Transenden
Sering kita mendengar kata transenden, yang di pergunakan untuk
menunjukkan rasa yang dalam atau rasa rohani. Biasanya digunakan untuk
menunjukkan kepada rasa iman atau rasa percaya terhadap sesuatu yang
abstrak/tidak kasat mata. Dalam harfiahnya transenden artinya sesuatu yang
utama atau yang hakiki. Dan rasa iman adalah rasa yang harus dirasakan oleh
kehakikian jiwa bukan kepura-puraan, atau sebatas kepercayaan pada fikiran saja.
Hal ini oleh Rasulullah disebut kaum yang tunduk pada tatanan hukum syariat
belum masuk ke tahapan kaum mukmin …demikian Alqur'an menjelaskan secara tuntas
pebedaannya !!
"Orang-orang Badwi itu berkata : kami telah beriman.
Katakanlah (kepada mereka) kamu belum beriman, tetapi katakanlah : kami telah
tunduk (Aslamna/ kami baru berislam/ muslim), karena iman itu belum masuk
kedalam hatimu". ( QS. Al Hujuraat:14 )
Kata 'aslamna' menunjukkan sebuah pernyataan telah tunduk, artinya
telah menerima semua aturan islam secara keseluruhan (Alqur'an dan Al hadits),
akan tetapi rasa iman itu belum bisa dirasakan karena baru masuk pada tahapan
percaya dalam logika kebenaran bukan keimanan (yang di rasakan dalam hati).
Hal ini saya kaitkan dengan keadaan yang dirasakan oleh orang yang
sudah memasuki keimanan dalam hatinya :
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh
Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami
angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil , dan dari
orang-orang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila di bacakan
ayat-ayat Allah maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (QS.
Maryam:58)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman kepada Tuhannya" ( QS. Al Anfaal:2
)
Anda telah membaca kedua ayat diatas, maksudnya anda telah
mendapatkan data-data diatas dengan benar dari kitab yang suci. Untuk itu anda
disebut telah mempercayai dengan logika ilmu syariat, maka anda masuk golongan
yang mempercayai adanya kebenaran syariat tersebut. Orang yang mempercayai dan
melaksanakan nash ini disebut muslim (telah tunduk kepada peraturan)...
Kemudian anda mencoba untuk melakukannya lebih khusus dan dalam,
sehingga anda mendapatkan karunia rasa dalam hati anda berupa getaran jiwa dan
menangis tatkala disebut nama Allah... dalam hal ini telah memasuki rasa iman
yang muncul dari rohani anda,... maka anda membenarkan adanya ayat-ayat diatas
dengan pengalaman langsung dirasakan oleh jiwa anda. Pengalaman rohani ini
termasuk keimanan dan merupakan cirri-ciri jiwa yang telah mendapatkan karunia
dari Allah. Pengalaman rohani berupa iman inilah yang saya maksud dengan
transcendent... yang di dalam bahasa tasawuf disebut pengalaman haqul yakin
(keyakinan secara benar/haq), yaitu merasakan keimanan secara langsung dan
dibenarkan oleh nash Alqur'an,... bukan hasil dari 'katanya' orang lain, serta
bukan dari hayalan pikiran.
Bagaimanakah cara seseorang bisa atau apa ciri-ciri seseorang yang
sudah tergolong menerima Allah sebagai Tuhan secara transenden itu ??
Sudah saya sebutkan diatas, bahwa seseorang yang telah menerima
data dengan lengkap serta telah melaksanakan syariat, akan tetapi belum tentu
dia merasakan keimanan secara langsung dalam hatinya, karena iman yang langsung
itu merupakan karunia dari Allah…dan harus dicapai dengan sering mendekat
kepada Allah setiap saat agar Allah membukakan hati kita untuk menerima hidayah
berupa iman itu.
Jika anda merasakan getaran dan menangis tatkala disebut nama
Allah, itu merupakan pengalaman transcendent, ... dan biasanya pengalaman anda
dibenarkan atau di dasari oleh Alqur'an dan dirasakan oleh pendahulu-pendahulu
kita baik ulama maupun para wali-wali yang telah mengalami langsung. Pengalaman
ini kadang menjadi aneh dan asing bagi yang tidak pernah merasakan, sehingga
orang yang menangis ketika shalat dianggap tidak normal …bahkan ada yang secara
ekstrim mengatakan bid'ah, khurafat, mistik atau klenik...
Ciri-ciri orang yang telah mengalami keimanan secara transenden,
biasanya hatinya tenang…tidak mudah emosi. Hatinya selalu bergetar dan terharu
di kala shalat maupun di luar shalat, karena hatinya selalu mengalir dzikir tak
henti-hentinya... Dan dia tidak pernah merasakan khawatir dan takut...
perangainya lembut dan harmoni... tidak dibuat-buat. Dan di katakan jika
cirri-ciri ini tidak ada dalam hati kita maka kita harus mengoreksi keadaan
kita dengan ayat-ayat diatas, bahwa kita termasuk orang yang belum beriman,
tetapi baru disebut berislam / muslim !! karena iman itu atau ciri-ciri itu
belum kita rasakan secara langsung...
Hal ini terjadi jika kita selalu mengadakan komunikasi kepada
Allah setiap saat ,baik berdiri, duduk, berbaring….Kalau kita lakukan dengan
sungguh-sungguh kita benar-benar akan merasakan apa yang telah dikatakan dalam
Alqur'an itu, bergetar hatinya jika disebut nama Allah...
Mungkin tidak akan percaya, bahwa anda tiba-tiba merasakan ada
perubahan yang tidak dibuat-buat oleh gagasan pikiran anda,... jiwa anda
merasakan kesambungan kepada Allah baik dalam keadaan sibuk sekalipun. Ada
sesuatu yang mengalir dalam tubuh ini... rasa rindu dan cinta yang mendorong
untuk selalu berserah kepada Allah….Anda akan merasakan secara nyata sentuhan
kasih sayang itu, sejuk rasanya dan nikmat. Ada yang menuntun hati kita untuk
tidak berbuat jahat, tidak marah, tidak lalai... dll. Tuntunan itu berupa
suasana yang membuat kita tidak mampu berbuat jahat, tidak bisa marah, tidak
keji, ... dan hati kita tidak bisa diberhentikan untuk selalu ingat kepada
Allah. Ingatan itu mengalir seperti kita ingat kepada orang tua kita…tidak
putus-putus !!
Adakah seseorang yang bisa menerima Allah sebagai Tuhannya secara
transenden tapi secara tidak rela ??
Hal ini mustahil dikatakan transenden, karena transenden berarti
hakikat, dan hakikat itu adalah kebenaran rasa iman,... dan iman itu berupa
karunia dari Allah... Dan kepercayaan kepada Allah, tetapi tidak rela oleh
Rasulullah itu di katakan sebagai orang-orang yang munafik,... menerima Allah
sebagai Tuhan akan tetapi tidak menerima keputusannya. Seperti halnya
syetan,... dia adalah hamba Allah yang menerima dan percaya adanya Allah,
bahkan dia mengakui kehebatan Tuhannya,... akan tetapi dia tidak mau menuruti
keinginan Tuhannya yang maha kuasa, sehingga dia terusir dari syurga. Hal itu
tidak bisa dikatakan transenden...
Apakah pengertian rela ??
Rela, yaitu menerima segala keputusan Allah secara total... kita
benar-benar berserah dan bergantung kepadanya, karena kita mempercayai bahwa
Allah lebih tahu yang terbaik buat kita...
Si Ahmad memberitahu Salman bahwa gula itu rasanya manis. Berita
dari Ahmad ini adalah bentuk informasi yang memaksa Salman untuk percaya
(wajibul yakin) kemudian di lanjutkan untuk melakukan memakan gula tersebut dan
apa yang dikatakan oleh Ahmad ternyata benar bahwa gula yang baru saja
dimakannya rasanya benar-benar manis pada tingkat ini pengetahuan Salman
bertambah dari wajibul yakin menjadi ainul yakin (merasakan sendiri), kemudian
menjadi haqul yakin, karena ia betul-betul mengalami secara langsung bukan
sekedar katanya si Ahmad. Dalam hal ini Salman juga sudah sekaligus
mengisbathkan (keyakinan yang tidak bisa diubahkan) kebenaran informasi tersebut.
Sampai disini, keyakinan Ahmad dan Salman tidak akan mampu lagi orang lain
mengubahnya walaupun dipenggal leher sekalipun... inilah keyakinan yang
dirasakan secara imanent transendental... Demikian uraian dari saya
mudah-mudahan anda bisa merasakan seperti teman-teman yang telah merasakan
sebelumnya...
0 komentar:
Post a Comment