MAKNA TAAT KEPADA RASUL
PENDAHULUAN
Allah berfirman dalam Al Qur’an (5:92) :
5:92. Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya)
dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah)
dengan terang.
Kita
semua sudah memahami bahwa manusia wajib taat kepada Allah karena Allah
adalah Tuhan yang wajib disembah dan Tuhan yang menciptakan, memiliki,
serta menguasai semua yang ada di seluruh alam semesta. Lantas,
bagaimana dengan taat kepada Rasul Allah? Makalah ini hendak membahas
permasalahan tersebut. Terjemahan Al Qur’an yang digunakan dalam makalah
ini adalah terjemahan Departemen Agama RI dalam freeware Al Qur’an Digital versi 2. 1.
KEDUDUKAN DAN TUGAS MUHAMMAD
Kedudukan Muhammad tertulis dalam Al Qur’an :
33:40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Muhammad
adalah seorang Rasul (Utusan) Allah dan seorang Nabi. Sebagai Rasul
Allah, beliau diutus oleh Allah untuk menjadi seorang saksi, pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira (48:8).
48:8. Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,
Selain
menjadi Rasul Allah, Muhammad adalah seorang Nabi. Lantas, apakah tugas
seorang Nabi? Jawabannya ada dalam Al Qur’an (33:45).
33:45. Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
Ternyata
tugas Rasul Allah dan Nabi adalah sama yaitu sebagai saksi, pembawa
berita gembira, dan pemberi peringatan. Terlihat jelas di sini bahwa
Rasul Allah dan Nabi merupakan dua sebutan untuk satu orang yang sama.
Rasul Allah merupakan sebutan yang menjelaskan kedudukannya di sisi
Allah yaitu sebagai seorang utusan Allah sedangkan Nabi merupakan
sebutan atau panggilan untuk manusia yang menjadi Rasul Allah. Allah
memanggil Muhammad dengan sebutan ”Nabi” (8:64) atau ”Rasul” (5:67).
8:64. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.
5:67. Hai Rasul, sampaikanlah
apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan
(apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
DENGAN APA RASUL MEMBERI PERINGATAN?
Nabi Muhammad memberi peringatan kepada manusia dengan wahyu (21:45).
21:45. Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan"
Oleh
karena yang digunakan dalam memberi peringatan adalah wahyu (21:45),
taat kepada Rasul Allah adalah sama dengan taat kepada Allah (4:80).
Artinya, Rasul Allah mempunyai ajaran yang sama persis dengan ajaran
Allah. Hal ini ditegaskan dalam ayat 4:80 bahwa cara mewujudkan ketaatan
kepada Allah adalah dengan cara taat kepada Rasul Allah.
Konsekuensinya, cara mewujudkan ketaatan kepada Rasul Allah adalah
dengan beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada Rasul Allah. Selain
itu, ayat 4:80 menunjukkan bahwa Rasul Allah tidak berhak membuat
perintah dan larangan sendiri kepada manusia.
4:80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
Nabi Muhammad tidak pernah menambah, mengurangi, atau mengganti wahyu yang digunakan untuk memberi peringatan (10:15).
10:15.
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata,
orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata:
"Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia."
Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)."
Nabi tidak menciptakan ajaran agama berdasarkan hasil pemikiran sendiri.
Nabi diperintahkan untuk hanya mengikuti semua yang diwahyukan
kepadanya (33:2 dan 10:109). Jika Nabi mengikuti selain wahyu yang
diterimanya beliau akan mendapat azab yang besar (10:15). Orang yang
menganggap bahwa Nabi Muhammad memberikan ajaran yang tidak ada dalam Al
Qur’an secara tidak disadari telah menganggap Nabi sebagai tuhan selain
Allah. Oleh karena itu, ajaran Nabi Muhammad adalah Al Qur’an itu
sendiri dan tidak ada yang selainnya.
33:2. dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
10:109. Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.
Wahyu
yang digunakan untuk memperingatkan tersebut disampaikan kepada orang
lain dalam bentuk Al Qur’an berbahasa Arab (42:7). Pada jaman Nabi, Al
Qur’an disampaikan secara bertahap dan belum ditulis dalam bentuk buku.
Pada jaman sekarang, Al Qur’an tersebut dapat kita baca dalam bentuk
buku atau dalam bentuk tayangan di layar monitor komputer. Ayat 42:7
menegaskan bahwa semua wahyu yang diterima Nabi Muhammad untuk memberi peringatan terdapat dalam Al Qur’an. Nabi menuliskan wahyu yang diterimanya hanya dalam satu kitab saja yakni Al Qur’an.
42:7. Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab,
supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan
penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula)
tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya.
Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
Sampai di sini dapat disarikan bahwa Nabi Muhammad mendapat tugas yang sangat jelas dari Allah yaitu menjadi saksi,
pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan. Tugasnya hanya itu.
Dalam menjalankan tugasnya beliau hanya mengikuti wahyu yang diterimanya
berupa Al Qur’an berbahasa Arab sehingga yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad dalam memberi peringatan pada waktu itu persis sama dengan Al
Qur’an yang dapat kita baca sekarang ini.
TAAT KEPADA RASUL ALLAH
Perintah agar taat kepada Rasul Allah tidak berarti
bahwa Allah memberi ijin kusus kepada Rasul Allah untuk memberikan
perintah dalam agama. Yang berhak memberikan perintah dalam agama hanya
Allah saja (7:54).
7:54.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Taat kepada Rasul Allah berarti bahwa kita wajib taat kepada Muhammad sebagai manusia yang ditunjuk-Nya sebagai Utusan Allah.
Pertama, sebagai Rasul Allah, Muhammad adalah seorang pemimpin umat
sehingga yang dipimpinnya wajib taat kepada beliau. Ketaatan manusia
kepada Muhammad adalah seperti ketaatan manusia kepada manusia yang lain karena Muhammad adalah manusia biasa (41:6). Setelah wafat, tentu saja beliau tidak bisa memimpin lagi.
41:6. Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa,
maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun
kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
mempersekutukan-Nya,
Kedua, taat kepada Rasul Allah bermakna bahwa dalam beragama kita diperintahkan agar hanya mengikuti ajaran yang dibawa manusia yang ditunjuk Allah menjadi Rasul.
Sudah diuraikan di depan bahwa ajaran Rasul Allah adalah sama dengan
ajaran Allah. Ajaran Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad tertulis
dalam Al Qur’an. Dengan kata-kata lain, taat kepada Rasul Allah bermakna
bahwa kita hanya diperintahkan agar menjalankan ajaran Allah dalam Al
Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Jadi, ketaatan kepada Rasul Allah
diwujudkan dengan cara beriman kepada Al Qur’an saja.
Dalam Al Qur’an ayat 2:4 ditegaskan bahwa kitab yang diperintahkan untuk diimani adalah Al Qur’an dan kitab yang diturunkan sebelum Al Qur’an. Kita tidak diperintahkan percaya kepada kitab selain yang dibawa Rasul Allah.
2:4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Selain
itu, ditegaskan pula bahwa dalam pengadilan pada kasus yang terjadi
antar manusia, Allah memerintahkan agar manusia menggunakan Al Qur’an
sebagai satu-satunya pedoman (4:105). Kasus tersebut tentu saja
mencakup perbedaan dalam kehidupan beragama. Kitab selain Al Qur’an
tidak dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu benar atau salah.
4:105. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,
KITAB YANG DIBAWA SELAIN RASUL ALLAH
Kehidupan
Nabi merupakan hal yang menarik bagi banyak orang. Keinginan untuk
menulis kitab tentang kehidupan Nabi Muhammad adalah wajar karena beliau
adalah Rasul Allah. Orang telah berusaha mengungkap kehidupan Nabi
dengan cara menulis kitab yang ditulis dengan metode
pendekatan-pendekatan tertentu. Kitab berisi tentang perkataan dan
perbuatan Nabi Muhammad disebut dengan kitab hadis. Kitab hadis ditulis
oleh para penulis hadis sesudah Nabi Muhammad meninggal dan digunakan
oleh sebagian besar umat islam sebagai pedoman dalam beragama.
Akan tetapi, kita hanya diperintahkan agar taat kepada Rasul Allah. Rasul
Allah berupa manusia adalah Nabi Muhammad. Nabi Muhammad hanya membawa
satu kitab saja yaitu Al Qur’an. Kalau kita benar-benar taat kepada
Rasul Allah, kita harus hanya percaya pada yang disampaikan Rasul Allah, yaitu Al Qur’an.
Orang sering lupa bahwa percaya pada kitab hadis berarti percaya kepada penulis kitab hadis. Semua isi kitab hadis adalah tanggungjawab penulisnya dan bukan tanggungjawab Nabi Muhammad. Perlu diingat bahwa Nabi Muhammad tidak pernah membaca dan meng-edit kitab hadis. Kitab hadis sama saja dengan buku-buku tulisan manusia yang tidak bisa lepas dari kesalahan.
Percaya kepada kitab hadis berarti beriman kepada penulis kitab hadis. Padahal, penulis kitab hadis adalah bukan Rasul Allah.
Di lain pihak, manusia hanya diperintahkan agar hanya beriman kepada
manusia yang ditunjuk Allah menjadi Rasul-Nya. Manusia hanya
diperintahkan agar taat kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu, beriman
kepada kitab hadis adalah tindakan yang tidak mematuhi perintah Allah.
Yang benar adalah kita wajib beriman kepada Rasul Allah dan kitab yang
dibawanya (64:8). Dengan kata lain, kita percaya pada isi Al Qur’an karena kita percaya pada Nabi Muhammad.
64:8.
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya
(Al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Salah
satu contoh kesalahan yang dilakukan penulis hadis adalah dalam kasus
tentang bacaan ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.” dalam surat Al Fatihah.
Disebutkan dalam sebuah artikel di tabloid Khalifah Edisi 59/Th
III/2007/12-25 April bahwa ada 3 hadis yang bermakna bahwa Nabi Muhammad membaca Al Fatihah tanpa bacaan basmalah.
Hadis tersebut yaitu dari Aisyah r. a. (riwayat Muslim), dari Anas r. a
(riwayat Bukhari dan Muslim), dan dari Abu Hurairah r. a. (Hadis Qudsi
dalam Kitab Syarhun Nawawi, Shahih Muslim, juz 3, hal. 12). Berdasarkan
ketiga hadis tersebut, disebutkan dalam artikel tersebut bahwa
”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.” bukan bagian dari Al Fatihah.
Isi hadis tersebut bertentangan dengan Al Qur’an
karena tertulis dengan jelas dalam Al Qur’an bahwa ayat pertama surat
Al Fatihah adalah ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.”. Apakah para penulis
hadis di atas ingin menunjukkan bahwa Nabi Muhammad meralat Al Qur’an?
Apakah para penulis hadis di atas ingin menunjukkan bahwa Al Qur’an
merupakan kitab yang meragukan? Apakah mereka tidak tahu bahwa Allah
yang menciptakan Al Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada
keraguaan dalam Al Qur’an (2:2)?
2:2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
Coba kita renungkan sebentar! Al Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad berisi Al Fatihah dengan ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.” sedangkan kitab hadis yang ditulis penulis hadis berisi Al Fatihah tanpa ”Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.”.
Mana yang harus dipilih? Jelas, kita harus memilih Al Fatihah yang ada
di Al Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad, Rasul Allah yang wajib ditaati.
Dan kita wajib mengatakan bahwa Al Fatihah versi penulis kitab hadis
adalah salah. Bahkan, kita juga berdosa jika mengatakan keduanya benar
karena sikap ini termasuk sikap meragukan Al Qur’an.
Kitab
hadis berisi hasil penelitian yang dilakukan dengan metode tertentu.
Seperti hasil penelitian yang lain, hasilnya dinyatakan benar jika
asumsi yang digunakan dalam penelitian tersebut dipenuhi. Dengan
demikian, hasilnya dapat benar dan dapat pula salah. Yang demikian ini
akan menumbuhkan sikap untuk berpersangkaan, misalnya persangkaan bahwa
asumsinya benar. Namun, dalam beragama, Allah melarang penggunaan persangkaan meskipun orang yang menggunakannya bisa jadi jumlahnya banyak karena dapat menyesatkan manusia dari jalan Allah (6:116; 10:36).
6:116. Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah).
10:36. Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan
Dalam
10:36 ditegaskan bahwa persangkaan tidak berguna sedikitpun untuk
mencapai kebenaran. Jadi, kitab hadis juga tidak berguna untuk
mendapatkan kebenaran tentang ajaran-ajaran Allah.
Sesungguhnya,
dengan percaya kepada kitab hadis, orang secara tidak langsung menuduh
bahwa Nabi Muhammad tidak menyampaikan amanah. Seandainya memang yang
ada dalam kitab hadis merupakan ajaran agama, mengapa Nabi Muhammad
tidak menulisnya? Mengapa orang harus bersusah-payah mencari ajaran
agama dengan cara melakukan penelitian? Tentu saja, Nabi Muhammad
menyampaikan amanah. Nabi tidak memerintahkan orang lain untuk
menuliskan perkataan dan perbuatannya karena memang beliau diperintahkan
oleh Allah untuk memberi peringatan hanya dengan wahyu. Dan wahyu itu
adalah Al Qur’an yang dapat dibaca orang sampai sekarang ini. Ini
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad menyampaikan amanah.
Bagaimana dengan Al Qur’an terjemahan? Kita juga harus berhati-hati dengan Al Qur’an terjemahan. Penerjemah Al Qur’an adalah bukan Rasul Allah sehingga kita tidak boleh beriman kepada penerjemah Al Qur’an.
Dalam Al Qur’an terjemahan mungkin ada kekeliruan atau pembelokan arti.
Oleh karena itu, beriman kepada penerjemah Al Qur’an adalah tindakan
yang keliru. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha untuk mendapatkan Al
Qur’an terjemahan yang terbaik sebagai bentuk usaha bagi orang tidak
berbahasa arab untuk mendapatkan petunjuk-Nya. Ada baiknya energi untuk
mempelajari kitab hadis dialihkan untuk menerjemahkan Al Qur’an sampai
diperoleh pengertian seperti yang dimaksudkan Allah yang menciptakannya.
PENUTUP
Kita harus berhati-hati dalam beragama karena kita tidak boleh hanya mengikuti kebanyakan orang tanpa pengetahuan (17:36).
17:36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Oleh
karena itu, marilah kita pelajari Al Qur’an yang dibawa Rasul Allah,
kitab yang sempurna dalam kebenaran dan keadilan (6:115)!
6:115. Telah
sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan
adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.
Dalam
beragama kita hanya berpedoman pada Al Qur’an. Variasi dalam kehidupan
beragama tidak bisa dihindari karena Al Qur’an memang memungkinkannya. Bisa
terjadi, variasi itu dipengaruhi oleh kebudayaan atau oleh kitab
tulisan manusia termasuk kitab hadis. Yang perlu diingat adalah bahwa
semua yang kita lakukan adalah dalam rangka menjalankan petunjuk Allah
dalam Al Qur’an. Yang kita lakukan tidak boleh menyimpang dari semua
ajaran Allah dalam Al Qur’an. Semua harus menerima perbedaan cara
beragama yang tidak bisa dihindari dan kita senantiasa berpegang pada
satu kitab yaitu Al Qur’an.
Oleh
karena referensi yang digunakan adalah Al Qur’an terjemahan, kebenaran
isi makalah ini sangat bergantung pada kebenaran terjemahan itu sendiri.
Penulis hanya memaparkan pendapat sebagai usaha untuk saling
nasehat-menasehati agar kita tetap berada dalam kebenaran (103:3) dan
supaya termasuk orang-orang yang beruntung (3:104)
103:3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
3:104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
ARTIKEL yang berkaitan dengan makalah ini adalah AL QUR'AN SEBAGAI SATU-SATUNYA PEDOMAN DALAM AGAMA ISLAM. Terima kasih.
0 komentar:
Post a Comment