kekayaan
puluhan miliar dollar AS. Ada yang kaya karena fashion, pertambangan, atau teknologi.
Berdasarkan data Forbes, teknologi adalah cara kedua yang paling umum bagi miliarder Amerika dalam mencetak kekayaannya. Buktinya, sebanyak 51 dari 425 orang AS yang menduduki daftar orang terkaya di dunia adalah mereka yang bergelut di industri teknologi.
Kondisi tersebut berbeda dari satu dekade lalu ketika teknologi dan peranti lunak (software) justru menempati peringkat ketiga dalam industri yang mencetak miliarder. Tahun 2002, hanya 26 dari 243 orang AS yang duduk dalam daftar orang terkaya Forbes mendapatkan peruntungan di industri teknologi.
Berikut peringkat industri yang menjadi sumber kekayaan para miliarder AS:
1. Investasi, dengan jumlah kekayaan 100 miliar dollar AS
2. Teknologi, dengan 51 miliar dollar AS
3. Media, dengan 37 miliar dollar AS
4. Energi, dengan 35 miliar dollar AS
5. Makanan dan minuman, dengan 31 miliar dollar AS
6. Jasa, dengan 31 miliar dollar AS
7. Fashion dan ritel, dengan 28 miliar dollar AS
8. Real estat, dengan 27 miliar dollar AS
9. Manufaktur, dengan 18 miliar dollar AS
10. Olahraga, dengan 15 miliar dollar AS
Catatan tersebut agak berbeda jika secara global. Industri yang seksi bagi para miliarder di tingkat dunia justru adalah investasi dengan 143 miliarder, fashion dan ritel dengan 123 miliarder, dan real estat dengan 102 miliarder. Sementara industri teknologi justru menempati posisi kelima. Akan tetapi, Forbes menaruh catatan, dari 90 miliarder teknologi di dunia, separuhnya (57 persen) adalah orang AS.
Di sisi lain, sebanyak 12 persen miliuner AS membuat kekayan mereka dalam teknologi, tetapi hanya 5 persen miliarder non-AS melakukannya. Tren semakin banyaknya pengusaha yang mencetak kekayaannya di bidang teknologi bisa semakin besar seiring dengan kian menjauhnya para lulusan MBA dari Wall Street. "Ada sebuah pergerakan yang pasti di antara para lulusan MBA saya, dengan lulusan MBA secara umum, menjauh dari industri keuangan, yang mungkin telah terganggu oleh krisis dan Dodd-Frank," sebut Steven Kaplan, profesor wirausaha University of Chicago's Booth School of Business.
Ia melihat industri teknologi yang akan berkembang. Akan tetapi, industi keuangan tidak lantas ditinggalkan begitu saja oleh para miliarder. Namun, ia memperkirakan, sektor keuangan telah mencapai puncaknya pada tahun 2007.
Teknologi memang menarik bagi para miliarder AS ataupun dunia, tetapi Profesor Peter Wendell dari Stanford Graduate School of Business menaruh catatan. "Satu area yang terus menarik (dalam teknologi) adalah big data," kata Peter yang juga seorang kapitalis ventura.
Maksudnya, bagian teknologi yang terus berkembang adalah yang fokus kepada analisis data dan alat untuk menyimpan data. Peter pun melihat banyak siswa pintar yang menaruh pilihan pada cloud computing, media sosial, mobile, dan video.
Namun, yang perlu dicatat, menurut Profesor Teresa Amabile dari Harvard Business School, adalah mereka menjadi miliarder di bidang teknologi bukan semata karena pintar akan bidang yang sarat pengetahuan teknis ini. "Pemahaman saya tentang cerita orang-orang seperti Bill Gates, Steve Wozniak, juga Steve Jobs adalah bahwa mereka didorong oleh semangat," tutur Teresa yang juga salah satu penulis The Progress Principle, yang mempelajari buku harian orang bisnis yang sukses.
"Saya yakin bahwa mereka sangat produktif dan kreatif ketika mereka bekerja akan sesuatu yang mereka menemukan makna di dalamnya, di mana mereka melihat ada tujuan, di mana mereka memberikan kontribusi untuk sesuatu yang mereka nilai, ketika mereka berada di dalam lingkungan yang memperbolehkan mereka untuk membuat kemajuan," papar Teresa.
Berikut daftar 10 industri utama sumber kekayaan para miliarder versi Forbes:
1. Investasi dengan 143 miliarder
2. Fashion dan ritel (123)
3. Real estat (102)
4. Kombinasi (97)
5. Teknologi (90)
6. Manufaktur (85)
7. Energi (78)
8. Keuangan (77)
9. Makanan dan minuman (69)
10. Media (64)
Tunggal Candlestick untuk menentukan buy tau sell
Berdasarkan data Forbes, teknologi adalah cara kedua yang paling umum bagi miliarder Amerika dalam mencetak kekayaannya. Buktinya, sebanyak 51 dari 425 orang AS yang menduduki daftar orang terkaya di dunia adalah mereka yang bergelut di industri teknologi.
Kondisi tersebut berbeda dari satu dekade lalu ketika teknologi dan peranti lunak (software) justru menempati peringkat ketiga dalam industri yang mencetak miliarder. Tahun 2002, hanya 26 dari 243 orang AS yang duduk dalam daftar orang terkaya Forbes mendapatkan peruntungan di industri teknologi.
Berikut peringkat industri yang menjadi sumber kekayaan para miliarder AS:
1. Investasi, dengan jumlah kekayaan 100 miliar dollar AS
2. Teknologi, dengan 51 miliar dollar AS
3. Media, dengan 37 miliar dollar AS
4. Energi, dengan 35 miliar dollar AS
5. Makanan dan minuman, dengan 31 miliar dollar AS
6. Jasa, dengan 31 miliar dollar AS
7. Fashion dan ritel, dengan 28 miliar dollar AS
8. Real estat, dengan 27 miliar dollar AS
9. Manufaktur, dengan 18 miliar dollar AS
10. Olahraga, dengan 15 miliar dollar AS
Catatan tersebut agak berbeda jika secara global. Industri yang seksi bagi para miliarder di tingkat dunia justru adalah investasi dengan 143 miliarder, fashion dan ritel dengan 123 miliarder, dan real estat dengan 102 miliarder. Sementara industri teknologi justru menempati posisi kelima. Akan tetapi, Forbes menaruh catatan, dari 90 miliarder teknologi di dunia, separuhnya (57 persen) adalah orang AS.
Di sisi lain, sebanyak 12 persen miliuner AS membuat kekayan mereka dalam teknologi, tetapi hanya 5 persen miliarder non-AS melakukannya. Tren semakin banyaknya pengusaha yang mencetak kekayaannya di bidang teknologi bisa semakin besar seiring dengan kian menjauhnya para lulusan MBA dari Wall Street. "Ada sebuah pergerakan yang pasti di antara para lulusan MBA saya, dengan lulusan MBA secara umum, menjauh dari industri keuangan, yang mungkin telah terganggu oleh krisis dan Dodd-Frank," sebut Steven Kaplan, profesor wirausaha University of Chicago's Booth School of Business.
Ia melihat industri teknologi yang akan berkembang. Akan tetapi, industi keuangan tidak lantas ditinggalkan begitu saja oleh para miliarder. Namun, ia memperkirakan, sektor keuangan telah mencapai puncaknya pada tahun 2007.
Teknologi memang menarik bagi para miliarder AS ataupun dunia, tetapi Profesor Peter Wendell dari Stanford Graduate School of Business menaruh catatan. "Satu area yang terus menarik (dalam teknologi) adalah big data," kata Peter yang juga seorang kapitalis ventura.
Maksudnya, bagian teknologi yang terus berkembang adalah yang fokus kepada analisis data dan alat untuk menyimpan data. Peter pun melihat banyak siswa pintar yang menaruh pilihan pada cloud computing, media sosial, mobile, dan video.
Namun, yang perlu dicatat, menurut Profesor Teresa Amabile dari Harvard Business School, adalah mereka menjadi miliarder di bidang teknologi bukan semata karena pintar akan bidang yang sarat pengetahuan teknis ini. "Pemahaman saya tentang cerita orang-orang seperti Bill Gates, Steve Wozniak, juga Steve Jobs adalah bahwa mereka didorong oleh semangat," tutur Teresa yang juga salah satu penulis The Progress Principle, yang mempelajari buku harian orang bisnis yang sukses.
"Saya yakin bahwa mereka sangat produktif dan kreatif ketika mereka bekerja akan sesuatu yang mereka menemukan makna di dalamnya, di mana mereka melihat ada tujuan, di mana mereka memberikan kontribusi untuk sesuatu yang mereka nilai, ketika mereka berada di dalam lingkungan yang memperbolehkan mereka untuk membuat kemajuan," papar Teresa.
Berikut daftar 10 industri utama sumber kekayaan para miliarder versi Forbes:
1. Investasi dengan 143 miliarder
2. Fashion dan ritel (123)
3. Real estat (102)
4. Kombinasi (97)
5. Teknologi (90)
6. Manufaktur (85)
7. Energi (78)
8. Keuangan (77)
9. Makanan dan minuman (69)
10. Media (64)
Sumber :
0 komentar:
Post a Comment