Tuesday 15 July 2014

MENGAPA BERIMAN KEPADA BUKHARI DAN MUSLIM? SEBENARNYA BERIMAN KEPADA ASSUNNAH ATAU BERIMAN PADA BUKHARI DAN MUSLIM..??

Apakah anda beriman kepada penulis hadis bernama Bukhari dan Muslim? Jika jawabannya ”ya!”, maka penghuni neraka terbanyak adalah wanita. Mengapa bisa begitu? Dalam http://khairunnisahafizhah.multiply.com/journal/item/27 , disebutkan bahwa ada hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim yang isinya :

Rasulullah bersabda untuk para wanita:
"Sesungguhnya aku melihat kalian sebagai penghuni neraka terbanyak."

Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya penghuni surga yang paling sedikit jumlahnya adalah kaum wanita."

Orang yang percaya pada isi kitab hadis harus beriman kepada penulisnya lebih dahulu. Dalam contoh di atas, penulis kitab hadisnya adalah Bukhari dan Muslim. Hadisnya berisi berita bahwa penghuni neraka terbanyak adalah wanita. Orang yang percaya isi hadis tersebut adalah orang yang beriman kepada Bukhari dan Muslim. Mengapa orang tersebut tidak bisa dikatakan sebagai orang yang beriman kepada Nabi Muhammad? Jawabannya adalah karena Nabi Muhammad hanya menjadi tokoh dalam berita itu dan yang menyampaikan berita itu adalah Bukhari dan Muslim.

Penulis menggunakan kutipan hadis tersebut untuk menunjukkan bahwa beriman kepada penulis kitab hadis adalah perbuatan dosa. Al Qur’an terjemahan yang digunakan untuk membahas adalah karya Dep. Agama RI yang terdapat dalam Al Qur’an Digital versi 2.1.

CARA MEMBACA HADIS
Ketika membaca hadis, kita tidak boleh terpukau dengan frase ”Rasulullah bersabda”, ”Nabi bersabda”, dan yang sejenisnya. Jika itu dilakukan, kita akan seperti tersihir atau terpengaruh dan mungkin beranggapan bahwa yang bersabda di situ memang benar-benar Nabi Muhammad. Kemudian, karena kita beriman kepada Nabi Muhammad, lalu kita mempercayai isi hadis tersebut. Jika demikian, apa yang harus dilakukan? Yang harus dilakukan adalah menyadari bahwa isi hadis itu dikutip dari suatu kitab hadis yang ditulis oleh penulis kitab hadis.

Dalam kutipan hadis di bab pendahulan, penulis kitab hadis itu adalah Bukhari dan Muslim. Siapakah Bukhari dan Muslim? Apakah mereka Rasul Allah? Bukan! Oleh sebab itu, kita tidak boleh percaya atau beriman kepada Bukhari dan Muslim. Konsekuensinya, kita juga tidak boleh percaya pada isi kitab hadis itu. Jika kita beriman kepada Bukhari dan Muslim, kita akan termasuk orang yang berdosa karena tidak mematuhi perintah Allah! Allah sudah memerintahkan kepada kita agar hanya beriman pada manusia yang menjadi Rasul Allah (57:7).

57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.

Berita bahwa penghuni neraka terbanyak adalah wanita merupakan berita yang dibuat oleh Bukhari dan Muslim sehingga berita tersebut tidak boleh dipercaya. Jika kita mempercayainya, kita termasuk orang berdosa. Jika ada orang yang mempercayainya, orang itu mengingkari ayat Allah dalam 57:7. Bagaimana penilaian Allah terhadap orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah? Jawabnya ada di ayat 29:49 berikut ini.

29:49. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.

WANITA PENGHUNI SURGA
Berita yang wajib dipercaya atau diimani sepenuh hati adalah yang ada dalam Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, Rasul Allah. Menurut Al Qur’an, wanita yang beriman dan mengerjakan amal saleh akan dimasukkan surga (4:124).

4:124. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.

Agar menjadi orang beriman dan beramal saleh, wanita perlu mempelajari ajaran Allah dalam Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, para wanita hendaknya tidak boleh beriman kepada Bukhari dan Muslim dan penulis kitab hadis lainnya karena mereka bukan Rasul Allah.

BERITA BOHONG
Berita yang disampaikan Bukhari dan Muslim bahwa penghuni neraka terbanyak adalah wanita adalah berita bohong yang mencemarkan nama Nabi Muhammad. Dalam kasus ini, Nabi dijadikan sebagai seorang tokoh yang seolah-olah tidak mengetahui bahwa sesuatu yang ghaib adalah hanya Allah yang tahu. Setiap orang mengetahui bahwa peristiwa orang masuk surga adalah termasuk hal ghaib. Padahal, Nabi Muhammad telah menerima wahyu berupa Al Qur’an yang menjelaskan bahwa tidak ada orang yang mengetahui perkara yang ghaib, termasuk Nabi Muhammad, kecuali Allah (72:26, 27:65, dan 6:50).

72:26. (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.

27:65. Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.

6:50. Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"

Sesuatu yang semula ghaib menjadi tidak ghaib setelah Allah menceritakannya dalam Al Qur’an. Hal tersebut tersirat dalam 11:49.

11:49. Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Jadi, sekali lagi, berita bahwa penghuni neraka terbanyak adalah wanita merupakan berita bohong yang disampaikan Bukhari dan Muslim. Isi berita itu 100% adalah tanggungjawab Bukhari dan Muslim.

PENUTUP
Beriman kepada Bukhari dan Muslim dan para penulis kitab hadis lainya adalah perbuatan dosa karena mereka bukan Rasul Allah. Kita hanya diperintahkan beriman kepada manusia yang menjadi Rasul Allah. Orang yang beriman kepada Bukhari dan Muslim dan para penulis hadis lainnya telah mengingkari ayat Allah berikut ini.

57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.

Jumat, 26 Februari 2010

SK JAKSA AGUNG KEP-169/J.A./1983

PENDAHULUAN
Setelah mendapati bahwa aliran ingkar sunnah dinyatakan sesat oleh MUI, penulis menjumpai berita bahwa ada SK Jaksa Agung Kep-169/J.A./1983 tertanggal 30 September 1983 yang berisi penetapan aliran ingkar sunnah sebagai aliran sesat. (http://www.inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=267:telaah-kritis-terhadap-kelompok-inkarsunnah&catid=70:opini&Itemid=104). Jika berita itu benar, ini berarti bahwa negara Republik Indonesia pun telah bersikap memusuhi aliran ingkar sunnah. Padahal, orang-orang yang disebut sebagai pengikut paham aliran ingkar sunnah (pengikut paham bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman) sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an. Apa yang akan terjadi dengan rakyat Indonesia jika Republik Indonesia telah secara resmi memusuhi orang yang beriman kepada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an?

Makalah ini ditulis untuk menanggapi SK Jaksa Agung tersebut. Tentu saja dengan asumsi bahwa berita tentang SK tersebut adalah benar. Al Qur’an terjemahan yang digunakan adalah karya Dep. Agama RI yang terdapat dalam program komputer Al Qur’an Digital versi 2.1.

ORANG BERIMAN PADA Al QUR’AN TIDAK AKAN TERSESAT
Allah telah menerangkan dengan amat jelas bahwa Al Qur’an merupakan petunjuk bagi orang beriman (27:77). Artinya, orang yang beriman pada Al Qur’an akan mendapatkan petunjuk dari Allah. Dengan kalimat lain, orang yang beriman pada Al Qur’an tidak akan tersesat.

27:77. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Hal tersebut ditegaskan lagi dengan Firman Allah dalam 45:52.

42:52. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Perlu diterangkan di sini bahwa ”dia” dalam terjemahan di atas adalah Al Qur’an, bukan Nabi Muhammad. Penulis sudah mengeceknya di Al Qur’an terjemahan berbahasa Inggris versi Abdullah Yusuf Ali. Dalam terjemahan tersebut, ”dia” adalah terjemahan dari ”wherewith” (kata ganti benda).

042.052 And thus have We, by Our Command, sent inspiration to thee: thou knewest not (before) what was Revelation, and what was Faith; but We have made the (Qur'an) a Light, wherewith We guide such of Our servants as We will; and verily thou dost guide (men) to the Straight Way,-(Text Copied from DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.913)

Jadi, orang yang beriman pada Al Qur’an tidak akan tersesat. Artinya, orang yang berpedoman pada Al Qur’an saja juga tidak akan tersesat. Orang yang menentang hal tersebut termasuk orang-orang yang mengingkari Al Qur’an. Perlu diingat bahwa orang-orang yang mengingkari Al Qur’an termasuk orang yang akan celaka dan termasuk orang yang zalim (41:41 dan 29:49).

41:41. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia.

29:49. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.

Seperti sudah disebutkan di muka, orang-orang yang disebut sebagai pengikut paham aliran ingkar sunnah (pengikut paham bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman) sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an. Bagaimana jalan pemikirannya sehingga orang yang beriman pada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an telah dinyatakan sesat oleh Republik Indonesia?

Menyatakan sesat kepada orang yang beriman pada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an termasuk perbuatan sewenang-wenang dan menganiaya. Mereka yang dinyatakan sesat tersebut menjadi tertekan kehidupannya dan merasakan ketakutan di kehidupan nyata. Sikap penguasa yang sewenang-wenang tidak akan menghadirkan berkah Allah. Kisah kaum ‘Aad dapat menjadi pelajaran bagi kita semua (69:6 dan 11:59).

69:6. Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,

11:59. Dan itulah (kisah) kaum 'Aad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran).

Mungkin kita sudah lama merenungi bahwa rakyat Indonesia telah diberi musibah secara silih berganti. Tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran, puting beliung, lumpur lapindo, krisis ekonomi, krisis moral, krisis politik, perselisihan antar warga masyarakat, terorisme, korupsi, dan lain-lain merupakan fenomena yang perlu direnungkan. Jangan-jangan, semua musibah yang menimpa kita itu disebabkan oleh sikap Republik Indonesia yang sejak 1983 secara resmi telah memusuhi orang yang beriman pada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an.

Sebagai pihak yang teraniaya, mereka kemudian berhijrah ke dunia maya (internet). Hijrah adalah tindakan yang dianjurkan dalam Al Qur’an jika seseorang dianiaya (16:41).

16:41. Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui,

PENUTUP
Jika berita tentang SK Jaksa Agung Kep-169/J.A./1983 tertanggal 30 September 1983 yang berisi penetapan aliran ingkar sunnah (aliran yang menggunakan Al Qur’an sebagai satu-satunya pedoman) sebagai aliran sesat adalah benar, SK tersebut harus dicabut. Jika ada warga masyarakat yang mengamalkan ajaran Allah dalam Al Qur’an secara keliru karena keterbatasan kemampuannya atau sebab-sebab lainnya, kita tidak boleh mengartikan bahwa Al Qur’an tidak dapat menjadi petunjuk. Barangkali, ada baiknya kita meresapi, menyelami, dan merenungi ayat 34:50 berikut ini.

34:50. Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat."

Minggu, 07 Februari 2010

FATWA MUI TENTANG INGKAR SUNNAH/ANTI HADIS


PENDAHULUAN
Pada tanggal 27 Juni 1994, MUI (Majelis Ulama Indonesia) membuat fatwa bahwa aliran yang tidak mempercayai hadis Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum syari’at Islam, adalah sesat, menyesatkan, dan berada di luar Islam (http://mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=36). Meskipun MUI tidak menyebutkan istilah ingkar sunnah, banyak orang mengatakan bahwa ini adalah fatwa untuk aliran ingkar sunnah atau anti hadis.
Sebenarnya, yang disebut dengan aliran ingkar sunnah atau aliran anti hadis adalah suatu aliran yang berpaham bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dalam islam. Yang menjadi pertanyaan adalah, ”Benarkah paham yang beranggapan bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dalam islam adalah sesat?” Penulis ingin membahas masalah tersebut ditinjau dari Al Qur’an. Al Qur’an terjemahan yang digunakan untuk menjawabnya adalah karya Dep. Agama RI yang terdapat dalam program Al Qur’an Digital versi 2.1.
INGKAR HADIS DAN INGKAR PENULIS KITAB HADIS
Hadis dan penulis kitab hadis merupakan dua istilah berbeda yang berpotensi menimbulkan penyimpangan dalam islam. Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir (sikap mendiamkan suatu kejadian) Nabi Muhammad semasa hidupnya. Hadis pada dasarnya merupakan sebagian sunnah Nabi. Definsi sunnah atau as sunnah dalam http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/20 adalah semua informasi tentang Nabi Muhammad yang mencakup perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, dan perjalanan hidup selama hidupnya. Makalah ini menekankan pada hadis Nabi untuk menyesuaikan fatwa MUI.
Berdasarkan definisi hadis dalam alinea sebelumnya, hadis memang benar-benar ada karena Nabi Muhammad pernah ada dan pernah hidup di dunia ini. Orang yang percaya pada Nabi Muhammad pasti percaya terhadap eksistensi hadis. Sebagai manusia, pada saat itu beliau berkata-kata, berbuat sesuatu, bersikap terhadap sesuatu, dan melakukan segala aktivitas kehidupan lainnya. Orang yang mengingkari hadis adalah orang yang tidak percaya pada eksistensi Nabi Muhammad. Sangat beralasan apabila orang yang tidak percaya pada keberadaan hadis disebut kafir.
Yang menjadi masalah adalah bahwa hadis yang diketahui oleh manusia sekarang ini dijumpai dalam kitab-kitab hadis yang tidak pernah dibaca dan dikoreksi oleh Nabi Muhammad. Penulis menggarisbawahi kitab-kitab hadis karena ini merupakan bagian yang jarang diperhatikan orang dan membuat orang mempunyai persepsi keliru tentang hadis. Perlu diingat bahwa isi kitab hadis 100% menjadi tanggungjawab penulis kitab hadis. Orang yang tidak percaya pada isi kitab hadis berarti tidak percaya pada penulis kitab hadis, bukan tidak percaya pada Nabi Muhammad. Dengan kata lain, orang yang tidak percaya pada isi kitab hadis sesungguhnya termasuk golongan ingkar penulis kitab hadis, bukan golongan ingkar hadis atau golongan ingkar sunnah.
Ingkar hadis dan ingkar penulis kitab hadis merupakan dua istilah yang sangat berbeda. Ingkar hadis berarti tidak beriman pada Nabi Muhammad sedangkan ingkar penulis kitab hadis berarti tidak beriman pada penulis kitab hadis. Jadi, orang yang tidak percaya pada penulis kitab hadis tetapi percaya pada Nabi Muhammad tidak termasuk golongan ingkar hadis. Orang yang percaya pada Nabi Muhammad percaya bahwa Nabi berbuat, berkata, dan bersikap. Artinya, orang yang percaya pada Nabi Muhammad percaya bahwa hadis Nabi memang ada.
Orang-orang yang berpaham bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dalam islam termasuk orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad. Jadi, mereka itu tidak ingkar pada hadis, melainkan ingkar pada penulis kitab hadis. Mereka tidak ingkar pada sunnah tetapi ingkar pada penulis kitab hadis.
Mulai dari sini, kita tidak membicarakan lagi istilah ingkar sunnah atau ingkar hadis atau anti hadis. Akan tetapi, sejak sekarang, kita akan membicarakan ingkar penulis kitab hadis. Benarkah orang yang ingkar penulis kitab hadis adalah sesat?
DEFINISI ALIRAN SESAT
Apa yang dimaksud dengan orang sesat? Menurut Al Qur’an, orang yang sesat dan orang yang mendapat petunjuk adalah sesuatu yang berpasangan tetapi berlawanan. Maksudnya, orang yang sesat adalah orang yang tidak mendapat petunjuk, dan sebaliknya, orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang tidak sesat. Hal ini tercermin dari ayat-ayat yang menyebutkan sesat dan petunjuk secara bersama-sama (68:7; 34:50; 16:93; dan 39:41)
68:7. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
34:50. Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat."
16:93. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
39:41. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.
Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa orang sesat adalah orang yang tidak mendapat petunjuk Allah. Yang paling mengetahui orang yang sesat atau mendapat petunjuk adalah Allah sendiri (68:7).  
Bagaimana cara agar mendapat petunjuk? Caranya adalah dengan menggunakan Al Qur’an sebagai satu-satunya pedoman. Hal itu dijelaskan dalam 45:52 bahwa Allah memberi petunjuk kepada yang dikehendaki-Nya dengan Al Qur’an (45:52). Disebutkan pula bahwa Nabi Muhammad (di situ ditulis sebagai ”kamu”) memberi petunjuk yang lurus dengan Al Qur’an. Penjelasan tersebut sangat jelas dan terang benderang. Artinya, orang yang berpedoman pada Al Qur’an akan mendapat petunjuk Allah karena dengan Al Qur’an itulah Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.
42:52. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Barangkali ada yang penasaran dengan kata ”dia” dalam frase ”Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki”? Apakah ada yang mengira bahwa ”dia” itu Nabi Muhammad? Terjemahan ayat tersebut versi  Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri berikut ini menegaskan bahwa ”dia” adalah bukan manusia karena ”dengan dia” adalah terjemahan dari ”by which” (bukan manusia).
42:52. And thus We have revealed to you an inspiration by Our Command. You did not know what the Book is nor (what) faith is. But We have made it a light by which We guide whom We will of Our slaves. And indeed, you guide to the Straight Path,
Jika Allah sudah menjelaskan bahwa Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dengan Al Qur’an (42:52), tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mencari petunjuk yang lain. Petunjuk Allah 100% ada dalam Al Qur’an. Orang yang mengikuti ajaran Allah dalam Al Qur’an tidak akan tersesat karena Al Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang beriman (27:77). Ayat tersebut harus diartikan bahwa Allah menghendaki Al Qur’an sebagai satu-satunya pedoman dalam islam agar tidak tersesat.
27:77. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Al Qur’an juga menegaskan bahwa orang yang mengikuti petunjuk Allah tidak akan sesat dan tidak akan celaka (20:123). Sudah dijelaskan pula dalam 22:77 bahwa Al Qur’an adalah petunjuk Allah. Kitab hadis karya penulis kitab hadis bukan petunjuk Allah. Jadi, orang yang beriman kepada Al Qur’an saja tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
20:123. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aliran yang berpaham bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dalam islam atau aliran ingkar penulis kitab hadis adalah tidak sesat.
PENUTUP
Mengapa orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an dinyatakan sesat oleh MUI hanya karena mereka tidak beriman kepada penulis kitab hadis? Bukankah penulis kitab hadis tidak mempunyai kedudukan apa pun di sisi Allah? Bukankah manusia yang wajib diimani hanya Rasul Allah (57:7)?
57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Petunjuk selain Al Qur’an rawan terhadap tipu daya syaitan sehingga para penggunanya dapat keluar dari jalan yang benar meskipun mereka menyangka mendapat petunjuk (43:37). 
43:37. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.

0 komentar:

 
Copyright © . pepaya boyolali - Posts · Comments
Theme Template by pepaya-boyolali · Powered by Blogger