Ilmu Laduni
Ilmu ladunni diambil
dari kalimat 'minladunna ilman',... ilmu yang berasal dari sisi Kami (Allah)
tercantum dalam QS. Al Kahfi : 65.
"lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara
hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami".
yaitu ilmu yang langsung berasal dari Allah berupa ilham atau
wahyu. Menurut para mufassir hamba Allah di sini adalah nabi Khaidhir, dan yang
dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud ilmu
ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang tercantum dalam kisah nabi Musa dan
nabi Khidhir berikut ini:
Musa berkata kepada Khidhir: bolehkah aku mengikutimu supaya
mangajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu ? Dia menjawab: sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan saggup sabar
bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ? Musa berkata: insya Allah
kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun. Dia berkata: kamu mengikutiku, maka
janganlah kau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya
menaiki perahu lalu Khidhir melobanginya, Musa berkata: mengapa kamu melobangi
perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya ? Sesungguhnya kamu
telah berbuat kesalahan yang besar. Dia (Khidhir) berkata: bukankah aku telah
berkata : sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.
Musa berkata : janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah
kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku. Maka berjalanlah
keduanya: hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhir
membunuhnya. Musa berkata: mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena
dia membunuh orang lain ? sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar.
Khidhir berkata: bukanlah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu
tidak akan dapat sabar bersamaku ? Musa berkata: jika aku bertanya kepadamu
tentang sesuatu sesudah ini maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,
sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku. Maka keduanya berjalan:
hingga takala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu
kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu
mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang
hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: jikalau kamu
mau niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidhir berkata: inilah perpisahan
antara aku dengan kamu: aku akan memberitahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu
adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan
merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas
tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah
orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang
tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan
mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya) Adapun
dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan
dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang shaleh, maka tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari tuhanmu. Dan
bukanlah aku melakukannua itu menuruti kemauanku sendiri, demikian itu adalah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS. Al
Kahfi:66-82).
Dari kisah tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu ladunni adalah ilmu
mukasyafah (mampu melihat dengan pandangan bathinnya) yang berasal dari ilham
maupun dari wahyu.
Juga dapat disi mpulkan bahwa ilmu mukasyafah banyak bertentangan
dengan ilmu syariat yang ada, sehigga tidak bisa dijadikan landasan hukum
agama. Karena itu Musa selalu membantah apa yang dilakukan oleh nabi Khaidhir.
Maka dari itu ilmu mukasyafah itu hanya untuk diri sendiri dan bagi yang
mengerti ilmu ini saja, bukan dijadikan dalil hukum-hukum agama. Kecuali yang
tidak bertentangan dengan nash Alqur'an dan Al hadist.
Ilmu mukasyafah ini bukan hasil mempelajari suatu ilmu tetapi
merupakan ilham yang diletakkan kedalam jiwa orang mukmin yang hatinya bersih.
Jika hal ini terjadi kepada kita maka kita diberi kefahaman untuk menangkap
suatu kejadian yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. Karena jiwa yang
bersih dapat melakukan komunikasi kepada sumber ilmu yaitu Allah yang maha
mengetahui segala sesuatu.
Adapun manfaat ilmu mukasyafah ini adalah untuk menjaga dan
mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi terhadap kita maupun
terhadap lingkungan, sehingga kita bisa mengantisipasi sedini mungkin...
ittaquu firasatal mukmin... percayalah kepada firasatnya orang-orang mukmin.
Dikalangan ummat-ummat sebelum kalian telah ada muhaddatsun.
Kalaupun ada seorang diantara ummat yang seperti itu maka dialah Umar bin
khathab (mutthafaqun alaih ).
Menurut Ibnu Atsir : penafsiran kata "muhaddatsun" pada
hadist diatas adalah: mulhamun (orang-orang yang mendapat ilham) dan pengertian
mulham (bentuk tunggal dari mulhamun) adalah orang yang disusupkan sesuatu
kedalam jiwaanya, lalu dengan sesuatu tersebut dia mengabarkan dugaan dan
firasat. Dan sesuatu tersebut merupakan salah satu jenis dari wahyu yang Allah
istimewakan dengan siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya yang
dipilih, seperti Umar bin khathab.
Bisakah jin menyakiti kita ?
Anda tidak akan bisa diganggu oleh makhluk jin jika anda
meninggikan kesadaran anda menjadi jiwa yang selalu berserah diri kepada Allah,
dengan demikian anda akan melihat alam-alam dibawah anda seperti jin dan
syetan. Mengapa para wali dan nabi mengettahui keadaan alam dibawahnya,… karena
mereka adalah orang-orang yang berserah diri. Dengan berserah diri kepada Allah
seketika itu alam-alam tidak akan bisa mempengarui keadaan jiwa anda.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa
was-was dari syetan. Mereka mengingat Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya (QS. Al A'raaf:201).
Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan
merteka semua kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash (berserah diri) (QS. Shaad:
83).
Jika anda seorang ahli hukum atau insinyur sipil… anda akan lebih
mengetahui terhadap orang yang bukan ahli dibidang itu... anda akan faham isi
fikiran orang tersebut sampai dimana kemampuan orang tersebut masalah hukum
maupun bangunan,… anda tidak bisa dibohongi oleh tingkah pola orang-orang yang
bukan ahli,... walaupun mereka mengatakan dirinya adalah insyinyur atau sarjana
hukum.
Karena orang yang ingat adalah mengingat kepada Tuhan yang maha
tak terjangkau maka jiwa anda adalah menembus wilayah yang tidak bisa dijangkau
oleh makhluk-makhluk seperti jin dan syetan... itulah jiwa orang yang mukhlasin
/mukminin…
Apabila jiwa anda sampai pada taraf ini, insya Allah ucapan anda
adalah berupa do'a yang dikabulkan (sabda pandita ratu) mengucap sesuatu
langsung terjadi… Atau ketika anda ingin sesuatu misalnya ingin makan sate…
tiba-tiba merasakan rasa sate didalam mulut anda padahal anda tidak makan sate…
kemudian tidak terlalu lama ada orang yang datang mengantar sate kepada anda…
juga setiap anda mendo'akan orang biasanya langsung terjadi tidak terlalu lama…
Mudah-mudahan saya berkata begini bukan karena kebohongan atau
cerita dongeng,... benar-benar dialami oleh rekan-rekan jamaah dzikrullah.
0 komentar:
Post a Comment