PENDAHULUAN
Mempersekutukan Allah dengan sesuatu adalah dosa
besar yang tidak diampuni-Nya (4:48 dan 4:116).
4:48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. (versi Dep. Agama
RI)
4:116.
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia,
dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu)
dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (versi
Dep. Agama RI)
Kedua ayat di atas menegaskan bahwa
mempersekutukan Allah adalah suatu perbuatan yang harus dihindari jika
seseorang ingin masuk surga. Oleh karena itu, kita harus dapat mengetahui
perbuatan-perbuatan yang tergolong mempersekutukan Allah dengan benar. Jangan
sampai terjadi, orang merasa tidak mempersekutukan Allah tetapi ia sebenarnya
melakukannya. Oleh karena itu, penulis
ingin membahas tentang perbuatan-perbuatan mempersekutukan Allah.
ALLAH HANYA SATU DAN TIDAK
MEMPUNYAI SEKUTU
Allah hanya satu dan tidak mempunyai sekutu
(18:110 dan 6:163).
18:110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia
biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (versi
Dep. Agama RI)
6:163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)." (versi Dep. Agama RI)
PENGERTIAN MEMPERSEKUTUKAN
ALLAH
Arti Kata
Mempersekutukan Allah bermakna menganggap Allah
mempunyai sekutu. Mempersekutukan Allah diistilahkan dengan syirik. Jadi, syirik berarti perbuatan
mempersekutukan Allah dengan sesuatu. Orang yang berbuat syirik atau orang yang
mempersekutukan Allah disebut musyrik. Walaupun
demikian, orang seringkali menggunakan istilah orang musyrik daripada musyrik.
Seringkali, syirik disamakan artinya dengan perbuatan musyrik. Maksudnya,
syirik adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempersekutukan
Allah. Orang yang mempersekutukan Allah beranggapan bahwa Allah mempunyai
sekutu (partner).
Ketika menyebutkan sesuatu yang dianggap oleh
orang musyrik sebagai sekutu Allah, Allah menggunakan istilah sekutu-sekutumu atau sekutu-sekutu-Ku. Hal tersebut dijumpai
dalam ayat-ayat berikut ini.
35:40. Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku
tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah
kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah
mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi
kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang
jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka
tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka." (versi
Dep. Agama RI)
10:34. Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu
ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya
(menghidupkannya) kembali?" katakanlah: "Allah-lah yang memulai
penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka
bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?" (versi
Dep. Agama RI)
41:47. Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan
tentang hari Kiamat. Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak
seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan
sepengetahuan-Nya. Pada hari Tuhan memanggil mereka: "Dimanakah sekutu-sekutu-Ku
itu?", mereka menjawab: "Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada
seorangpun di antara kami yang memberi kesaksian (bahwa Engkau punya
sekutu)." (versi Dep. Agama
RI)
18:52. Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu)
Dia berfirman: "Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu
katakan itu." Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak
membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka).
(versi Dep. Agama RI)
16:27. Kemudian Allah menghinakan mereka di hari
kiamat, dan berfirman: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang
karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang
mukmin)?" Berkatalah orang-orang yang telah diberi ilmu:
"Sesungguhnya kehinaan dan azab hari ini ditimpakan atas orang-orang yang
kafir",(versi Dep. Agama RI)
28:62. Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah
menyeru mereka, seraya berkata: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang
dahulu kamu katakan?" (versi Dep. Agama RI)
28:74. Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah
menyeru mereka, seraya berkata: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang
dahulu kamu katakan?" (versi Dep. Agama RI)
Ada baiknya, perlu dijelaskan lebih dahulu istilah
sekutu-sekutumu dan sekutu-sekutu-Ku agar tidak membuat
bingung. Mengapa digunakan sekutu-sekutumu
dalam 35:40 dan 10:34? Bukankah yang dianggap mempunyai sekutu adalah Allah?
Mengapa bukan sekutu-sekutu-Ku? Menurut
penulis, ini merupakan ekspresi ketidakberkenanan Allah jika dianggap mempunyai
sekutu. Sekutu-sekutumu yang dimaksud
hanyalah anggapan orang-orang saja. Artinya, sekutu-sekutumu dalam ayat tersebut adalah sekutu-sekutu Allah yang
dibuat oleh orang-orang. Dengan kalimat lain, kata ganti mu di situ berarti yang
dibuat kamu, bukan milik kamu. Jadi,
sekutu-sekutumu dalam ayat-ayat
tersebut tidak berarti bahwa Allah menganggap orang-orang mempunyai sekutu. Di
lain pihak, sekutu-sekutu-Ku berarti
sekutu-sekutu Allah yang dikatakan orang. Rasa-rasanya, istilah sekutu-sekutu-Ku mudah dimengerti.
Sekutu Allah sebagai Anggapan
Mempersekutukan Allah adalah suatu perbuatan menganggap
Allah mempunyai sekutu. Kata menganggap
perlu digarisbawahi karena sebenarnya Allah tidak mempunyai sekutu. Dengan
demikian, istilah sekutu Allah ada
karena ada orang yang menganggap bahwa Allah mempunyai sekutu. Selain itu,
menganggap Allah mempunyai sekutu dapat tidak disadari oleh si pelaku. Dapat
terjadi, seseorang mengatakan bahwa Allah tidak mempunyai sekutu tetapi dalam
kehidupannya ia melakukan perbuatan yang dapat dikategorikan termasuk perbuatan
mempersekutukan Allah. Mempersekutukan Allah adalah suatu perbuatan. Oleh sebab
itu, perbuatan seseorang lebih tepat untuk dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui
kesyirikan seseorang. Jadi, orang yang mengatakan bahwa Allah tidak mempunyai
sekutu belum tentu tidak mempersekutukan Allah. Dengan kalimat lain, orang yang
mengaku tidak mempersekutukan Allah belum tentu tidak mempersekutukan Allah.
Selain itu, yang dianggap sebagai sekutu Allah adalah
sama dengan tuhan selain Allah. Maksudnya, orang yang beranggapan bahwa ada
tuhan selain Allah adalah sama dengan musyrik.
Alasan Mempersekutukan Allah
Alasan mempersekutukan Allah adalah agar yang
dijadikan sebagai sekutu Allah menjadi pemberi syafa’at (10:18) dan membuat
menjadi lebih dekat kepada Allah (46:28 dan 39:3).
10:18. Dan mereka menyembah selain daripada Allah
apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at
kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula)
dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
mempersekutukan (itu). (versi Dep. Agama RI)
46:28. Maka
mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri
(kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap
dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka
ada-adakan.
39:3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama
yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain
Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih
padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan
sangat ingkar.
CONTOH MEMPERSEKUTUKAN ALLAH DALAM AL QUR’AN
Contoh syirik yang paling nyata adalah perbuatan
orang yang menganggap Al Masih putera Maryam adalah Allah (5:72).
5:72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal
Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (versi Dep. Agama RI)
Sebenarnya, ayat 5:72 sudah menerangkan
dengan jelas bahwa tindakan menganggap Al Masih sebagai Allah adalah perbuatan
mempersekutukan Allah. Walaupun demikian, tidak ada salahnya untuk membuat
sedikit pembahasan. Sepintas lalu terkesan bahwa tidak ada syirik di situ
karena yang dianggap Allah yang satu adalah Al Masih. Dalam hal ini, Al Masih
dianggap sebagai jelmaan Allah. Namun, jika demikian anggapannya, ketika Al
Masih hidup, Allah dianggap hanya beraktivitas seperti Al Masih. Ini adalah
tidak mungkin karena Allah hidup kekal, terus menerus mengurus makhluk-Nya,
tidak mengantuk, dan tidak tidur (2:255). Dengan demikian, Allah dan Al Masih
ada pada saat yang sama. Oleh karena itu, Allah dan Al Masih tidak sama. Dalam
hal ini, Al Masih hanyalah makhluk yang telah dianggap sebagai tuhan selain
Allah. Di sinilah letak kesyirikan tersebut. Sebagai sekutu Allah, Al Masih
diperlakukan seperti Tuhan.
2:255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (versi Dep. Agama RI)
Contoh yang lain adalah anggapan bahwa
Allah mempunyai anak (17:40; 6:100; dan 9:30). Yang dianggap sebagai anak Tuhan
adalah sesuatu yang dijadikan sebagai sekutu Allah.
17:40. Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu
anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara
para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar
(dosanya). (versi Dep. Agama
RI)
6:100. Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan
jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan
mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak
laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci
Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (versi Dep. Agama RI)
9:30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera
Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera
Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana
mereka sampai berpaling? (versi Dep. Agama RI)
Selain itu, ayat-ayat tersebut menerangkan
bahwa yang dijadikan sebagai sekutu Allah meliputi manusia, jin, dan malaikat.
SYIRIK KARENA SELAIN KITAB
ALLAH
Manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah
(51:56). Dalam hal ini, manusia hanyalah hamba (budak) Allah (19:93). Kewajiban
seorang hamba Allah adalah hanya mengikuti kehendak Tuhannya, yaitu Allah.
Manusia tidak boleh mengikuti kehendak selain Allah. Kehendak Allah tertuang
dalam kitab-kitab Allah dalam bentuk ajaran-ajaran. Yang tertuang dalam selain
kitab Allah adalah bukan ajaran-ajaran Allah, tetapi ajaran-ajaran selain
Allah. Dengan demikian, perbuatan mengikuti ajaran dalam kitab selain kitab
Allah berarti mengikuti ajaran selain Allah. Perlu pula ditambahkan di sini
bahwa yang perlu ditekan di sini adalah pembuat ajaran-ajaran tersebut, bukan
isi ajaran-ajaran tersebut. Maksudnya, dapat saja terjadi, tuhan selain Allah
membuat suatu ajaran yang kebetulan sama dengan ajaran Allah. Oleh karena itu, beriman
kepada selain kitab Allah adalah perbuatan mempersekutukan Allah.
51:56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (versi Dep. Agama RI)
19:93. Tidak ada seorangpun di langit dan
di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. (versi Dep. Agama RI)
Kitab selain kitab Allah dapat berupa kitab Allah
yang telah dirubah dan kitab buatan manusia biasa. Kitab Allah sebelum Al
Qur’an telah dirubah manusia sehingga melahirkan perbuatan mempersekutukan
Allah seperti yang terungkap dalam 5:72 dan 9:30 yang telah dibahas sebelumnya.
Meskipun perubahan tersebut mungkin tidak seratus persen, kitab-kitab semacam
itu telah mengajarkan syirik sehingga dapat dikelompokkan sebagai bukan kitab
Allah lagi.
Contoh kitab
selain kitab Allah buatan manusia paling utama adalah kitab hadis. Kitab ini berisi perkataan, perbuatan, dan
sikap Nabi Muhammad yang dibuat tanpa sepengetahuan Nabi Muhammad. Kitab hadis
dijadikan sebagai pedoman oleh sebagian besar umat islam. Isinya dianggap
sebagai ajaran Rasul Allah.
Sebagaian besar umat islam mengikuti kitab Allah,
yakni Al Qur’an, dan kitab selain kitab Allah, yakni kitab hadis. Penulis ingin
menunjukkan bahwa perbuatan tersebut menyebabkan perbuatan mempersekutukan
Allah. Telah dibahas di muka bahwa sebagai hamba Allah, manusia hanya wajib
mengabdi kepada Allah dengan cara mengikuti semua kehendak Allah. Mengikuti ajaran
dalam Al Qur’an adalah sudah dijamin kebenarannya karena ajaran tersebut adalah
kehendak Allah. Di lain pihak, mengikuti ajaran dalam kitab hadis adalah
mengikuti ajaran dari selain Allah yang dianggap sama dengan Allah. Di sini,
selain Alah yang membuat ajaran dalam kitab hadis telah dianggap sebagai tuhan
selain Allah. Oleh karena itu, kitab hadis merupakan sumber perbuatan
mempersekutukan Allah. Berikut ini adalah sejumlah perbuatan mempersekutukan
Allah yang terjadi di masyarakat yang bersumber dari kitab buatan manusia.
Mengingat Allah dan Selain Allah Secara Bersama-sama
Kita sering mendengar seseorang berpidato yang
menyebut nama Allah dan menyebut nama Muhammad pada awal pidatonya. Selain itu,
banyak orang mengingat Nabi Muhammad ketika shalat. Ada pula orang yang berdoa
kepada Allah dengan menyebut Muhammad. Perbuatan-perbuatan tersebut merupakan
perbuatan mengingat Allah dan selain Allah secara bersama-sama. Padahal, Allah
hanya memerintahkan kita agar hanya mengingat Allah saja (33:41). Ketika
shalat, orang juga diperintahkan agar hanya mengingat Allah saja (20:14). Kita
secara tegas telah dilarang untuk menyebut nama atau menyeru atau memanggil
siapapun bersama-sama dengan Allah (72:18). Mengapa Nabi Muhammad diingat secara
bersama-sama ketika Allah diingat? Jawabannya adalah karena Nabi Muhammad telah
dijadikan sebagai sekutu Allah. Dalam hal ini, Nabi Muhammad dianggap berhak
untuk diingat seperti Tuhan.
33:41.
O you who believe! Remember Allah with much
remembrance. (Hai orang yang beriman! Ingatlah Allah
dengan pengingatan yang banyak.) (Versi Dr. Shehnaz
Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
20:14. Sesungguhnya Aku ini adalah
Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku. (versi Dep. Agama
RI)
72:18 "And
the places of worship are for Allah (alone): So invoke not any one along with
Allah; (Dan tempat untuk sembahyang
adalah untuk Allah (semata): Maka janganlah menyebut siapapun bersama-sama
dengan Allah (versi Abdullah Yusuf Ali)
Perilaku menyebut nama Allah bersama-sama dengan tuhan
selain Allah disebutkan dalam 39:45. Orang-orang musyrik sangat senang jika
sesembahan mereka disebut bersama-sama dengan nama Allah. Dan sebaliknya,
mereka sangat kecewa jika sesembahan mereka tidak disebut bersama-sama dengan
nama Allah. Mereka mencintai sesembahan selain Allah sama seperti mencintai Allah
(2:165).
39:45.
Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain
Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati. (versi Dep. Agama RI)
2:165. Dan diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (versi Dep. Agama
RI)
Ajaran Allah dan Ajaran Rasul
Sebagai hamba,
manusia hanya diperintahkan agar menyembah Allah saja dengan cara mengikuti semua ajaran-Nya. Karena Allah hanya satu,
ajaran Allah pasti hanya satu. Dalam kenyataan, banyak orang yang beranggapan
bahwa ada ajaran Rasul. Ajaran Rasul dijadikan sebagai pedoman seperti ajaran
Allah meskipun bertentangan dengan Al Qur’an atau tidak dijumpai dalam Al
Qur’an. Dalam hal ini, Rasul Allah telah diperlakukan menjadi tuhan selain
Allah.
Muhammad Sang Pemberi Syafa’at
Pemberi syafa’at adalah mereka yang dianggap
menjadi perantara atau mediator antara Tuhan dan manusia dalam proses pemberian
kemanfaatan atau penghilangan kemudharatan dari Allah. Artinya, pemberian kemanfaatan
atau penghilangan kemudharatan dari Allah dapat terjadi karena peranan pemberi
syafa’at.
Yang dijadikan sekutu-sekutu Allah oleh manusia
dianggap sebagai pemberi syafa’at
walaupun mereka tidak bisa mendatangkan kemudharatan dan kemanfaatan
(10:18). Yang dianggap sebagai sekutu-sekutu Allah tersebut dapat berupa
malaikat, orang-orang yang dianggap dekat dengan Allah, atau orang-orang yang
dianggap dikasihi Allah.
Banyak orang berharap mendapatkan syafa’at Nabi
Muhammad pada hari kiamat. Dalam hal ini, Nabi Muhammad dianggap sebagai
mediator atau perantara dalam proses pemberian pertolongan dalam penentuan
seseorang masuk surga atau neraka pada hari kiamat. Barangkali, alasannya
adalah karena Nabi Muhammad adalah manusia yang dekat dan dicintai Allah. Untuk
mewujudkan harapannya, mereka melakukan peribadatan dengan cara bershalawat dan
memberi salam kepada orang yang dikasihi Allah. Padahal, tidak ada pemberi
syafa’at pada hari kiamat (2:48). Ini berarti bahwa Nabi Muhammad juga tidak
bisa memberi syafa’at pada hari kiamat. Selain itu, perlu diingat bahwa Nabi
Muhammad juga tidak bisa memberi kemanfaatan dan kemudharatan (72:21). Jadi, perilaku
menganggap Nabi Muhammad sebagai pemberi syafa’at adalah sama dengan perilaku
orang yang menganggap sekutu Allah sebagai pemberi syafa’at yang diterangkan
dalam 10:18. Dengan demikian, Nabi Muhammad telah diperlakukan sebagai sekutu
Allah.
2:48. Dan jagalah dirimu dari (azab) hari
(kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau
sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya,
dan tidaklah mereka akan ditolong. (versi Dep. Agama
RI)
72:21. Katakanlah: "Sesungguhnya aku
tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula)
suatu kemanfaatan." (versi Dep. Agama
RI)
Tambahan, Allah juga tidak mengambil
sekutu ketika membuat suatu keputusan (18:26). Ini berari bahwa ketika
menetapkan seseorang masuk surga atau neraka, Allah juga tidak mengambil
sekutu. Dengan demikian, Allah tidak membutuhkan Nabi Muhammad dalam memutuskan
seseorang masuk surga atau neraka. Orang yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad
dapat memberi syafaat pada hari kiamat adalah orang yang menganggap Nabi
Muhammad adalah sekutu Allah.
18:26. Katakanlah: "Allah lebih mengetahui
berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang
tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah
tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari
pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam
menetapkan keputusan."
Tuduhan Sesat kepada Pengiman Al Qur’an Saja
Allah telah menegaskan bahwa orang-orang yang mengikuti
petunjuk Allah (dalam hal ini Al Qur’an) tidak akan sesat (20:23). Namun, para
ulama islam menuduh orang-orang yang hanya beriman kepada Al Qur’an saja
sebagai orang sesat. Jika para ulama tersebut hanya mempunyai satu Tuhan pasti
tidak akan menyatakan sesat kepada orang-orang yang hanya beriman kepada Al
Qur’an saja karena Allah sebagai satu-satunya Tuhan telah menyatakan bahwa
orang-orang yang hanya beriman kepada Al Qur’an tidak akan sesat. Jadi, yang
menyebabkan mereka menyatakan bahwa orang-orang yang hanya beriman kepada Al
Qur’an sebagai orang-orang sesat adalah karena mereka mempunyai tuhan selain
Allah.
20:123. Allah berfirman: "Turunlah kamu
berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang
lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (versi
Dep. Agama RI)
Golongan-golongan Agama
Dahulu, manusia adalah satu umat dan kemudian
terjadi perselisihan (10:19). Perselisihan di antara manusia telah menyebabkan
golongan-golongan.
10:19. Manusia dahulunya hanyalah satu umat,
kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah
ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka,
tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (versi Dep. Agama RI)
Keberadaan golongan-golongan dalam agama adalah
indikator perbuatan mempersekutukan Allah. Seperti kita ketahui bahwa di dunia
ini ada banyak agama. Dalam tiap agama, ada golongan-golongan yang lebih kecil.
Dalam golongan-golongan yang lebih kecil tersebut, mungkin ada
golongan-golongan lagi. Ayat-ayat yang menerangkan hal tersebut adalah 30:31
dan 30:32.
30:31. dengan kembali bertaubat kepada-Nya
dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (Versi Dep. Agama RI)
30:32. yaitu orang-orang yang
memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (Versi
Dep. Agama RI)
Hal ini perlu dijadikan renungan orang
yang mengikuti suatu sekte atau kelompok atau agama agar tidak tergolong orang-orang
yang mempersekutukan Allah. Menurut penulis, keanekaragaman sekte atau kelompok
atau agama terjadi karena penggunaan kitab selain kitab Allah, yaitu kitab
buatan manusia atau kitab Allah yang telah dirubah. Dalam kitab buatan manusia
dan kitab Allah yang telah dirubah, ada ajaran dari selain Allah. Yang dimaksud
dengan selain Allah tersebut adalah tuhan selain Allah yang dianggap sebagai
sekutu Allah. Mungkin banyak yang tidak menyadari hal ini. Bagaimanapun juga, kebenaran
hubungan antara golongan-golongan agama dan perbuatan mempersekutukan Allah
adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah lagi (30:31 dan 30:32).
Mengharamkan dan Menghalalkan
Ada orang-orang yang menghalalkan dan mengaramkan
sesuatu yang tidak diajarkan Allah dalam kitab-Nya. Mereka mengikuti yang
diajarkan dalam selain kitab Allah yang dibuat oleh selain Allah. Artinya,
mereka mengikuti ajaran dari selain Allah. Padahal, menghalalkan dan
mengharamkan adalah hak Allah (10:59). Nabi Muhammad juga tidak boleh
menentukan keharaman dan kehalalan sesuatu (66:1). Keharaman dan kehalalan yang
disampaikan Nabi Muhammad pasti sama dengan yang ada di Al Qur’an karena yang
disampaikannya adalah wahyu Allah berupa Al Qur’an (6:145). Jadi, mereka
sesungguhya mempunyai tuhan selain Allah. Dalam hal ini, mereka telah
menganggap Nabi Muhammad sebagai sekutu-Nya.
10:59. Katakanlah: "Terangkanlah
kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan
sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah
telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja
terhadap Allah ?" (versi Dep. Agama
RI)
66:1. Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan
apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (versi Dep. Agama RI)
6:145. Katakanlah: "Tiadalah aku
peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi
orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah
yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (versi Dep. Agama RI)
Dapat
disimpulkan di sini bahwa beriman kepada selain kitab Allah adalah perbuatan
mempersekutukan Allah. Selain itu, selain kitab Allah merupakan sumber
perbuatan mempersekutukan Allah.
PENGOBATAN AJAIB
Kita sering mengamati fenomena pengobatan
alternatif yang menggunakan keajaiban. Maksudnya, proses pengobatan tersebut hanya
mengandalkan doa. Yang menarik, para ahli pengobatan ajaib semacam itu
mempromosikannya di media cetak maupun media elektronik. Mereka seolah-olah
sangat percaya diri dapat menjadi ahli penyembuh. Penampilan mereka di televisi
memperlihatkan bahwa mereka seperti orang yang percaya diri seolah-olah Tuhan
akan selalu memberi ijin kepada mereka untuk menyembuhkan penyakit pasiennya.
Bagi penulis, sikap seperti itu hanya menimbulkan pertanyaan. Apakah Tuhan
telah ditaklukkan oleh mereka sehingga selalu mengikuti semua perintah mereka?
Allah yang menyembuhkan penyakit. Hal
tersebut tercermin dari perkataan Nabi Ibrahim (26:80). Jika ingin sembuh, kita
tentu memohon kepada Allah dengan doa agar menjadi sembuh. Ekspresi orang yang
berdoa kepada Allah secara benar adalah harap-cemas atau antara takut dan
harapan (7:56 dan 21:90). Jika mereka mengatakan bahwa semua kesembuhan karena
ijin Allah, mengapa wajah mereka dan sikap mereka tidak mencerminkan orang yang
harap-cemas atau antara takut dan harapan? Dari sini, penulis berpendapat bahwa
Allah yang dimaksudkan mereka bukan Allah yang disebutkan dalam Al Qur’an.
Artinya, ada yang bekerja untuk mereka yang bisa diperintah sesuai kehendak
mereka dalam proses pengobatan.
26:80. dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, (versi Dep. Agama RI)
7:56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (versi
Dep. Agama RI)
21:90. Maka Kami memperkenankan doanya,
dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat
mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada
Kami. (versi Dep. Agama RI)
Adakah yang dijadikan tuhan selain Allah dalam hal
ini? Yang dimaksud sebagai penyembuh oleh mereka adalah sesuatu yang tunduk
mengikuti keinginan mereka. Akan tetapi, mereka mengaku bahwa yang menyembuhkan adalah Allah. Tentu saja,
sesuatu yang tunduk mengikuti keinginan mereka sudah pasti adalah selain Allah.
Artinya, yang dimaksud dengan Allah oleh mereka adalah selain Allah. Jadi, ada sesuatu
yang dijadikan sebagai tuhan selain Allah oleh para ahli pengobatan ajaib.
Bagi orang yang berobat, para ahli pengobatan
ajaib dianggap sebagai perantara dalam mendapat pertolongan Tuhan (pemberi
syafa’at). Mereka meminta pertolongan kepada para ahli pengobatan ajaib agar
mendoakan mereka supaya sembuh dari penyakitnya. Para ahli pengobatan ajaib dianggap
sebagai orang yang dekat dengan Tuhan sehingga doanya dianggap akan dikabulkan.
Di sisi lain, para ahli pengobatan ajaib juga berperilaku seperti membenarkan
anggapan orang-orang yang berobat kepada mereka. Dalam hal ini, para ahli
pengobatan ajaib telah dianggap sebagai tuhan selain Allah (sekutu Allah) oleh
orang-orang yang berobat kepada mereka. Artinya, di samping meminta pertolongan
kepada Allah, mereka yang berobat kepada para ahli pengobatan ajaib juga
meminta pertolongan kepada orang yang dianggap sebagai sekutu-Nya
PESUGIHAN
Fenomena orang mencari pesugihan sudah
bukan rahasia lagi. Pesugihan adalah suatu cara mendapatan kekayaan dengan
bantuan jin. Setidak-tidaknya, itulah definisi yang dibuat berdasarkan
informasi dari cerita di masyarakat dan media masa. Mereka yang mencari
kekayaan melalui pesugihan tersebut melakukan peribadatan yang caranya dibuat
oleh jin. Jin inilah yang dianggap sebagai tuhan selain Allah.
PELINDUNG DAN PENOLONG SELAIN ALLAH
Seringkali kita mendengar orang mempunyai
pelindung dan penolong yang selain Allah untuk menghindari kejahatan atau
bencana. Pelindung dan penolong yang selain Allah tersebut berupa benda ajaib (jimat)
atau pagar ghaib. Ada pula orang yang meminta perlindungan dan pertolongan dari
yang dianggap sebagai arwah orang suci atau orang sakti. Ini adalah syirik
karena pelindung dan penolong manusia hanya Allah (9:116 dan 13:16).
9:116.
Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan
mematikan. Dan sekali-kali tidak
ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah. (versi Dep. Agama RI)
13:16. Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan
bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah
kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak
menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?."
Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah
gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu
bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan
itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah
Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa." (versi Dep. Agama
RI)
TRADISI RITUAL UNGKAPAN SYUKUR
Di tengah
masyarakat, ada tradisi ritual untuk mengungkapkan syukur atas rejeki dalam
bentuk hasil panen, keamanan, ternak, dan lain-lain yang telah diberikan Tuhan.
Kegiatan ritual tersebut bervariasi,
misalnya berupa pemberian sesaji, pemberian sesaji diikuti dengan makan bersama,
atau pemberian sesaji disertai tari-tarian. Kegiatan ritual semacam itu tidak
diajarkan dalam Al Qur’an. Jadi, ”Tuhan” yang dimaksudkan oleh pelaku ritual
adalah bukan Allah. Yang dimaksudkan ”Tuhan” oleh pelaku ritual adalah tuhan
selain Allah.
RENUNGAN
Sebelum ditutup,
penulis ingin mengajak pembaca merenungkan ayat-ayat berikut ini (12:103 dan
12:106).
12:103. Dan sebahagian besar manusia tidak akan
beriman - walaupun kamu sangat menginginkannya-.(versi Dep. Agama RI)
12:106. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah,
melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (versi
Dep. Agama RI)
Nabi Muhammad diberitahu Allah bahwa meskipun
beliau ingin manusia menjadi beriman tetapi sebagian besar manusia tidak akan
beriman (12:103). Artinya, walaupun keinginan beliau tersebut sudah
diimplementasikan secara nyata melalui dakwah, sebagian besar manusia tidak akan
beriman. Penulis akan menekankan pada satu kata, yaitu akan. Kata akan
menerangkan bahwa kalimat tersebut bermakna prediktif. Artinya, jika Nabi
mempunyai keinginan agar manusia beriman dengan disertai usaha untuk
mewujudkannya, sebagian besar manusia tidak akan menjadi beriman. Bagi penulis,
ini adalah suatu kebenaran karena yang menyatakannya adalah Allah. Pelajaran
yang dapat diambil adalah bahwa kehadiran seorang Rasul Allah hanya mampu membuat
sebagian kecil manusia menjadi beriman. Dijelaskan lebih lanjut dalam 12:106
bahwa sebagian besar dari mereka tidak beriman dan dalam keadaan mempersekutukan
Allah. Coba bayangkan! Sebagian besar anggota masyarakat yang di dalamnya ada
seorang Rasul Allah adalah tidak beriman dan dalam keadaan mempersekutukan
Allah. Bagaimana dengan masyarakat yang ada sekarang ini, yang tidak ada Rasul
Allah di dalamnya? Mungkin, persentase orang yang tidak beriman dan dalam
keadaan mempersekutukan Allah akan sama atau bahkan jauh lebih besar daripada
persentase pada saat itu. Ayat 17:62 juga mengindikasikan bahwa hanya sebagian
kecil saja yang akan beriman. Apakah kita termasuk ke dalam yang sebagian besar
atau yang sebagian kecil? Kita dapat merenungkannya sendiri.
17:62. Dia (iblis) berkata:
"Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?
Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya
benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil."
(versi Dep. Agama RI)
Kita berharap agar jangan sampai termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang tidak beriman dan dalam keadaan mempersekutukan
Allah. Kita harus selalu waspada bahwa syaitan selalu berusaha menyesatkan
manusia dari jalan yang lurus. Dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang
yang disesatkannya akan menyangka mendapat petunjuk (menyangka tidak sesat) (43:37).
43:37. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan
itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka
bahwa mereka mendapat petunjuk. (versi Dep. Agama
RI)
PENUTUP
Demikianlah pembahasan tentang mempersekutukan
Allah dalam makalah ini. Makalah ini adalah hasil revisi pertama makalah yang
sudah dipublikasikan sebelumnya.
0 komentar:
Post a Comment