KESAKSIAN NABI MUHAMMAD TENTANG KITAB HADIS
PENDAHULUAN
Seperti
telah diketahui, sekarang ini ada 2 kelompok yang berselisih, yaitu
orang-orang yang beriman pada kitab hadis dan orang-orang yang tidak
beriman pada kitab hadis. Yang beriman kepada kitab hadis mengatakan Kamu sesat dan menyesatkan!, Kamu kafir!, atau Kamu masuk neraka! dan bahkan Kamu boleh diperangi kepada yang tidak beriman pada kitab hadis. Yang tidak beriman kepada kitab hadis ketakutan.
Pada
hari kiamat, setelah manusia dihidupkan kembali, akan diselenggarakan
pengadilan terhadap manusia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
selama hidup di dunia fana ini. Bagaimanakah pengadilan untuk memutuskan
perkara perselisihan tersebut pada hari kiamat kelak? Makalah ini
ditulis untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan Al Qur’an
terjemahan versi Dep. Agama RI dalam program komputer Al Qur’an Digital
versi 2.1.
SAKSI DALAM PENGADILAN HARI KIAMAT
Pada
hari kiamat diadakan pengadilan terhadap manusia atas segala
perbuatannya di dunia fana setelah dihidupkan kembali dari kematiannya
(23:16; 22:69; dan 39:69).
23:16. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
22:69. Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.
39:69.
Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan)
Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing)
dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.
Dalam
pengadilan tersebut, setiap umat akan mempunyai seorang saksi (16:84
dan 4:41). Nabi Muhammad akan dijadikan sebagai saksi atas umatnya
(4:41). Memang, di samping diutus sebagai pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan, Nabi Muhammad juga diutus untuk menjadi saksi
(33:45). Umat Nabi Isa juga mempunyai seorang saksi, yaitu Nabi Isa
sendiri (4:159).
16:84. Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan dari tiap-tiap umat seorang saksi (rasul), kemudian tidak diizinkan kepada orang-orang yang kafir (untuk membela diri) dan tidak (pula) mereka dibolehkan meminta ma'af.
4:41. Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).
33:45. Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
4:159.
Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya
(Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi
saksi terhadap mereka.
KESAKSIAN PARA SAKSI
Pada hari kiamat, Allah akan memberikan keputusan dalam pengadilan tentang perkara perselisihan di antara manusia (32:25).
32:25. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya.
Contoh
perselisihan atau perbedaan yang akan diungkap kebenarannya adalah
tentang keberadaan sekutu-sekutu Allah. Pada hari itu, seorang saksi
akan memberi kesaksian tentang orang-orang yang mengatakan bahwa Allah
mempunyai sekutu (28:74 dan 28:75). Dengan kesaksian saksi tersebut,
akan terungkap bahwa Allah tidak mempunyai sekutu.
28:74.
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata:
"Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?"
28:75.
Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata
"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu", maka tahulah mereka bahwasanya yang
hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya
mereka ada-adakan.
Di hadapan Allah, para saksi akan menyatakan kedustaan para pendusta seperti yang dijelaskan dalam 11:18.
11:18.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta
terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka." Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,
KESAKSIAN NABI MUHAMMAD TERHADAP KITAB HADIS
Pada
saat pengadilan pada hari kiamat, tiap manusia akan ditanya tentang
semua yang telah dikerjakan atau amalnya ketika hidup di dunia fana
(74:38 dan 41:20).
74:38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,
41:20. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Amal
seseorang pada dasarnya adalah pengamalan pedoman hidupnya sehingga
pedoman hidup yang digunakan selama hidup akan ditanyakan. Pedoman hidup
itu akan dijadikan dasar untuk menilai amal seseorang karena alasan
melakukan sesuatu amal ditentukan oleh pedoman hidup yang dianutnya.
Itulah sebabnya kita tidak boleh mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan
karena alasan amal seseorang yang didasarkan oleh pendengaran,
penglihatan, dan hati akan dijadikan pertimbangan dalam
pertanggungjawaban pada hari kiamat kelak (17:36). Artinya, dalam
memilih pedoman hidup, kita harus menggunakan pendengaran, penglihatan,
dan hati.
17:36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Apa yang dimaksud dengan pengetahuan
di atas? Marilah kita perhatikan ayat 20:114 terjemahan. Dalam ayat
tersebut diceritakan bahwa Nabi diminta agar tidak tergesa-gesa membaca
Al Qur’an sebelum disempurnakan wahyunya dan berdoa supaya ditambahkan
pengetahuan. Frase ilmu pengetahuan dalam ayat 20:114 terjemahan tersebut sebenarnya sama dengan pengetahuan (knowledge),
seperti yang tertulis dalam terjemahan versi Abdullah Yusuf Ali. Jadi,
pengetahuan dalam doa tersebut adalah wahyu Allah. Dengan kalimat lain,
pengetahuan yang dimaksud adalah berupa informasi dari Allah.
20:114.
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
020.114
High above all is Allah, the King, the Truth! Be not in haste with the
Qur'an before its revelation to thee is completed, but say, "O my Lord!
advance me in knowledge." (versi Abdullah Yusuf Ali)
Bukti lain bahwa pengetahuan yang dimaksud berasal dari Allah adalah ayat-ayat berikut ini.
10:93.
Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman
yang bagus dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka
tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
18:65.
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami,
yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
018.065 So they found one of Our servants, on whom We had bestowed Mercy from Ourselves and whom We had taught knowledge from Our own Presence. (versi Abdullah Yusuf Ali)
19:43. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
019.043 "O my father! to me hath come knowledge which hath not reached thee: so follow me: I will guide thee to a way that is even and straight. (versi Abdullah Yusuf Ali)
28:14. Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Pengetahuan
atau petunjuk dapat diterima secara langsung dari Allah atau dari kitab
Allah (22:8 dan 31:20). Kedua ayat tersebut menegaskan bahwa
pengetahuan yang dimaksud adalah berupa informasi dari Allah.
22:8. Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,
31:20.
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia
ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Kebenaran
informasi tersebut dijamin jika yang menyampaikannya adalah para Rasul
Allah. Oleh karena itu, kita diperintahkan agar beriman kepada Rasul
Allah (64:8). Pengetahuan berupa informasi dari Allah yang disampaikan
melalui para Rasul harus dijadikan pegangan untuk menghadapi orang-orang
yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa
pengetahuan (6:119 dan 6:144).
64:8. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
6:144.
dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua
yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada
dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah
menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
6:119.
Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang
disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah
telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali
apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.
Dalam
konteks makalah ini, pengetahuan yang dimaksudkan adalah informasi dari
Allah yang diterima Rasul Allah, yaitu Al Qur’an. Dalam kesaksiannya
kelak, Nabi Muhammad hanya mempercayai Al Qur’an saja karena hanya Al
Qur’an itulah yang disaksikannya ketika beliau masih hidup. Beliau akan
mengatakan tidak tahu jika
dimintai kesaksian tentang kitab selain Al Qur’an. Ini adalah hal yang
bersifat logis karena beliau tidak pernah menyaksikan kitab selain Al
Qur’an. Kesaksian Nabi tentang Al Qur’an digambarkan dalam kasus orang
yang menyesal karena ketika hidup di dunia fana, dirinya merasa telah
disesatkan oleh syaitan (25:29 dan 25:30).
25:29. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.
25:30. Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan."
Yang
menarik adalah bahwa orang menyesal yang diceritakan dalam 25:29 hanya
menyebutkan Al Qur’an saja. Orang itu tidak menyebut yang selainnya,
misalnya hadis Nabi, baik yang ditulis maupun yang tidak ditulis,
seperti yang dianut oleh banyak orang sekarang ini. Hal ini menunjukkan bahwa pedoman hidup yang diakui dalam pengadilan pada hari kiamat adalah Al Qur’an.
Sekarang,
bagaimana kira-kira kesaksian Nabi Muhammad tentang kitab hadis?
Seperti sudah disampaikan di muka, beliau akan mengatakan tidak tahu
karena beliau tidak pernah menyaksikannya selama hidupnya. Meskipun
hanya menurut logika, hal ini sangat masuk akal. Artinya, Nabi Muhammad
akan tidak bertanggungjawab atas isi kitab hadis. Oleh karena itu, kitab
hadis tidak dapat digunakan sebagai pedoman hidup karena amal yang
didasarkan pada kitab hadis tidak akan diakui oleh Nabi Muhammad sebagai
ajarannya dalam kesaksiannya pada hari kiamat. Bisa jadi, penulis kitab
hadis termasuk orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk
menyesatkan manusia tanpa pengetahuan seperti yang disebutkan dalam 6:119 dan 6:144.
KESAKSIAN PENULIS KITAB HADIS
Tidak
ada satu ayat pun dalam Al Qur’an yang menyebutkan penulis kitab hadis,
apalagi menyebutkan penulis kitab hadis sebagai saksi. Walaupun
demikian, ada beberapa ayat Al Qur’an yang dapat dijadikan renungan.
Kenyataan menunjukkan bahwa pemuka-pemuka yang menyombongkan diri memang
pernah ada (7:75). Apakah para penulis kitab hadis termasuk orang yang
meyombongkan diri? Rasa-rasanya, ada alasan untuk menjawab ya atas pertanyaan tersebut. Para
penulis kitab hadis berani menulis tentang perkataan, perbuatan, dan
sikap Nabi Muhammad tanpa ada penugasan dan konfirmasi dari Nabi
Muhammad. Bukankah ini tanda-tanda perilaku orang-orang yang
menyombongkan diri?
7:75. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri
di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang
telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahwa Shaleh di utus
(menjadi rasul) oleh Tuhannya?." Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami
beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya."
Apakah
para penulis kitab hadis termasuk orang-orang yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya? Penulis tidak menemukan satu ayat pun dalam Al Qur’an
tentang perintah Allah kepada para penulis kitab hadis untuk menulis
kitab hadis. Penulis juga tidak menemukan satu ayat pun dalam Al Qur’an
tentang perintah kepada Nabi untuk membuat kitab hadis. Selain itu, Nabi
Muhammad tidak mungkin memerintahkan penulisan kitab hadis kepada
orang-orang yang tidak pernah disaksikannya. Jadi, para penulis kitab
hadis itu taat kepada perintah siapa? Yang jelas, mereka taat kepada
selain Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, ada alasan untuk mengatakan
bahwa para penulis kitab hadis termasuk orang-orang yang menyombongkan
diri.
Para
penulis kitab hadis mempunyai pengikut yang sangat banyak. Jika para
penulis kitab hadis termasuk orang-orang yang menyombongkan diri, para
pengikutnya perlu merenungkan ayat 40:47 dan 40:48 berikut ini.
40:47.
Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka
orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan
diri: "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu
menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?"
40:48.
Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua
sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan
keputusan antara hamba-hamba-(Nya)."
Lantas,
kita harus mengikuti siapa? Ada baiknya, ayat 17:36 berikut ini
disajikan sekali lagi di sini. Pesan dari ayat tersebut adalah sangat
jelas dan terang benderang, yaitu bahwa kita hanya boleh mengikuti
sesuatu berdasarkan pada pengetahuan. Sudah dijelaskan di muka bahwa
pengetahuan yang dimaksud adalah informasi dari Allah. Tentu saja,
informasi tersebut hanya ada di Al Qur’an saja. Jadi, kita harus hanya
mengikuti ajaran yang ada dalam Al Qur’an.
0 komentar:
Post a Comment