Pengertian yang pasti tentang istilah-istilah itu susah dirumuskan. Pengertian kebangkrutan sendiri dapat dipandang dari pendekatan aliran serta pendekatan stok. Dengan pendekatan stok, perusahaan dapat dinyatakan bangkrut bila keseluruhan keharusan melebihi keseluruhan aktiva. Bila perusahaan memiliki hutang Rp. 1 milyar, sedang keseluruhan asetnya cuma Rp. 500 juta, jadi perusahaan itu telah dapat dinyatakan bangkrut.
Dengan pendekatan aliran, perusahaan bakal bangkrut bila tak dapat membuahkan aliran kas yang cukup. Dari pojok pandang stok, perusahaan dapat dinyatakan bangkrut walau mungkin saja masih tetap membuahkan aliran kas yang cukup, atau memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang.
1. Pemicu Kesusahan Keuangan. Pemicu kesusahan keuangan serta kebangkrutan cukup beragam. Type industri sendiri memengaruhi pemicu kegagalan usaha. Ada bidang usaha yang relatif gampang ditangani, ada yang susah. Kegagalam usaha juga beragam bergantung usia usaha.
2. Alternatif Perbaikan Kesusahan Keuangan. Bila perusahaan meraih step tak solvabel, pada intinya ada dua pilihan, yakni likuidasi (kebangrkutan) atau reorganisasi. Likuidasi bila nilai likuidasi semakin besar dibanding nilai perusahaan bila diteruskan. Reorganisasi bila perusahaan masih tetap tunjukkan prospek yang baik, hingga nilai perusahaan bila diteruskan semakin besar dibanding dengan nilai perusahaan bila dilikuidasi.
Pemecahan Dengan cara Resmi. Dikerjakan jika permasalahan telah kronis, creditur serta penyuplai dana yang lain mau memiliki jaminan keamanan serta keadilan. Pemecahan dengan cara resmi melibatkan pihak ketiga yakni pengadilan.
Langkah :
a. Jika nilai perusahaan Nilai perusahaan dilikuidasi, dikerjakan Reorganisasi, dengan mengubah susunan modal jadi susunan modal yang layak. Pergantian dapat dikerjakan lewat perpanjangan, pergantian komposisi, atau keduanya.
b. Jika nilai perusahaan Nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi tambah baik dikerjakan. Likuidasi dengan jual asetaset perusahaan, lalu didistribusikan ke penyuplai modal dibawah pengawasan pihak ketiga.
Perbaikan Informal. Bila prospek perusahaan di masa yang akan datang cukup baik, kesusahan keuangan berbentuk sesaat, jadi restrukturisasi butuh dikerjakan. Bila kesusahan itu berbentuk permanen, jadi kebangkrutan atau likuidasi adalah pilihan yang tambah baik. Bila kesusahan perusahaan berbentuk permanen, jadi nilai perusahaan yang dilikuidasi bakal lebih tinggi dibanding dengan nilai perusahaan bila digerakkan selalu.
Restrukturisasi. Langkah yang dapat dikerjakan yaitu kurangi beban-beban yang menekan perusahaan.
Extension. Lewat perpanjangan, creditor bersedia perpanjang saat jatuh tempo hutangnya. Juga sebagai misal, hutang yang pada awalnya jatuh tempo dalam lima th., saat ini diperpanjang jadi sepuluh th..
Komposisi (Composition). Komposisi dikerjakan lewat pergantian nilai hutang lama. Juga sebagai misal, hutang lama sebesar Rp. 100 di turunkan nilainya jadi Rp. 60. Walau nilai hutang turun, creditor masih tetap dapat menerimanya lantaran nilai itu lebih tinggi dibanding dengan nilai hutang bila perusahaan dilikuidasi.
Likuidasi. Dalam sebagian kondisi likuidasi informal dapat juga dikerjakan. Bila nilai perusahaan dilikuidasi lebih tinggi dibanding dengan nilai perusahaan yang going concern (jalan selalu), jadi perusahaan baiknya dilikuidasi. Likuidasi informal memiliki keunggulan dibanding dengan likuidasi resmi, lantaran lebih cepat serta dapat menghemat cost pengadilan, hingga nilai likuidasi yang didapat dapat lebih tinggi dibanding dengan nilai yang didapat bila likuidasi dikerjakan lewat pengadilan.
Perbaikan resmi melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Lewat pihak ketiga, pihak-pihak yang ikut serta dalam kebangkrutan dapat beroleh perlindungan dari pihak yang lain. Pengadilan berupaya supaya pihak-pihak yang terkait beroleh perlakuan yang adil sepanjang sistem perbaikan itu.
Keuntungan Perbaikan Resmi. Ada dua argumen dengan cara teoritis yang mendorong perusahaan memakai jalur resmi, yakni :
1. Persoalan Common Pool, dan
2. Persoalan Hold Out.
Common pool. Umpamanya satu perusahaan memiliki nilai hutang nominal sebesar keseluruhan Rp. 20 milyar, yang datang dari 10 creditor dengan besar semasing yaitu sama (Rp. 2 milyar). Nilai pasar perusahaan itu bila bertahan yaitu Rp. 15 milyar. Bila dilikuidasi, aset perusahaan dapat di jual membuahkan kas sebesar Rp. 10 milyar. Umpamanya keadaan perusahaan
lebih buruk hingga tak dapat membayar salah satu hutangnya, jadi creditor itu dapat menuntut supaya perusahaan dibangkrutkan.
Hold-out. Hold-Out. Umpamanya pada misal diatas perusahaan sukses memberikan keyakinan creditor supaya dikerjakan restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp. 2 milyar untuk tiap-tiap creditor), ditukar dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, contoh Rp. 1, 4 milyar untuk tiap-tiap creditor. Bila creditor menyepakati usulan itu, keseluruhan hutang jadi Rp. 14 milyar. Lantaran nilai perusahaan bila jalan selalu yaitu Rp. 15 milyar, jadi pemegang saham beroleh bekas sebesar Rp. 1 milyar. Perusahaan dengan hal tersebut tak perlu dilikuidasi, namun masih tetap dapat jalan selalu. Creditor keseluruhannya juga diuntungkan (dibanding bila bangkrut), lantaran nilai Rp. 14 milyar semakin besar dibanding dengan Rp. 10 milyar (bila dibangkrutkan serta dilikuidasi).
Reorganisasi. Bila nilai perusahaan going concern lebih tinggi dibanding dengan nilai perusahaan dilikuidasi, jadi pilihan reorganisasi/restrukturisasi layak dikerjakan. Dalam kondisi ini, operasi perusahaan bakal diteruskan sesudah dikerjakan perbaikan-perbaikan, terlebih perbaikan susunan modalnya. Trustee (kurator) dapat ditunjuk untuk menggerakkan reorganisasi itu. Gagasan reorganisasi didasarkan pada prinsip keadilan serta kelayakan. Prinisip keadilan bermakna seluruhnya pihak mesti diperlakukan dengan cara adil (fair). Prinsip kelayakan bermakna gagasan itu mesti layak (dapat) dikerjakan. Juga sebagai misal, bila perusahaan memiliki beban hutang terlampau tinggi sedang kekuatan penjualan sangatlah kecil, jadi reorganisasi tak layak dikerjakan.
Beberapa langkah Reorganisasi.
1. Memastikan Nilai Perusahaan. Penilaian yang kerap dipakai, serta yang terbilang cukuplah simpel, yaitu mengkalkulasi nilai perusahaan berdasar pada tingkat kapitalisasi. Umpamanya kurator atau pihak penilai memperkirakan perusahaan sesudah direorganisasi dapat membuahkan pendapatan bersih pertahunnya yaitu Rp. 10 milyar. Tingkat kapitalisasi untuk perusahaan yang sama yaitu 20%. Nilai perusahaan itu dapat dihitung juga sebagai di bawah ini. Nilai perusahaan = Rp. 10 milyar/0, 2 = Rp. 50 milyar Pihak lain dapat hingga pada angka yang tidak sama. Ketidaksamaan sangatlah mungkin saja berlangsung lantaran sangatlah susah mengkalkulasi pendapatan bersih di masa yang akan datang.
2. Memastikan Susunan Modal yang Baru. Susunan modal itu mempunyai tujuan kurangi beban terus (bunga) supaya perusahaan dapat beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk kurangi beban terus itu, keseluruhan hutang umumnya bakal dikurangi.
Likuidasi. Kas yang didapat dari likuidiasi aset perusahaan bakal didistribusikan dengan urut-urutan spesifik, contoh (dari yang paling memiliki hak beroleh pertama, hingga yang paling paling akhir beroleh hak).
1. Cost administrasi yang terkait dengan masalahlikuidasi, termasuk juga cost pengacara, kurator (trustee)
2. Klaim dari creditor (hutang) yang nampak dari aktivitas usaha dari mulai waktu masalah dibawa ke pengadilan hingga ke waktu trustee (kurator) diangkat
3. Upah pegawai yang didapat kurun waktu 90 hari setelah (within) petisi kebangkrutan. Jumlah ini dibatasi hingga $2. 000 per-pegawai.
4. Premi pensiunan pegawai untuk saat kerja dalam 120 hari petisi kebangkrutan diserahkan. Klaim ini dibatasi $2. 000 perpegawai dikalikan jumlah pegawai.
5. Duit muka dari pelanggan yang beli barang namun belum beroleh barangnya.
6. Pajak pendapatan hingga tiga th. saat sebelum kebangkrutan, pajak property hingga satu tahun saat sebelum kebangkrutan, serta seluruhnya pajak pendapatan yang masih tetap ditahan oleh perusahaan.
7. Creditor umum.
8. Saham preferen.
9. Saham umum.
Misal Likuidasi serta Reorganisasi (Restrukturisasi). Di bawah ini beberapa langkah yang dikerjakan untuk reorganisasi.
1. Mengkalkulasi Nilai Perusahaan. Umpamanya pihak pengadilan serta kurator mengestimasi penjualan di masa yang akan datang dapat meraih Rp. 75 juta pertahun. Marjin keuntungan (keuntungan margin) yang dapat diraih diprediksikan seputar 10%. Dengan kata lain keuntungan yang diprediksikan didapat perusahaan itu yaitu seputar Rp. 7, 5 juta pertahun.
2. Mengkalkulasi Tingkat Kapitalisasi atau Tingkat Multipel, serta Nilai Perusahaan. Umpamanya saja tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis yaitu seputar 12%. Jadi,
Nilai = 7, 5 juta/0, 12 = Rp. 62, 50 juta.
Teknik multipel (seperti PER) dapat juga dipakai. Umpamanya saja rasio PER (Price Earning Ratio) untuk perusahaan lain yaitu seputar 8 kali. Pihak penilai berasumsi rasio itu cukup lumrah untuk perusahaan itu. Dengan memakai teknik itu nilai perusahaan yaitu :
Nilai perusahaan = Rp. 7, 5 juta x 8 = Rp. 60 juta
Sudah pasti teknik atau langkah yang tidak sama bakal membuahkan angka yang tidak sama. Umpamanya saja pihak kurator memastikan nilai perusahaan yaitu Rp. 60 juta.
3. Memastikan Susunan Modal yang Baru. Lantaran jumlah Rp60 juta itu lebih rendah dibanding keseluruhan klaim (keseluruhan pasiva), jadi susunan modal yang baru butuh ditetapkan. Susunan modal yang baru diinginkan lebih memudahkan beban terus perusahaan.
4. Perkiraan Kebangkrutan. Terdapat banyak indikator yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebangkrutan. Indikator itu dapat berbentuk indikator internal (dari dalam perusahaan) serta indikator eksternal (dari luar perusahaan). Sebagian misal indikator internal perusahaan yaitu aliran kas perusahaan, kiat perusahaan, neraca keuangan, tren penjualan, kekuatan manajemen.
Indikator eksternal dapat di ambil dari pasar keuangan, info dari pihak yang terkait seperti penyuplai, dealer, serta customer. Juga sebagai misal, dealer (contoh sepeda motor) dapat memantau seberapa besar ketertarikan customer pada sepeda motor merk spesifik, atau memantau merk sepeda motor apa sajakah yang paling laku serta sekurang-kurangnya laku.
Perkiraan Kebangkrutan dengan Rasio Keuangan
1. Analisa Univariate. Analisa univariate dikerjakan dengan lihat variabel keuangan yang diprediksikan memengaruhi atau terkait dengan kebangkrutan, dengan mengkaji terpisah (untuk tiap-tiap variabelnya).
2. Analisa Multivariate. Analisa multivariate memakai dua variabel atau lebih dengan cara berbarengan ke satu persamaan. Analisa ini dapat digunakan untuk menghilangkan kekurangan analisa univariate yang memiliki kemungkinan perseteruan antar variabel. Untuk bikin jenis multivariat, kita butuh mendeskripsikan variabel bebas serta variabel tak bebas, seperti di bawah ini (seperti jenis regresi).
Y = a + a1 X1 + …… + an Xn
Variabel tak bebas (Y) umumnya berbentuk variabel dummy (0) untuk perusahaan yang bangkrut atau 1 untuk perusahaan yg tidak bangkrut). Lalu X1 hingga Xn (variabel bebas) yaitu variabel yang diprediksikan memengaruhi kebangkrut an.
Jenis perkiraan kebangkrutan multivariate yang cukup populer serta jadi pioner yaitu jenis kebangkrutan yang di kembangkan oleh Altman (1969). Jenis itu memakai teknik statistik analisa diskriminan, serta dengan cara umumbisa dituliskan juga sebagai di bawah ini.
Z = a + a1 X1 + …… + an Xn
Di mana, Z adalah score kebangkrutan, sedang X1…Xn yaitu variabel bebas.
Jenis yang di kembangkan oleh Altman membuahkan persamaan juga sebagai di bawah ini.
Zi = 1, 2 X1 + 1, 4 X2 + 3, 3 X3 + 0, 6 X4 + 1, 0 X5
Di mana,
X1 = (Aktiva lancar – Hutang Lancar) /Keseluruhan Aktiva
X2 = Laba yang ditahan/Keseluruhan Aset
X3 = Laba saat sebelum bunga serta pajak/Keseluruhan aset
X4 = Nilai pasar saham umum serta saham preferen/Nilai buku keseluruhan hutang
X5 = Penjualan/Keseluruhan Aset
Riset yang dikerjakan oleh Altman (1969) dengan memakai data di Amerika Serikat tunjukkan bahwa score gawat untuk jenis itu yaitu 1, 8. Bila satu perusahaan memiliki score dibawah 1, 8, jadi perusahaan
itu memiliki probabilitas yang tinggi untuk bangkrut, serta demikian sebaliknya.
Bagaimanakah dengan di Indonesia, bisakah jenis itu diaplikasikan? Salah satu ketidaksamaan yang mencolok pada Indonesia dengan Amerika memakai jenis yang digunakan oleh Altman yaitu sekurang-kurangnya perusahaan Indonesia yang gopublic. Bila perusahaan tak go-public, jadi nilai pasar saham tak dapat dihitung.
Untuk ganti nilai pasar, Altman lalu memakai nilai buku saham umum serta saham preferen juga sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, serta lalu meningkatkan jenis diskriminan kebangkrutan, serta beroleh jenis seperti berikut.
Zi = 0, 717 X1 + 0, 847 X2 + 3, 107 X3 + 0, 42 X4 + 0, 998 X5
Di mana,
X1 = (Aktiva lancar – Hutang Lancar) /Keseluruhan Aktiva
X2 = Laba yang ditahan/Keseluruhan Aset
X3 = Laba saat sebelum bunga serta pajak/Keseluruhan aset
X4 = Nilai buku saham umum serta saham preferen/Nilai buku keseluruhan hutang
X5 = Penjualan/Keseluruhan Aset
Nilai Z gawat diketemukan juga sebagai 1, 2. Hal itu bermakna bila satu perusahaan memiliki nilai Z diatas 1, 2 jadi perusahaan diprediksikan tak alami kebangkrutan, serta demikian sebaliknya. Jenis itu lalu dapat dipakai baik untuk perusahaan yang go-public ataupun yg tidak go public.
Dengan pendekatan aliran, perusahaan bakal bangkrut bila tak dapat membuahkan aliran kas yang cukup. Dari pojok pandang stok, perusahaan dapat dinyatakan bangkrut walau mungkin saja masih tetap membuahkan aliran kas yang cukup, atau memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang.
1. Pemicu Kesusahan Keuangan. Pemicu kesusahan keuangan serta kebangkrutan cukup beragam. Type industri sendiri memengaruhi pemicu kegagalan usaha. Ada bidang usaha yang relatif gampang ditangani, ada yang susah. Kegagalam usaha juga beragam bergantung usia usaha.
2. Alternatif Perbaikan Kesusahan Keuangan. Bila perusahaan meraih step tak solvabel, pada intinya ada dua pilihan, yakni likuidasi (kebangrkutan) atau reorganisasi. Likuidasi bila nilai likuidasi semakin besar dibanding nilai perusahaan bila diteruskan. Reorganisasi bila perusahaan masih tetap tunjukkan prospek yang baik, hingga nilai perusahaan bila diteruskan semakin besar dibanding dengan nilai perusahaan bila dilikuidasi.
Pemecahan Dengan cara Resmi. Dikerjakan jika permasalahan telah kronis, creditur serta penyuplai dana yang lain mau memiliki jaminan keamanan serta keadilan. Pemecahan dengan cara resmi melibatkan pihak ketiga yakni pengadilan.
Langkah :
a. Jika nilai perusahaan Nilai perusahaan dilikuidasi, dikerjakan Reorganisasi, dengan mengubah susunan modal jadi susunan modal yang layak. Pergantian dapat dikerjakan lewat perpanjangan, pergantian komposisi, atau keduanya.
b. Jika nilai perusahaan Nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi tambah baik dikerjakan. Likuidasi dengan jual asetaset perusahaan, lalu didistribusikan ke penyuplai modal dibawah pengawasan pihak ketiga.
Perbaikan Informal. Bila prospek perusahaan di masa yang akan datang cukup baik, kesusahan keuangan berbentuk sesaat, jadi restrukturisasi butuh dikerjakan. Bila kesusahan itu berbentuk permanen, jadi kebangkrutan atau likuidasi adalah pilihan yang tambah baik. Bila kesusahan perusahaan berbentuk permanen, jadi nilai perusahaan yang dilikuidasi bakal lebih tinggi dibanding dengan nilai perusahaan bila digerakkan selalu.
Restrukturisasi. Langkah yang dapat dikerjakan yaitu kurangi beban-beban yang menekan perusahaan.
Extension. Lewat perpanjangan, creditor bersedia perpanjang saat jatuh tempo hutangnya. Juga sebagai misal, hutang yang pada awalnya jatuh tempo dalam lima th., saat ini diperpanjang jadi sepuluh th..
Komposisi (Composition). Komposisi dikerjakan lewat pergantian nilai hutang lama. Juga sebagai misal, hutang lama sebesar Rp. 100 di turunkan nilainya jadi Rp. 60. Walau nilai hutang turun, creditor masih tetap dapat menerimanya lantaran nilai itu lebih tinggi dibanding dengan nilai hutang bila perusahaan dilikuidasi.
Likuidasi. Dalam sebagian kondisi likuidasi informal dapat juga dikerjakan. Bila nilai perusahaan dilikuidasi lebih tinggi dibanding dengan nilai perusahaan yang going concern (jalan selalu), jadi perusahaan baiknya dilikuidasi. Likuidasi informal memiliki keunggulan dibanding dengan likuidasi resmi, lantaran lebih cepat serta dapat menghemat cost pengadilan, hingga nilai likuidasi yang didapat dapat lebih tinggi dibanding dengan nilai yang didapat bila likuidasi dikerjakan lewat pengadilan.
Perbaikan resmi melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Lewat pihak ketiga, pihak-pihak yang ikut serta dalam kebangkrutan dapat beroleh perlindungan dari pihak yang lain. Pengadilan berupaya supaya pihak-pihak yang terkait beroleh perlakuan yang adil sepanjang sistem perbaikan itu.
Keuntungan Perbaikan Resmi. Ada dua argumen dengan cara teoritis yang mendorong perusahaan memakai jalur resmi, yakni :
1. Persoalan Common Pool, dan
2. Persoalan Hold Out.
Common pool. Umpamanya satu perusahaan memiliki nilai hutang nominal sebesar keseluruhan Rp. 20 milyar, yang datang dari 10 creditor dengan besar semasing yaitu sama (Rp. 2 milyar). Nilai pasar perusahaan itu bila bertahan yaitu Rp. 15 milyar. Bila dilikuidasi, aset perusahaan dapat di jual membuahkan kas sebesar Rp. 10 milyar. Umpamanya keadaan perusahaan
lebih buruk hingga tak dapat membayar salah satu hutangnya, jadi creditor itu dapat menuntut supaya perusahaan dibangkrutkan.
Hold-out. Hold-Out. Umpamanya pada misal diatas perusahaan sukses memberikan keyakinan creditor supaya dikerjakan restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp. 2 milyar untuk tiap-tiap creditor), ditukar dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, contoh Rp. 1, 4 milyar untuk tiap-tiap creditor. Bila creditor menyepakati usulan itu, keseluruhan hutang jadi Rp. 14 milyar. Lantaran nilai perusahaan bila jalan selalu yaitu Rp. 15 milyar, jadi pemegang saham beroleh bekas sebesar Rp. 1 milyar. Perusahaan dengan hal tersebut tak perlu dilikuidasi, namun masih tetap dapat jalan selalu. Creditor keseluruhannya juga diuntungkan (dibanding bila bangkrut), lantaran nilai Rp. 14 milyar semakin besar dibanding dengan Rp. 10 milyar (bila dibangkrutkan serta dilikuidasi).
Reorganisasi. Bila nilai perusahaan going concern lebih tinggi dibanding dengan nilai perusahaan dilikuidasi, jadi pilihan reorganisasi/restrukturisasi layak dikerjakan. Dalam kondisi ini, operasi perusahaan bakal diteruskan sesudah dikerjakan perbaikan-perbaikan, terlebih perbaikan susunan modalnya. Trustee (kurator) dapat ditunjuk untuk menggerakkan reorganisasi itu. Gagasan reorganisasi didasarkan pada prinsip keadilan serta kelayakan. Prinisip keadilan bermakna seluruhnya pihak mesti diperlakukan dengan cara adil (fair). Prinsip kelayakan bermakna gagasan itu mesti layak (dapat) dikerjakan. Juga sebagai misal, bila perusahaan memiliki beban hutang terlampau tinggi sedang kekuatan penjualan sangatlah kecil, jadi reorganisasi tak layak dikerjakan.
Beberapa langkah Reorganisasi.
1. Memastikan Nilai Perusahaan. Penilaian yang kerap dipakai, serta yang terbilang cukuplah simpel, yaitu mengkalkulasi nilai perusahaan berdasar pada tingkat kapitalisasi. Umpamanya kurator atau pihak penilai memperkirakan perusahaan sesudah direorganisasi dapat membuahkan pendapatan bersih pertahunnya yaitu Rp. 10 milyar. Tingkat kapitalisasi untuk perusahaan yang sama yaitu 20%. Nilai perusahaan itu dapat dihitung juga sebagai di bawah ini. Nilai perusahaan = Rp. 10 milyar/0, 2 = Rp. 50 milyar Pihak lain dapat hingga pada angka yang tidak sama. Ketidaksamaan sangatlah mungkin saja berlangsung lantaran sangatlah susah mengkalkulasi pendapatan bersih di masa yang akan datang.
2. Memastikan Susunan Modal yang Baru. Susunan modal itu mempunyai tujuan kurangi beban terus (bunga) supaya perusahaan dapat beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk kurangi beban terus itu, keseluruhan hutang umumnya bakal dikurangi.
Likuidasi. Kas yang didapat dari likuidiasi aset perusahaan bakal didistribusikan dengan urut-urutan spesifik, contoh (dari yang paling memiliki hak beroleh pertama, hingga yang paling paling akhir beroleh hak).
1. Cost administrasi yang terkait dengan masalahlikuidasi, termasuk juga cost pengacara, kurator (trustee)
2. Klaim dari creditor (hutang) yang nampak dari aktivitas usaha dari mulai waktu masalah dibawa ke pengadilan hingga ke waktu trustee (kurator) diangkat
3. Upah pegawai yang didapat kurun waktu 90 hari setelah (within) petisi kebangkrutan. Jumlah ini dibatasi hingga $2. 000 per-pegawai.
4. Premi pensiunan pegawai untuk saat kerja dalam 120 hari petisi kebangkrutan diserahkan. Klaim ini dibatasi $2. 000 perpegawai dikalikan jumlah pegawai.
5. Duit muka dari pelanggan yang beli barang namun belum beroleh barangnya.
6. Pajak pendapatan hingga tiga th. saat sebelum kebangkrutan, pajak property hingga satu tahun saat sebelum kebangkrutan, serta seluruhnya pajak pendapatan yang masih tetap ditahan oleh perusahaan.
7. Creditor umum.
8. Saham preferen.
9. Saham umum.
Misal Likuidasi serta Reorganisasi (Restrukturisasi). Di bawah ini beberapa langkah yang dikerjakan untuk reorganisasi.
1. Mengkalkulasi Nilai Perusahaan. Umpamanya pihak pengadilan serta kurator mengestimasi penjualan di masa yang akan datang dapat meraih Rp. 75 juta pertahun. Marjin keuntungan (keuntungan margin) yang dapat diraih diprediksikan seputar 10%. Dengan kata lain keuntungan yang diprediksikan didapat perusahaan itu yaitu seputar Rp. 7, 5 juta pertahun.
2. Mengkalkulasi Tingkat Kapitalisasi atau Tingkat Multipel, serta Nilai Perusahaan. Umpamanya saja tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis yaitu seputar 12%. Jadi,
Nilai = 7, 5 juta/0, 12 = Rp. 62, 50 juta.
Teknik multipel (seperti PER) dapat juga dipakai. Umpamanya saja rasio PER (Price Earning Ratio) untuk perusahaan lain yaitu seputar 8 kali. Pihak penilai berasumsi rasio itu cukup lumrah untuk perusahaan itu. Dengan memakai teknik itu nilai perusahaan yaitu :
Nilai perusahaan = Rp. 7, 5 juta x 8 = Rp. 60 juta
Sudah pasti teknik atau langkah yang tidak sama bakal membuahkan angka yang tidak sama. Umpamanya saja pihak kurator memastikan nilai perusahaan yaitu Rp. 60 juta.
3. Memastikan Susunan Modal yang Baru. Lantaran jumlah Rp60 juta itu lebih rendah dibanding keseluruhan klaim (keseluruhan pasiva), jadi susunan modal yang baru butuh ditetapkan. Susunan modal yang baru diinginkan lebih memudahkan beban terus perusahaan.
4. Perkiraan Kebangkrutan. Terdapat banyak indikator yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebangkrutan. Indikator itu dapat berbentuk indikator internal (dari dalam perusahaan) serta indikator eksternal (dari luar perusahaan). Sebagian misal indikator internal perusahaan yaitu aliran kas perusahaan, kiat perusahaan, neraca keuangan, tren penjualan, kekuatan manajemen.
Indikator eksternal dapat di ambil dari pasar keuangan, info dari pihak yang terkait seperti penyuplai, dealer, serta customer. Juga sebagai misal, dealer (contoh sepeda motor) dapat memantau seberapa besar ketertarikan customer pada sepeda motor merk spesifik, atau memantau merk sepeda motor apa sajakah yang paling laku serta sekurang-kurangnya laku.
Perkiraan Kebangkrutan dengan Rasio Keuangan
1. Analisa Univariate. Analisa univariate dikerjakan dengan lihat variabel keuangan yang diprediksikan memengaruhi atau terkait dengan kebangkrutan, dengan mengkaji terpisah (untuk tiap-tiap variabelnya).
2. Analisa Multivariate. Analisa multivariate memakai dua variabel atau lebih dengan cara berbarengan ke satu persamaan. Analisa ini dapat digunakan untuk menghilangkan kekurangan analisa univariate yang memiliki kemungkinan perseteruan antar variabel. Untuk bikin jenis multivariat, kita butuh mendeskripsikan variabel bebas serta variabel tak bebas, seperti di bawah ini (seperti jenis regresi).
Y = a + a1 X1 + …… + an Xn
Variabel tak bebas (Y) umumnya berbentuk variabel dummy (0) untuk perusahaan yang bangkrut atau 1 untuk perusahaan yg tidak bangkrut). Lalu X1 hingga Xn (variabel bebas) yaitu variabel yang diprediksikan memengaruhi kebangkrut an.
Jenis perkiraan kebangkrutan multivariate yang cukup populer serta jadi pioner yaitu jenis kebangkrutan yang di kembangkan oleh Altman (1969). Jenis itu memakai teknik statistik analisa diskriminan, serta dengan cara umumbisa dituliskan juga sebagai di bawah ini.
Z = a + a1 X1 + …… + an Xn
Di mana, Z adalah score kebangkrutan, sedang X1…Xn yaitu variabel bebas.
Jenis yang di kembangkan oleh Altman membuahkan persamaan juga sebagai di bawah ini.
Zi = 1, 2 X1 + 1, 4 X2 + 3, 3 X3 + 0, 6 X4 + 1, 0 X5
Di mana,
X1 = (Aktiva lancar – Hutang Lancar) /Keseluruhan Aktiva
X2 = Laba yang ditahan/Keseluruhan Aset
X3 = Laba saat sebelum bunga serta pajak/Keseluruhan aset
X4 = Nilai pasar saham umum serta saham preferen/Nilai buku keseluruhan hutang
X5 = Penjualan/Keseluruhan Aset
Riset yang dikerjakan oleh Altman (1969) dengan memakai data di Amerika Serikat tunjukkan bahwa score gawat untuk jenis itu yaitu 1, 8. Bila satu perusahaan memiliki score dibawah 1, 8, jadi perusahaan
itu memiliki probabilitas yang tinggi untuk bangkrut, serta demikian sebaliknya.
Bagaimanakah dengan di Indonesia, bisakah jenis itu diaplikasikan? Salah satu ketidaksamaan yang mencolok pada Indonesia dengan Amerika memakai jenis yang digunakan oleh Altman yaitu sekurang-kurangnya perusahaan Indonesia yang gopublic. Bila perusahaan tak go-public, jadi nilai pasar saham tak dapat dihitung.
Untuk ganti nilai pasar, Altman lalu memakai nilai buku saham umum serta saham preferen juga sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, serta lalu meningkatkan jenis diskriminan kebangkrutan, serta beroleh jenis seperti berikut.
Zi = 0, 717 X1 + 0, 847 X2 + 3, 107 X3 + 0, 42 X4 + 0, 998 X5
Di mana,
X1 = (Aktiva lancar – Hutang Lancar) /Keseluruhan Aktiva
X2 = Laba yang ditahan/Keseluruhan Aset
X3 = Laba saat sebelum bunga serta pajak/Keseluruhan aset
X4 = Nilai buku saham umum serta saham preferen/Nilai buku keseluruhan hutang
X5 = Penjualan/Keseluruhan Aset
Nilai Z gawat diketemukan juga sebagai 1, 2. Hal itu bermakna bila satu perusahaan memiliki nilai Z diatas 1, 2 jadi perusahaan diprediksikan tak alami kebangkrutan, serta demikian sebaliknya. Jenis itu lalu dapat dipakai baik untuk perusahaan yang go-public ataupun yg tidak go public.
0 komentar:
Post a Comment