Saturday 19 July 2014

MEDITASI CAKRA dan OLAH SEMEDI
Meditasi dibagi dalam dua alur besar. Yakni
meditasi mikorokosmos atau pemusatan
konsentrasi pada jagad alit yakni unsur-unsur
yang ada dalam diri tubuh kita. Dan meditasi
makrokosmos atau meditasi jagad ageng . Meditasi
cakra merupakan subsistem dari meditasi
mikrokosmo,
CAKRA DASAR, ROOT CHAKRA, Jayengdriyo,
Muladhara :
Cakra pertama. Terletak di dasar tulang belakang,
berfungsi meningkatkan kemampuan kita dalam
bertahan hidup dan beradaptasi. Cakra ini sekali
terbuka akan memberikan stabilitas yang kita
perlukan untuk memikul beban kita sehari-hari.
Ketika cakra dasar ini masih tertutup akan
membuat kita takut pada perubahan. Tetapi sekali
terbuka akan menciptakan peluang bagi kita untuk
menggapai kesempatan merasakan indahnya
kehidupan serta suatu kenikmatan dan anugrah
yang menakjubkan dalam kehidupan ini.
SEXUAL CHAKRA, JANALOKA atau Swadhishtana:
Cakra kedua ini terletak di balik wilayah alat
genital. Sepadan dengan bait al-mukadas . Cakra
ini berkaitan dengan energi dan gairah seksual.
Apabila energi mengalir bebas diwilayah ini akan
membawa energi positif dalam hidup kita.
Penyumbatan di daerah ini dapat mengakibatkan
masalah seksualdan reproduksi yang akan
menghambat energi mengalir bebas dan
menyebabkan energi negatif dalam hidup kita.
CAKRA PUSAR, NAVEL CHAKRA atau Manipura :
Cakra ketiga. Cakra ini hubungannya dengan energi
dan terletak di bawah pusar. Cakra ini merupakan
pusat kekuatan tubuhdan merupakan titik luncur
untuk energi prana. Meditasi pada cakra ini akan
membawa energi besar dan dapat digunakan untuk
menyerap energi yang besar pula. Biasanya
meditasi cakra pusar secara efektif diterapkan
untuk membangkitkan “tenaga dalam” dan untuk
penyerapan energi alam seperti energi ombak laut,
energi angin, energi api, energi matahari, energi
rembulan, energi bumi dsb.
CAKRA HATI, HEART CHAKRA atau Anahata :
Cakra keempat. Sepadan dengan bait al-muharam.
Panggulunganing raosing karsa . Cakra hati terletak
persis di daerah jantung-hati dan berhubungan
dengan kebaikan yang besar dan cinta kasih.
Meditasi pada cakra ini dapat memiliki pengalaman
batin yang mendalam dan membuka hati untuk
dapat merasakan keindahan sejati dalam
memahami alam semesta. Cakra ini berfungsi pula
untuk menghubungkan antara pikiran (kesadaran)
tubuh (ragawi) dengan kesadaran jiwa (batin).
CAKRA TENGGOROKAN, THROAT CHAKRA atau
Vishuddha :
Cakra kelima. Sepadan dengan bait al-makmur .
Titik energi cakra ini terletak di dasar tengkorak.
Pusat energi ini terutama terkait dengan
kemampuan kita untuk mengekspresikan diri kita
sendiri dan juga memiliki dampak langsung pada
sistem kelenjar kita. Membuka cakra ini akan
membantu mereka yang memiliki kendala sulit
berkomunikasi.
CAKRA ALIS, BROW CHAKRA, PAPASU , atau Ajna :
Disebut pula cakra keenam. Alam papat (empat);
sukma wisesa (alam nuriah), sukma purba (alam
siriyah), sukma langgeng (alam hidayat), sukma
luhur (alam jamma). Cakra ini terletak di antara
kedua alis mata, disebut juga sebagai mata ketiga.
Sebagai titik di mana alam pikiran sadar dan alam
pikiran bawah sadar datang bersama-sama untuk
membuka kemampuan kita secara psikhis
(innerworld) dan intuitif (kebatinan).
Meditasi pada cakra mata ketiga ( third eye ) ini
paling digemari para pemula meditasi. Karena
diperolehnya wawasan yang dalam dan luas
bahkan mata ketiga dapat mulai terbuka.
Memungkinkan seseorang dapat melihat dimensi
gaib dengan mata batinnya ( third eye vision ).
CAKRA MAHKOTA, CROWN CHAKRA, atau
Mahasrara :
Disebut pula sebagai cakra ketujuh. Alam
langgeng, Uluhiah, Sang Jati. Ini dianggap sebagai
chakra rohani, di mana orang dapat menemukan
kebijaksanaan yang sejati di mana pengetahuan
lahir dan batin, pengalaman fisik dan metafisik,
wadag dan gaib, semua dapat dialaminya.
Cakra ini sebagai titik energi di mana pencerahan
sejati dan bentuk realisasi diri dapat terjadi. Dalam
tradisi Jawa, mengasah cakra mahkota dapat
menjadikan seseorang menjadi Permana Jati .
Yakni mampu weruh sadurunge winarah atau
mampu melihat sesuatu yang bersifat futuristik,
dan weruh kasunyatan jati atau mengetahui
kenyataan sesungguhnya apa yang sebenarnya
terjadi di alam fana (jagad wadag) dan alam
keabadian ( jagad gaib ). Dapat dikatakan,
terbukanya cakra mahkota dapat membuat
seseorang menyaksikan dan memahami suatu
kenyataan, baik sesuatu secara fisik maupun gaib.
Oleh karena itu terbukanya cakra mahkota dapat
meraih ngelmu kasunyatan (pengetahuan yang
nyata) yang meliputi wahana fisik dan gaib. Kita
jadi tahu apa yang sesungguhnya terjadi sekalipun
di alam gaib. Oleh sebab itu, bermeditasi pada
cakra ini akan menghasilkan efek yang mendalam
dan harus didekati dengan cara hati-hati dan
dibekali pemahaman yang memadai. Karena bisa
jadi pelaku meditasi akan terkejut dan bingung
melihat kasunyatan gaib (realitas gaib), ternyata
tidak sesuai dengan apa yang tidak sekedar
diyakininya ( ujare, katanya) selama ini . Dalam
spiritual Jawa seseorang yang dapat menerima
“ Wahyu Keprabon” atau wahyu kepemimpinan
(wahyu singgasana kekuasaan untuk menjadi RI-1)
atau dalam pewayangan dinamakan “Wahyu
Makutarama” hanyalah orang-orang yang sudah
terbuka cakra ketujuhnya. Sehingga akan
membawa keberhasilan seorang Presiden dalam
masa kepemimpinannya.
Meditasi merupakan PEMUSATAN PIKIRAN,
mengkonsentrasikan DAYA CIPTA pada satu titik
yang ada di dalam tubuh kita. Arah pemusatannya
melalui jalan sugesti atau saran dari kekuatan
pikiran. Pemusatan pikiran pada satu hal saja
yakni pada cakra-cakra yang ingin dibuka atau
dibangkitkan.
Sementara itu, olah semedi merupakan
penghentian atas semua gerak-gerik cipta.
Digantikan dengan PEMUSATAN pada RAHSA atau
rasasejati untuk memahami sejatining rasa
pangrasa. Pemusatan rasa akan terjadi setelah kita
MELEPAS SEMUA KEGIATAN PIKIR-MEMIKIR.
Sehingga akan dicapai keadaan “suwung” atau
kosong dari segala pikiran dan kemudian masuk
( manjing) ke dalam keheningan batin yang
“suwung” (awang uwung). Duwe rasa ora duwe
rasa duwe, atau “punya rasa, tidak punya rasa
punya”. Nah, untuk meraih keberhasilan dalam
membuka cakra ketujuh, Anda harus melakukan
olah semedi .
UNIVERSAL VALUE
Meditasi pada cakra-cakra kita merupakan cara
yang efektif untuk membangun energi dan meraih
kesadaran spiritual. Ada tiga cakra yang harus kita
konsentrasikan untuk meraih keberhasilan. Hal ini
akan membuahkan hasil terbesar serta
meningkatkan kesadaran dimensi kita dalam waktu
sesingkat mungkin. Ini sangat dibutuhkan bagi
siapapun yang ingin meraih kesembangan yang
lebih baik. Keseimbangan diri dengan dimensi
sosial (self & social dimension), diri dengan alam
(microcosmos & macrocosmos). Orang yang
meraih “keseimbangan” akan berada dalam irama
yang harmoni. Yakni orang-orang yang selalu
memperoleh berkah dan anugrah , yang selalu
menebar berkah dan anugrah kepada seluruh
makhluk. Itulah orang yang meraih derajat
kemuliaan. DERAJAT KEMULIAAN ditentukan oleh
apa yang diperbuat seseorang selama hidupnya.
Apakah Anda percaya, jika kondisi seseorang
menjelang ajal termasuk mencerminkan derajat
kemuliaannya? Sudah berapa kali Anda menunggui
orang di saat menjelang ajal? Cobalah cermati dgn
kepekaan mata hati, dengan kebeningan mata
batin, ternyata “keyakinan” seseorang tidak
berhubungan langsung dengan kondisi akhir saat
sakaratul maut tiba. Yang menentukan derajat tetap
saj perbuatan. Bagi yang tak percaya boleh saja
toh kelak akan membuktikan sendiri pada waktu
yang sudah terlambat. Keyakinan yang dianut
sebagai sarana pendidikan untuk membangun budi
pekerti luhur bagi penganutnya. Budi pekerti
menentukan “corak warna” apa yang diperbuat
oleh seseorang. “Corak warna” perbuatan setiap
orang lah yang pada akhirnya menentukan derajat
kemuliaan. Yang ada adalah ngunduh uwohing
pakarti , atau menuai buah budi pekerti, bukan
ngunduh uwohing agami . Karena agami berfungsi
sebagai salah satu “media tanam” bagi tumbuhnya
“tanaman” bernama budi pekerti luhur.
Meditasi cakra merupakan salah satu cara di
antara milyaran cara yang dapat dilakukan manusia
untuk menggapai level keluhuran budi pekerti,
untuk meraih derajat kemuliaan hidup yang tinggi.
Seseorang yang telah terbuka cakra mahkotanya,
ialah orang yang telah mencapai maqom ke 7.
Tentu saja derajat maqom ini akan tercermin
dalam pola pikir, segala sikap, dan tindak
perbuatannya. Sebaliknya fanatisme terhadap suatu
agama, budaya, dan falsafah hidup barulah
mencerminkan terbukanya cakra level dasar.
Celakanya, orang-orang yang baru terbuka cakra
dasarnya biasanya justru bersikap seolah sudah
menggapai maqom ke tujuh. Sudah merupakan
hukum alam bahwa “air beriak tanda tak dalam”.
 
Copyright © . pepaya boyolali - Posts · Comments
Theme Template by pepaya-boyolali · Powered by Blogger