KEDUDUKAN HADITS KITABULLAH DAN SUNNAHKU
و
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ عَنْ
عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ
أَنَّهُ أَخْبَرَهُ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ عُمَرَ
بْنَ الْخَطَّابِ
سُئِلَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ
{ وَإِذْ
أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى
شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ }
فَقَالَ
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسْأَلُ عَنْهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى خَلَقَ
آدَمَ ثُمَّ مَسَحَ ظَهْرَهُ بِيَمِينِهِ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ ذُرِّيَّةً
فَقَالَ خَلَقْتُ هَؤُلَاءِ لِلْجَنَّةِ وَبِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
يَعْمَلُونَ ثُمَّ مَسَحَ ظَهْرَهُ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ ذُرِّيَّةً
فَقَالَ خَلَقْتُ هَؤُلَاءِ لِلنَّارِ وَبِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ
يَعْمَلُونَ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَفِيمَ الْعَمَلُ قَالَ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ
إِذَا خَلَقَ الْعَبْدَ لِلْجَنَّةِ اسْتَعْمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فَيُدْخِلُهُ رَبُّهُ الْجَنَّةَ وَإِذَا خَلَقَ الْعَبْدَ لِلنَّارِ
اسْتَعْمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ
أَعْمَالِ أَهْلِ النَّارِ فَيُدْخِلُهُ رَبُّهُ النَّارَ
و
حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ
تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Telah
menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari [Zaid bin Abu Unaisah] dari
[Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Al Khattab] Bahwasanya ia
mengabarkan kepadanya, dari [Muslim bin Yasar Al Juhani] bahwa [Umar bin
Khattab] ditanya ayat ini: '(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) " (Qs. Al A'raf: 172) Umar
berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya
tentang ayat ini, maka beliau menjawab; "Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa
Ta'ala menciptakan Adam lalu mengusap punggungnya dengan tangan
kanan-nya, Allah mengeluarkan darinya beberapa keturunan. Kemudian Dia
berfirman; 'Aku ciptakan mereka untuk surga dan mereka beramal dengan
amalan ahli surga.' Kemudian Allah kembali mengusap punggung Adam dan
mengeluarkan darinya keturunan. Kemudian Allah berfirman; 'Aku ciptakan
mereka untuk neraka, dan mereka beramal dengan amalan ahli neraka.'
Seorang laki-laki lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu untuk apa kita
beramal?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Allah jika
menciptakan hamba dari ahli surga, maka Dia memperkerjakannya dengan
amalan ahli surga, sehingga ia mati di atas amalan ahli surga, dan
kemudian Rabbnya memasukkannya ke surga. Dan jika menciptakan hamba ahli
neraka, maka Dia memperkerjakannya dengan amalan ahli neraka hingga dia
mati di atas amalan-amalan ahli neraka. Lalu Rabbnya memasukkannya ke
neraka." Telah menceritakan kepadaku dari Malik telah sampai kepadanya
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan
sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya." [Muwatta imam Malik no 1395]
Sanad hadits ini TERPUTUS antara Muslim bin Yasar Al Juhani dan Umar bin Khattab. Jadi hadits ini sanadnya tidak bersambung.
Hadis
“Kitab Allah dan SunahKu” ini tidak terdapat dalam kitab hadis Kutub As
Sittah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Sunan An
Nasa’i, Sunan Abu Dawud, dan Sunan Tirmidzi). Sumber dari Hadis ini
adalah Al Muwatta Imam Malik, Mustadrak Ash Shahihain Al Hakim, At
Tamhid Syarh Al Muwatta Ibnu Abdil Barr, Sunan Baihaqi, Sunan
Daruquthni, dan Jami’ As Saghir As Suyuthi. Selain itu hadis ini juga
ditemukan dalam kitab-kitab karya Ulama seperti , Al Khatib dalam Al
Faqih Al Mutafaqqih, Shawaiq Al Muhriqah Ibnu Hajar, Sirah Ibnu Hisyam,
Al Ilma ‘ila Ma’rifah Usul Ar Riwayah wa Taqyid As Sima’ karya Qadhi
Iyadh, Al Ihkam Ibnu Hazm dan Tarikh At Thabari. Dari semua sumber itu
ternyata hadis ini diriwayatkan dengan 4 jalur sanad yaitu dari Ibnu
Abbas ra, Abu Hurairah ra, Amr bin Awf ra, dan Abu Said Al Khudri ra.
Terdapat juga beberapa hadis yang diriwayatkan secara mursal (terputus
sanadnya), mengenai hadis mursal ini sudah jelas kedhaifannya.
Hadis ini terbagi menjadi dua yaitu
Hadis yang diriwayatkan dengan sanad yang mursal
Hadis yang diriwayatkan dengan sanad yang muttasil atau bersambung
BAGIAN 1.
Hadis “Kitab Allah dan SunahKu” Yang Diriwayatkan Secara Mursal
Hadis
“Kitab Allah dan SunahKu” yang diriwayatkan secara mursal ini terdapat
dalam kitab Al Muwatta, Sirah Ibnu Hisyam, Sunan Baihaqi, Shawaiq Al
Muhriqah, dan Tarikh At Thabari. Berikut adalah contoh hadisnya
Dalam Al Muwatta jilid I hal 899 no 3
Bahwa
Rasulullah SAW bersabda” Wahai Sekalian manusia sesungguhnya Aku telah
meninggalkan pada kamu apa yang jika kamu berpegang teguh pasti kamu
sekalian tidak akan sesat selamanya yaitu Kitab Allah dan Sunah
RasulNya”.
Dalam
Al Muwatta hadis ini diriwayatkan Imam Malik tanpa sanad. Malik bin
Anas adalah generasi tabiit tabiin yang lahir antara tahun 91H-97H. Jadi
paling tidak ada dua perawi yang tidak disebutkan di antara Malik bin
Anas dan Rasulullah SAW. Berdasarkan hal ini maka dapat dinyatakan bahwa
hadis ini dhaif karena terputus sanadnya.
Dalam Sunan Baihaqi terdapat beberapa hadis mursal mengenai hal ini, diantaranya
Al
Baihaqi dengan sanad dari Urwah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda pada
haji wada “ Sesungguhnya Aku telah meninggalkan sesuatu bagimu yang
apabila berpegang teguh kepadanya maka kamu tidak akan sesat selamanya
yaitu dua perkara Kitab Allah dan Sunnah NabiMu, Wahai umat manusia
dengarkanlah olehmu apa yang aku sampaikan kepadamu, maka hiduplah kamu
dengan berpegang kepadanya”.
Selain
pada Sunan Baihaqi, hadis Urwah ini juga terdapat dalam Miftah Al
Jannah hal 29 karya As Suyuthi. Urwah bin Zubair adalah dari generasi
tabiin yang lahir tahun 22H, jadi Urwah belum lahir saat Nabi SAW
melakukan haji wada oleh karena itu hadis di atas terputus, dan ada satu
orang perawi yang tidak disebutkan, bisa dari golongan sahabat dan bisa
juga dari golongan tabiin. Singkatnya hadis ini dhaif karena terputus
sanadnya.
Al
Baihaqi dengan sanad dari Ibnu Wahb yang berkata “Aku telah mendengar
Malik bin Anas mengatakan berpegang teguhlah pada sabda Rasulullah SAW
pada waktu haji wada yang berbunyi ‘Dua hal Aku tinggalkan bagimu dimana
kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya yaitu Kitab
Allah dan Sunah NabiNya”.
Hadis ini tidak berbeda dengan hadis Al Muwatta, karena Malik bin Anas tidak bertemu Rasulullah SAW jadi hadis ini juga dhaif.
Dalam
Sirah Ibnu Hisyam jilid 4 hal 185 hadis ini diriwayatkan dari Ibnu
Ishaq yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda pada haji
wada…..,Disini Ibnu Ishaq tidak menyebutkan sanad yang bersambung kepada
Rasulullah SAW oleh karena itu hadis ini tidak dapat dijadikan hujjah.
Dalam Tarikh At Thabari jilid 2 hal 205 hadis ini juga diriwayatkan
secara mursal melalui Ibnu Ishaq dari Abdullah bin Abi Najih. Jadi kedua
hadis ini dhaif. Mungkin ada yang beranggapan karena Sirah Ibnu Hisyam
dari Ibnu Ishaq sudah menjadi kitab Sirah yang jadi pegangan oleh jumhur
ulama maka adanya hadis itu dalam Sirah Ibnu Hisyam sudah cukup menjadi
bukti kebenarannya. Jawaban kami adalah benar bahwa Sirah Ibnu Hisyam
menjadi pegangan oleh jumhur ulama, tetapi dalam kitab ini hadis
tersebut terputus sanadnya jadi tentu saja dalam hal ini hadis tersebut
tidak bisa dijadikan hujjah.
BAGIAN 2
Hadis “Kitab Allah dan SunahKu” Yang Diriwayatkan Dengan Sanad Yang Bersambung.
Telah
dinyatakan sebelumnya bahwa dari sumber-sumber yang ada ternyata ada 4
jalan sanad hadis “Kitab Allah dan SunahKu”. 4 jalan sanad itu adalah
1. Jalur Ibnu Abbas ra
2. Jalur Abu Hurairah ra
3. Jalur Amr bin Awf ra
4. Jalur Abu Said Al Khudri ra
Jalan Sanad Ibnu Abbas
Hadis
“Kitab Allah dan SunahKu” dengan jalan sanad dari Ibnu Abbas dapat
ditemukan dalam Kitab Al Mustadrak Al Hakim jilid I hal 93 dan Sunan
Baihaqi juz 10 hal 4 yang pada dasarnya juga mengutip dari Al Mustadrak.
Dalam kitab-kitab ini sanad hadis itu dari jalan Ibnu Abi Uwais dari
Ayahnya dari Tsaur bin Zaid Al Daily dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa
Rasulullah SAW bersabda “Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah meninggalkan pada kamu apa yang
jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian tidak akan sesat selamanya
yaitu Kitab Allah dan Sunnah RasulNya”.
Hadis ini adalah hadis yang dhaif karena terdapat kelemahan pada dua orang perawinya yaitu Ibnu Abi Uwais dan Ayahnya.
1. Ibnu Abi Uwais
Dalam
kitab Tahdzib Al Kamal karya Al Hafiz Ibnu Zakki Al Mizzy jilid III hal
127 mengenai biografi Ibnu Abi Uwais terdapat perkataan orang yang
mencelanya, diantaranya Berkata Muawiyah bin Salih dari Yahya bin Mu’in
“Abu Uwais dan putranya itu keduanya dhaif(lemah)”. Dari Yahya bin Mu’in
bahwa Ibnu Abi Uwais dan ayahnya suka mencuri hadis, suka
mengacaukan(hafalan) hadis atau mukhallith dan suka berbohong. Menurut
Abu Hatim Ibnu Abi Uwais itu mahalluhu ash shidq atau tempat kejujuran
tetapi dia terbukti lengah. An Nasa’i menilai Ibnu Abi Uwais dhaif dan
tidak tsiqah. Menurut Abu Al Qasim Al Alkaiy “An Nasa’i sangat jelek
menilainya (Ibnu Abi Uwais) sampai ke derajat matruk(ditinggalkan
hadisnya)”. Ahmad bin Ady berkata “Ibnu Abi Uwais itu meriwayatkan dari
pamannya Malik beberapa hadis gharib yang tidak diikuti oleh
seorangpun.”
Dalam
Muqaddimah Al Fath Al Bary halaman 391 terbitan Dar Al Ma’rifah, Al
Hafiz Ibnu Hajar mengenai Ibnu Abi Uwais berkata ”Atas dasar itu hadis
dia (Ibnu Abi Uwais) tidak dapat dijadikan hujjah selain yang terdapat
dalam As Shahih karena celaan yang dilakukan Imam Nasa’i dan lain-lain”.
Dalam
Fath Al Mulk Al Aly halaman 15, Al Hafiz Sayyid Ahmad bin Shiddiq
mengatakan “berkata Salamah bin Syabib Aku pernah mendengar Ismail bin
Abi Uwais mengatakan “mungkin aku membuat hadis untuk penduduk madinah
jika mereka berselisih pendapat mengenai sesuatu di antara mereka”.
Jadi Ibnu Abi Uwais adalah perawi yang tertuduh dhaif, tidak tsiqat, pembohong, matruk dan dituduh suka membuat hadis. Ada
sebagian orang yang membela Ibnu Abi Uwais dengan mengatakan bahwa dia
adalah salah satu Rijal atau perawi Shahih Bukhari oleh karena itu
hadisnya bisa dijadikan hujjah. Pernyataan ini jelas tertolak karena
Bukhari memang berhujjah dengan hadis Ismail bin Abi Uwais tetapi telah
dipastikan bahwa Ibnu Abi Uwais adalah perawi Bukhari yang
diperselisihkan oleh para ulama hadis. Seperti penjelasan di atas
terdapat jarh atau celaan yang jelas oleh ulama hadis seperti Yahya bin
Mu’in, An Nasa’i dan lain-lain. Dalam prinsip Ilmu Jarh wat Ta’dil
celaan yang jelas didahulukan dari pujian(ta’dil). Oleh karenanya hadis
Ibnu Abi Uwais tidak bisa dijadikan hujjah. Mengenai hadis Bukhari dari
Ibnu Abi Uwais, hadis-hadis tersebut memiliki mutaba’ah atau pendukung
dari riwayat-riwayat lain sehingga hadis tersebut tetap dinyatakan
shahih. Lihat penjelasan Al Hafiz Ibnu Hajar dalam Al Fath Al Bary Syarh
Shahih Bukhari, Beliau mengatakan bahwa hadis Ibnu Abi Uwais selain
dalam As Shahih(Bukhari dan Muslim) tidak bisa dijadikan hujjah. Dan
hadis yang dibicarakan ini tidak terdapat dalam kedua kitab Shahih
tersebut, hadis ini terdapat dalam Mustadrak dan Sunan Baihaqi.
2. Abu Uwais
Dalam
kitab Al Jarh Wa At Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim jilid V hal 92, Ibnu
Abi Hatim menukil dari ayahnya Abu Hatim Ar Razy yang berkata mengenai
Abu Uwais “Ditulis hadisnya tetapi tidak dapat dijadikan hujjah dan dia
tidak kuat”. Ibnu Abi Hatim menukil dari Yahya bin Mu’in yang berkata
“Abu Uwais tidak tsiqah”.
Dalam
kitab Tahdzib Al Kamal karya Al Hafiz Ibnu Zakki Al Mizzy jilid III hal
127 Berkata Muawiyah bin Salih dari Yahya bin Mu’in “Abu Uwais dan
putranya itu keduanya dhaif(lemah)”. Dari Yahya bin Mu’in bahwa Ibnu Abi
Uwais dan ayahnya(Abu Uwais) suka mencuri hadis, suka
mengacaukan(hafalan) hadis atau mukhallith dan suka berbohong.
Dalam
Al Mustadrak jilid I hal 93, Al Hakim tidak menshahihkan hadis ini.
Beliau mendiamkannya dan mencari syahid atau penguat bagi hadis
tersebut, Beliau berkata ”Saya telah menemukan syahid atau saksi penguat
bagi hadis tersebut dari hadis Abu Hurairah ra”. Mengenai hadis Abu
Hurairah ra ini akan dibahas nanti, yang penting dari pernyataan itu
secara tidak langsung Al Hakim mengakui kedhaifan hadis Ibnu Abbas
tersebut oleh karena itu beliau mencari syahid penguat untuk hadis
tersebut .Setelah melihat kedudukan kedua perawi hadis Ibnu Abbas
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hadis ”Kitab Allah dan SunahKu”
dengan jalan sanad dari Ibnu Abbas adalah dhaif.
Jalan Sanad Abu Hurairah ra
Hadis
“Kitab Allah dan SunahKu” dengan jalan sanad Abu Hurairah ra terdapat
dalam Al Mustadrak Al Hakim jilid I hal 93, Sunan Al Kubra Baihaqi juz
10, Sunan Daruquthni IV hal 245, Jami’ As Saghir As Suyuthi(no 3923), Al
Khatib dalam Al Faqih Al Mutafaqqih jilid I hal 94, At Tamhid XXIV hal
331 Ibnu Abdil Barr, dan Al Ihkam VI hal 243 Ibnu Hazm.
Jalan
sanad hadis Abu Hurairah ra adalah sebagi berikut, diriwayatkan melalui
Al Dhaby yang berkata telah menghadiskan kepada kami Shalih bin Musa At
Thalhy dari Abdul Aziz bin Rafi’dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ra
bahwa Rasulullah SAW bersabda “Bahwa
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Aku telah meninggalkan pada kamu
sekalian dua perkara yang jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian
tidak akan sesat selamanya yaitu Kitabullah dan SunahKu.Keduanya tidak
akan berpisah hingga menemuiKu di Al Haudh”.
Hadis
di atas adalah hadis yang dhaif karena dalam sanadnya terdapat perawi
yang tidak bisa dijadikan hujjah yaitu Shalih bin Musa At Thalhy.
Dalam
Kitab Tahdzib Al Kamal ( XIII hal 96) berkata Yahya bin Muin bahwa
riwayat hadis Shalih bin Musa bukan apa-apa. Abu Hatim Ar Razy berkata
hadis Shalih bin Musa dhaif. Imam Nasa’i berkata hadis Shalih bin Musa
tidak perlu ditulis dan dia itu matruk al hadis(ditinggalkan hadisnya).
Al
Hafiz Ibnu Hajar Al Asqalany dalam kitabnya Tahdzib At Tahdzib IV hal
355 menyebutkan Ibnu Hibban berkata bahwa Shalih bin Musa meriwayatkan
dari tsiqat apa yang tidak menyerupai hadis itsbat(yang kuat) sehingga
yang mendengarkannya bersaksi bahwa riwayat tersebut ma’mulah
(diamalkan) atau maqbulah (diterima) tetapi tidak dapat dipakai untuk
berhujjah. Abu Nu’aim berkata Shalih bin Musa itu matruk Al Hadis sering
meriwayatkan hadis mungkar.
Dalam
At Taqrib (Tarjamah :2891) Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqallany menyatakan
bahwa Shalih bin Musa adalah perawi yang matruk(harus ditinggalkan).
Al Dzahaby dalam Al Kasyif (2412) menyebutkan bahwa Shalih bin Musa itu wahin (lemah).
Dalam
Al Qaulul Fashl jilid 2 hal 306 Sayyid Alwi bin Thahir ketika
mengomentari Shalih bin Musa, beliau menyatakan bahwa Imam Bukhari
berkata”Shalih bin Musa adalah perawi yang membawa hadis-hadis mungkar”.
Kalau
melihat jarh atau celaan para ulama terhadap Shalih bin Musa tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa hadis “Kitab Allah dan SunahKu” dengan sanad
dari Abu Hurairah ra di atas adalah hadis yang dhaif. Adalah hal yang
aneh ternyata As Suyuthi dalam Jami’ As Saghir menyatakan hadis tersebut
hasan, Al Hafiz Al Manawi menshahihkannya dalam Faidhul Qhadir Syarah
Al Jami’Ash Shaghir dan Al Albani juga telah memasukkan hadis ini dalam
Shahih Jami’ As Saghir. Begitu pula yang dinyatakan oleh Al Khatib dan
Ibnu Hazm. Menurut kami penshahihan hadis tersebut tidak benar karena
dalam sanad hadis tersebut terdapat cacat yang jelas pada perawinya,
Bagaimana mungkin hadis tersebut shahih jika dalam sanadnya terdapat
perawi yang matruk, mungkar al hadis dan tidak bisa dijadikan hujjah.
Nyata sekali bahwa ulama-ulama yang menshahihkan hadis ini telah
bertindak longgar(tasahul) dalam masalah ini.
Mengapa
para ulama itu bersikap tasahul dalam penetapan kedudukan hadis ini?.
Hal ini mungkin karena matan hadis tersebut adalah hal yang tidak perlu
dipermasalahkan lagi. Tetapi menurut kami matan hadis tersebut yang
benar dan shahih adalah dengan matan hadis yang sama redaksinya hanya
perbedaan pada “Kitab Allah dan SunahKu” menjadi “Kitab Allah dan Itrah
Ahlul BaitKu”. Hadis dengan matan seperti ini salah satunya terdapat
dalam Shahih Sunan Tirmidzi no 3786 & 3788 yang dinyatakan shahih
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi. Kalau dibandingkan
antara hadis ini dengan hadis Abu Hurairah ra di atas dapat dipastikan
bahwa hadis Shahih Sunan Tirmidzi ini jauh lebih shahih kedudukannya
karena semua perawinya tsiqat. Sedangkan hadis Abu Hurairah ra di atas
terdapat cacat pada salah satu perawinya yaitu Shalih bin Musa At
Thalhy.
Adz
Dzahabi dalam Al Mizan Al I’tidal jilid II hal 302 berkata bahwa hadis
Shalih bin Musa tersebut termasuk dari kemunkaran yang dilakukannya.
Selain itu hadis riwayat Abu Hurairah ini dinyatakan dhaif oleh Hasan As
Saqqaf dalam Shahih Sifat Shalat An Nabiy setelah beliau mengkritik
Shalih bin Musa salah satu perawi hadis tersebut. Jadi pendapat yang
benar dalam masalah ini adalah hadis riwayat Abu Hurairah tersebut
adalah dhaif sedangkan pernyataan As Suyuthi, Al Manawi, Al Albani dan
yang lain bahwa hadis tersebut shahih adalah keliru karena dalam
rangkaian sanadnya terdapat perawi yang sangat jelas cacatnya sehingga
tidak mungkin bisa dikatakan shahih.
Jalan Sanad Amr bin Awf ra
Hadis
“Kitab Allah dan SunahKu” dengan jalan sanad dari Amr bin Awf terdapat
dalam kitab At Tamhid XXIV hal 331 Ibnu Abdil Barr. Telah menghadiskan
kepada kami Abdurrahman bin Yahya, dia berkata telah menghadiskan kepada
kami Ahmad bin Sa’id, dia berkata telahmenghadiskan kepada kami
Muhammad bin Ibrahim Al Daibaly, dia berkata telah menghadiskan kepada
kami Ali bin Zaid Al Faridhy, dia berkata telah menghadiskan kepada kami
Al Haniny dari Katsir bin Abdullah bin Amr bin Awf dari ayahnya dari
kakeknya
Bahwa Rasulullah bersabda “wahai
sekalian manusia sesungguhnya Aku telah meninggalkan pada kamu apa yang
jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian tidak akan sesat selamanya
yaitu Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya.
Hadis ini adalah hadis yang dhaif karena dalam sanadnya terdapat cacat pada perawinya yaitu Katsir bin Abdullah .
Dalam
Mizan Al Itidal (biografi Katsir bin Abdullah no 6943) karya Adz
Dzahabi terdapat celaan pada Katsir bin Abdullah. Menurut Daruquthni
Katsir bin Abdullah adalah matruk al hadis(ditinggalkan hadisnya). Abu
Hatim menilai Katsir bin Abdullah tidak kuat. An Nasa’i menilai Katsir
bin Abdullah tidak tsiqah.
Dalam At Taqrib at Tahdzib, Ibnu Hajar menyatakan Katsir bin Abdullah dhaif.
Dalam Al Kasyf Adz Dzahaby menilai Katsir bin Abdullah wahin(lemah).
Dalam
Al Majruhin Ibnu Hibban juz 2 hal 221, Ibnu Hibban berkata tentang
Katsir bin Abdullah “Hadisnya sangat mungkar” dan “Dia meriwayatkan
hadis-hadis palsu dari ayahnya dari kakeknya yang tidak pantas
disebutkan dalam kitab-kitab maupun periwayatan”
Dalam Al Majruhin Ibnu Hibban juz 2 hal 221, Yahya bin Main berkata “Katsir lemah hadisnya”
Dalam Kitab Al Jarh Wat Ta’dil biografi no 858, Abu Zur’ah berkata “Hadisnya tidak ada apa-apanya, dia tidak kuat hafalannya”.
Dalam
Adh Dhu’afa Al Kabir Al Uqaili (no 1555), Mutharrif bin Abdillah
berkata tentang Katsir “Dia orang yang banyak permusuhannya dan tidak
seorangpun sahabat kami yang mengambil hadis darinya”.
Dalam
Al Kamil Fi Dhu’afa Ar Rijal karya Ibnu Adi juz 6 hal 63, Ibnu Adi
berkata perihal Katsir “Dan kebanyakan hadis yang diriwayatkannya tidak
bisa dijadikan pegangan”.
Dalam
Al Kamil Fi Dhu’afa Ar Rijal karya Ibnu Adi juz 6 hal 63, Abu
Khaitsamah berkata “Ahmad bin Hanbal berkata kepadaku : jangan
sedikitpun engkau meriwayatkan hadis dari Katsir bin Abdullah”.
Dalam
Ad Dhu’afa Wal Matrukin Ibnu Jauzi juz III hal 24 terdapat perkataan
Imam Syafii perihal Katsir bin Abdullah “Katsir bin Abdullah Al Muzanni
adalah satu pilar dari berbagai pilar kedustaan”
Jadi
hadis Amr bin Awf ini sangat jelas kedhaifannya karena dalam sanadnya
terdapat perawi yang matruk, dhaif atau tidak tsiqah dan pendusta.
Jalur Abu Said Al Khudri ra
Hadis
“Kitab Allah dan SunahKu” dengan jalan sanad dari Abu Said Al Khudri ra
terdapat dalam Al Faqih Al Mutafaqqih jilid I hal 94 karya Al Khatib
Baghdadi dan Al Ilma ‘ila Ma’rifah Usul Ar Riwayah wa Taqyid As Sima’
karya Qadhi Iyadh dengan sanad dari Saif bin Umar dari Ibnu Ishaq Al
Asadi dari Shabbat bin Muhammad dari Abu Hazm dari Abu Said Al Khudri
ra.
Dalam rangkaian perawi ini terdapat perawi yang benar-benar dhaif yaitu Saif bin Umar At Tamimi.
Dalam Mizan Al I’tidal no 3637 Yahya bin Mu’in berkata “Saif daif dan riwayatnya tidak kuat”.
Dalam Ad Dhu’afa Al Matrukin no 256, An Nasa’i mengatakan kalau Saif bin Umar adalah dhaif.
Dalam
Al Majruhin no 443 Ibnu Hibban mengatakan Saif merujukkan hadis-hadis
palsu pada perawi yang tsabit, ia seorang yang tertuduh zindiq dan
seorang pemalsu hadis.
Dalam
Ad Dhu’afa Abu Nu’aim no 95, Abu Nu’aim mengatakan kalau Saif bin Umar
adalah orang yang tertuduh zindiq, riwayatnya jatuh dan bukan
apa-apanya.
Dalam
Tahzib At Tahzib juz 4 no 517 Abu Dawud berkata kalau Saif bukan
apa-apa, Abu Hatim berkata “ia matruk”, Ad Daruquthni menyatakannya
dhaif dan matruk. Al Hakim mengatakan kalau Saif tertuduh zindiq dan
riwayatnya jatuh. Ibnu Adi mengatakan kalau hadisnya dikenal munkar dan
tidak diikuti seorangpun.
Jadi
jelas sekali kalau hadis Abu Said Al Khudri ra ini adalah hadis yang
dhaif karena kedudukan Saif bin Umar yang dhaif di mata para ulama.
Hadis Tersebut Dhaif
Dari semua pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hadis “Kitab Allah dan SunahKu” ini adalah hadis yang dhaif.
Hadits yang shahih untuk perkara ini adalah sebagai berikut:
Kuwariskan kepadamu sekalian suatu pedoman hidup, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya tidak akan sesat selamanya yaitu Al Qur`an [Muslim no 2137]
0 komentar:
Post a Comment