Ruh, Jiwa dan Nafs
Saya sering mendapati kata-kata atau kalimat bahasa Indonesia yang
tidak mampu memuat makna atau padanan kata yang sesuai dengan bahasa Arab,
Inggris, dan Prancis.
Sehingga sampai sekarang kita terkadang bingung dengan
istilah-istilah asing yang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi
rancu dan aneh. Seperti pada kata qalb, diterjemahkan menjadi hati, hati kecil,
hati nurani dll seakan-akan hati itu ada beberapa macam lapisan, sebenarnya
qalb itu sifat dari jiwa, sedangkan jiwa itu termasuk An nafs (badan, sosok,
wujud / berwujud / berbentuk / berupa). Disini orang kebanyakan keliru,
"An nafs" hanya diartikan jiwa, padahal badan wadag (fisik ) ini pun
disebut An nafs (sosok, wujud kasar/ badan kasar).
Roh adalah rahasia Tuhan yang di tiupkan kepada nafs (jiwa atau
badan). Roh ini menyebut dirinya AKU, yang disebut bashirah (yang mengetahui
atas jiwa, qalb, fisik dll.
Baiklah agar tidak bingung, mari kita bahas satu persatu menurut
dalil qoth'i.
Apakah roh itu ??
Mengapa Allah merahasiakan Roh dan mengaitkannya dengan Roh-Nya,
dan didalam Alqur'an termasuk kelompok ayat-ayat mutasyabihat (makna yang
dirahasiakan), karena pada ayat tersebut terdapat kalimat Roh manusia adalah
Roh yang ditiupkan dari ROH-KU (Min ruuhii) arti harfiahnya adalah Roh milik
Allah. Akan tetapi para mufassir menterjemahkan Roh ciptaan Allah. saya tidak
berani menafsirkan karena dari segi tata bahasa ayat ini termasuk kalimat
muatasyabihat, tidak ada menunjukkan bahwa Roh itu ciptaan Allah, karena itu
saya tidak berani menterjemahkan kalimat ini. sebab Allah sendiri melarang
meraba-raba atau mereka-reka seperti apa roh itu. kecuali hanya bisa merasakan
bahwa di dalam diri ini ada yang melihat (bashirah) setiap gerak-gerik jiwa dan
pikiran serta perasaan kita. Dan bashirah bersifat fitrah (suci) karena ia
selalu bersama dan mengikuti amr-amr (perintah) Tuhannya .
"Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah
meniupkan kedalamnya Ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud." (Al Hijr,29)
An Nafs adalah yang memiliki bentuk atau wujud atau sosok yang
tergambarkan, yang diciptakan dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin
(ekstrak alam), sedangkan Roh bukan tercipta dari unsur alam ataupun dari
materi yang sama dengan Malaikat maupun Jin, sehingga mereka hingga kini tidak
mengetahui dari unsur apa roh manusia diciptakan. Bahkan Allah membiarkan para
Malaikat dan Syetan tak berhenti berfikir penasaran, apakah gerangan yang
menyebabkan manusia memiliki kedudukan lebih tinggi dari bangsa malaikat dan
syetan serta makhluk-makhluk yang lainnya, Allah hanya berkata : "Inni a'lamu maa
laa ta'lamuun… Aku lebih mengetahui dari apa-apa yang kalian tidak
ketahui." (QS. Al Baqarah: 30). Para
malaikat protes atas kebijaksanaan Allah yang dianggap tidak masuk akal, dengan
perasaan ragu mereka akhirnya mengungkapkan rasa penasarannya kepada Allah…
ataj'alu fiiha man yufsidu fiiha wayasdikuddimaa' wanahnu nussabbihu bihamdika
wanuqaddisulaka ?? Mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?? Tuhan
berfirman : "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al Baqarah: 30 ).
Rahasia roh ini dipertegas oleh Allah dalam surat Al Isra' :85
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang Roh, katakanlah : Roh
itu termasuk urusan-Ku (amr-Tuhanku) dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit ."
Seperti apa yang sebutkan diatas saya tidak berani menafsirkan,
apakah Roh itu, apalagi menterjemahkan sebagai Roh ciptaan-Ku. Saya akan tetap
mengikuti arti lafadz aslinya yaitu Ruuhii (Roh-Ku) karena disana disebutkan
kalian tidak memiliki pengetahuan tentang Roh kecuali hanya sedikit sekali.
Dan roh ini memiliki sifat yang Mengetahui, seperti pada surat :Al
qiyamah ayat : 14
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (nafs). Di
dalam nafs (diri) manusia ada yang selalu tahu, yaitu Aku. Yaitu Roh manusia
yang menjadi saksi atas segala apa yang dilakukan nafsinya (diri). Ia
mengetahui kebohongan dirinya (nafs), kemunafikan, rasa angkuhnya, dan rasa
kebencian hatinya. Karena itu sang roh disebut min Amri rabbi - selalu
mendapatkan intruksi-instruksi Tuhan-Ku. Mengapa demikian, - karena ia tidak
pernah mengikuti kehendak nafsunya dan tidak pernah menyetujuinya tanpa
kompromi sedikitpun. Ialah disebut fitrah yang suci, dan fitrah manusia selalu
seiring dengan fitrah Allah (QS. Ar Rum:30).
Jadi jika manusia mengikuti fitrahnya, maka ia akan selalu
mengikuti kehendak ilahy.
Kemudian Apakah Nafs itu ??
Nafs mempunyai beberapa makna :
Pertama, Nafs yang berkaitan dan tumpuan syahwat atau hawa (hawa
berasal dari bahasa Arab yang tercantum dalam Alqur'an, wanaha An nafsa `anil
hawa - dan ia menahan dirinya (fisiknya) dari keinginannya (hawanya) ( An
Nazi'at :40-41). Yaitu hawanya mata, hawanya telinga, hawanya mulut, hawanya
kemaluan, hawanya otak dll. Hawa-hawa atau syahwat, selalu berkecenderungan
kepada asal kejadiannya yaitu sari pati tanah - dengan demikian An nafs berarti
fisik (tanah yang diberi bentuk). Dia akan bergerak secara naluri mencari
bahan-bahan materi asal fisiknya, ketika kekurangan energi atau kekurangan
unsur-unsur asalnya maka ia akan segera mencari atau secara naluri ia akan
berkata, saya lapar, saya haus !!
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari ekstrak
yang berasal dari tanah." (QS. Al Mukminun:12)
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari tiin (batu sejenis meteor yg sangat keras) yang berstruktur (berbentuk), maka
apabila Aku telah meniupkan kepadanya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud." (QS. Al Hijir: 28-29)
An nafs arti fisik yang mempunyai bahan dari ekstrak tanah yang
mempunyai bentuk .
Kedua, An Nafs berarti : Jiwa,- jiwa mempunyai beberapa sifat,
nafs lawwamah (pencela), nafs muthmainnah (tenang), Nafs Ammarah bissu'
(senantiasa menyuruh berbuat jahat).
Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah ….. (QS. Al Fajr : 27-28)
Wala uqsimu binnafsil lawwamah …(QS. Al Qiyamah:2)
Wama ubarriu nafsii, innannafsa laammaratun bissuu' (QS. Yusuf:53)
Sedangkan Qalb, artinya sifat jiwa yang berubah-ubah, tidak tetap.
Terkadang ia bersifat muthmainnah, kadang juga lawwamah, atau berubah menjadi
ammarah bissuu'
Watak seperti inilah yang dimaksud dengan QALB (berbolak-balik),
jadi keliru kalau dikatakan qalb itu adalah wujud karena dia bukan jiwa, akan
tetapi merupakan sifatnya jiwa yang selalu berubah-rubah. Jiwa yang mempunyai
sifat berubah-rubah inilah, dinamakan Qalbun !! sedangkan jiwa yang selamat
disebut Qalbun salim (selamat dari sifat yang berubah-rubah) - illa man
atallaha biqalbin saliim - kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati
yang selamat. (QS. Asy Syura: 89)
An nafs (jiwa ) memiliki alat-alat, Pikiran, Perasaan, Intuisi,
Emosi, dan Akal.
Sedangkan
An Nafs (fisik ) memiliki alat-alat : Penglihatan ( mata ),
Pendengaran (telinga),
Perasa (lidah), Peraba, Penciuman (hidung).
Selanjutnya saya akan menguraikan kitab Barnabas berikut ini :
"…kemudian berkata Yesus, demi Allah pada hadirat-Nya Rohku
berdiri, banyak yang sudah tertipu mengenai kehidupan kita. Karena demikian
saling merapatnya antara Roh dan perasaan telah berhubungan bersama, hingga
sebagian besar manusia mengiakan Roh dan perasaan itu menjadi satu dan hal yang
sama, hanya terbaginya dalam penugasan sedangkan tidak dalam wujud,
menyebutkannya sensitive (rasa perasaan), vegetative (tubuh yang tumbuh) dan
intellectual soul (Roh berfikir, cerdas akal). Tetapi sungguh aku katakan
kepadamu, roh itu adalah satu, yang berfikir dan hidup. Orang-orang dungu,
dimanakah akan mereka dapatkan roh akal tanpa kehidupan ? tentulah keadaan
ketidak sadaran, apabila rasa perasaan meninggalkannya." Thaddeaus
menjawab, "O Guru, apabila rasa perasaan ( sense) meniggalkan kehidupan
(life) seorang manusia tidak mempunyai kehidupan."
Ayat diatas menjelaskan banyak orang tertipu mengenai kehidupan,
sesungguhnya Roh itulah yang menyebabkan orang itu hidup dan berfikir dan
memiliki perasaan (sense), tubuh yang bergerak dan tumbuh, berfikir dan
berakal. Semuanya itu karena adanya Roh. Dan Thaddeaus menyimpulkan bahwa jika
manusia tidak memiliki Roh maka tidak akan ada kehidupan pada dirinya. Berarti
rasa (sense) intellectual soul merupakan intrument roh.
Kemudian pada pasal 123
Ketika semua duduk, Yesus berkata lagi, ALLAH kita untuk
memperlihatkan kepada makhluk-makhluk-Nya kasih sayang-Nya dan rahmat serta
Maha Kuasa-Nya, dengan Maha pemurah dn Maha Adil-Nya, membuat sesunan dari
empat hal berlawanan yang satu dengan yang lain, lalu menyatukannya dalam suatu
tujuan ahkir, itulah manusia dan ini adalah tanah, udara, air dan api. Supaya
tiap-tiap satu sama lain menenangkan pertentangannya. Dan dari empat benda ini,
dia menjadikan sebuah kendi (bejana) itulah tubuh manusia, daging,
tulang-tulang, darah, sum-sum dan kulit dengan saraf-saraf dan
pembuluh-pembuluh darah, dan dengan semua bagian-bagian dalamnya; dalam tempat
itu Allah meletakkan ROH dan rasa perasaan, laksana dua tangan dari hidup ini.
Memberikan tempat kepada rasa perasaan pada setiap bagian tubuh untuk itu menebarkan
dirinya disana seperti minyak. Dan kepada Roh, dia memberikan untuk tempatnya
hati, yang bersatu dengan perasaan, dialah akan menerima seluruh kehidupan itu.
Ayat ini menerangkan penciptaan manusia seperti terdapat di dalam
Al qur'an surat Al Hijir 28-29 , sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang
manusia dari tiin yang diberi
bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan
kedalamnya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud,
Surat Al mukminun: 12 , berasal dari ekstrak tanah
Surat Al hajj : 5, manusia dari turab (berupa debu)
Surat Ar Rahman : 14 , dari tanah liat yang kering seperti
tembikar.
Pasal 179, dikatakan Roh itu bersifat universal dan besarnya 1000
kali lebih besar dari seluruh bumi.
Sebenarnya pasal ini hampir sama dengan keterangan saya pada bab
hakikat manusia, bahwa jiwa adalah bersifat sangat luas dengan identitas
dirinya yang dipanggil sebagai feminin karena sifatnya yang universal - Ya
Ayyatun nafsul muthmainnah - wahai jiwa yang tenang. Penggunakan Ya
nida'(Ayyatuha) atas jiwa sebenarnya biasa digunakan untuk memanggil wanita,
juga untuk panggilan (nida') sesuatu yang sangat luas berdasarkan dalil kullu
jam'in muannatsin - sesuatu yang bersifat universal atau luas disebut muannats
(feminin). Misalnya, jannatun (syurga), samawat (langit), Al Ardh (bumi), Al
jamiat (universitas / universal).
Hampir jarang orang menyadari akan dirinya sebenarnya sangat luas,
akan tetapi kesadaran ini telah lama menyesatkan fikiran kita yang menganggap
bahwa diri kita sebatas apa yang tergambar secara kasat mata saja, padahal
lebih dari yang ia bayangkan, bahwa manusia baik logam, tumbuhan dan gunung
adalah sebetulnya terdiri dari suatu untaian kejadian-kejadian atau proses.
Dimana segala alam lahir ini tersusun oleh senyawa-senyawa kimiawi yang dinamai
zarrah (atom). Dan atom-atom ini dalam analisa terakhir adalah satu unit tenaga
listrik, yang energi positifnya (proton) berjumlah sebanyak energi negatifnya
(electron) di dalam atom ini - setiap detik terjadi loncatan dan pancaran
(chark and spark) secara terus menerus. itulah semburan-semburan yang tidak ada
hentinya dari daya listrik. Manusia tidak mampu melihat semburan atau loncatan
yang tidak putus-putus dengan kecepatan yang sangat luar biasa ini dengan kasat
mata biasa, kecuali dengan kesadaran ilmu yang cukup - sebagaimana Al qur'an
mengungkapkan tentang gunung yang dianggap oleh orang awam seperti diam tak
bergerak :
"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap
ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awam." (QS. An
Naml:88)
Secara fisik ,manusia bersifat luas dan rohani meliputi keluasan
alam semesta.
Demikian yang saya tahu, mudah-mudahan bahasa Jawa lebih
memungkinkan memuat makna bahasa Arab yang tinggi nilai balaghahnya.
__________________________________________________________________________
DISKUSI TENTANG RUH
Pertanyaan :
-----------------
<sue5@...>, wrote : Date: Fri Sep 1, 2000 9:41pm
-----------------
<sue5@...>, wrote : Date: Fri Sep 1, 2000 9:41pm
Subject: tentang ruh
Assalamu 'alaikum sahabat - sahabat milis.
Ketika saya membaca mengenai proses penciptaan manusia ada beberapa hal dimana saya masih bingung yaitu saat Allah SWT. memberikan ruh kepada manusia. Berikut saya cantumkan terjemahan ayat tersebut :
Surat 32:9, "Kemudian disempurnakanNya kejadian manusia dan ditiupNya ruh ke dalam tubuhnya serta dianugrahiNya pendengaran, pemandangan dan hati. Tetapi sedikit diantaranya yang berterima kasih kepadaNya."
Surat 38:72, "Apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ruh kepadanya, lalu mereka (malaikat) itu telungkup, seraya sujud (tunduk) kepadanya."
Apakah maksud ayat tersebut bahwa ruh yang ditiupkan adalah merupakan ruh-Nya yang merupakan bagian zat Allah atau merupakan ruh-Nya yang diciptakan khusus untuk manusia ? Saya sudah pernah mendengar tentang nafakh ruh dan ruh al quds namun belum begitu paham. Mengapa ruh al quds disebut perkembangan dari nafakh ruh ? Dalam tafsir/terjemahan Qur'an Karim Prof. H. Mahmud Yunus disebutkan bahwa ruh al quds merupakan Jibril, seperti yang terdapat dalam surat 2:87,
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kitab Torat kepada Musa, dan Kami iringi dibelakannya dengan beberapa rasul dan Kami berikan kepada Isa anak Marjam beberapa keterangan, (bahwa ia mendjadi rasul) dan Kami kuatkan dia dengan roh sutji (Djibril). Adakah tiap - tiap rasul jang datang kepada kamu, membawa sesuatu jang tiada bersesuaian dengan kemauan kamu, maka bersifat sombong kamu, segolongan kamu dustakandan segolongan lagi kamu bunuh."
Mohon komentarnya agar saya lebih yakin dan mohon maaf bila ada kesalahan.
Terima kasih.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
_____________________________________________________________________
Jawab : "
Tanggapan Masalah Ruh, untuk : sue5@...
-----------------------------------------------
Assalamu'alaikum wr.wb.
Pengetahuan kita mengenai ruh bercampur dengan pendapat agama-agama lain yang tersebar di sekitar kita, baik melalui buku-buku maupun melalui pembicaraan sehari-hari. Ruh bagi orang awam adalah jiwa … atau nyawa …seperti nyawa pada ayam. Ruh bagi orang Kristen adalah trinitas ruh Allah yang berada dalam wadag / jasad manusia. Ruh bagi orang hindu adalah Emanasi (Pancaran atau percikan ruh Tuhan), yang terpancar kedalam setiap makhluq ibarat percikan kembang api. Ruh bagi orang kejawen adalah suksma kawekas yaitu sejatinya tuhan ialah ingsun (aku) itu sendiri.
Masalah ini jarang dibicarakan oleh seorang ulama… sehingga banyak golongan manusia yang tersesat, hingga ... sampai kini kita belum mengenal betul apa & siapa ruh itu.
Kerancuan itu terkadang disebabkan pengetahuan yang bercampur dengan pendapat dari agama-agama lain atau kepercayaan filsafat…. yang lebih dominan menyajikan persoalan ruh ini ketimbang ulama kita yang melarang menanyakan peroalan ruh dengan dalil bahwa ruh itu urasan Tuhan. Akan tetapi kita menjadi sesat karena kita tidak memiliki pengetahuan masalah ruh.
Baiklah sebelum saya jelaskan lebih lanjut masalah ruh, saya akan kemukakan pendapat ulama mengenai hal ini…
Sebagian diantara mereka ada yang berpendapat, bahwa semua ruh itu adalah makhluk. Ini merupakan pendapat Ahlul Jama'ah Wal Atsar. Mereka berhujjah dengan sabda Nabi Saw. "Ruh-ruh itu serupa dengan pasukan perang yang dikerahkan. Selagi saling mengenal, maka ia bersatu, dan selagi saling mengingkari, maka ia akan berselisih". Pasukan perang yang dikerahkan adalah makhluk.
Sebagian yang lain berpendapat, ruh termasuk ketetapan Allah, dan Allah menyembunyikan hakikatnya, tidak dapat diketahui makhluk-Nya. mereka berhujjah dengan firman Allah : " Ruh itu itu termasuk ketetapan Rabbku" ( Al Isra':85)
Sebagian yang lain berpendapat, ruh itu merupakan cahaya yang menjadi bagian dari cahaya Allah, merupakan kehidupan yang menjadi bagian dari kehidupan Allah.
Kemudian kalangan ulama berselisih pendapat tentang ruh, apakah ia mati ataukah tidak apakah ia disiksa bersama badan di barzah dan ditempat tinggalnya setelah kematian? Apakah ia berada didalam jiwa atau di mana ?
Islam menunjukkan bahwa diri manusia, disamping ada nafsu yang disebut Id 'aqlu yang dinamakan Ego, dan qalbu yang biasa disejajarkan dengan super ego, masih ada lagi satu unsur rohaniah yang disebut "ruh". Ruh ini bekerja secara mutlak, tak kenal kompromi. Dia tetap terjaga dari noda. walaupun suatu ketika qalbu jatuh dalam tarikan nafsu, namun ruh tetap bertahan dan mencela kelemahan qalbu tersebut. Dia mengawasi gerak-gerik qalbu tersebut, misalnya, anda berbohong kepada orang lain, maka akan terasa dengan jelas suara yang dalam mengatakan "kamu berbohong..." Dia tidak pernah kompromi walaupun anda memberikan alasan apapun.
Pengetahuan masalah ruh didalam alqur'an hanya dijelaskan bahwa "Ruh itu ketetapan Rabbku ( Al Isra': 85) dan pada surat Alqiyamah : 14 "akan tetapi didalam diri manusia ada bashirah (yang tahu) ".
Allah Swt tidak menjelaskan, dan merahasiakan bentuk ruh itu sendiri. Akan tetapi hanya memberikan keterangan sifat dan fungsi ruh terhadap nafs manusia. Ruh adalah substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat dan merupakan tempat pengetahuan intelektual yang berasal dari ilahy … qulil ruuh min amri rabbi
Kita hanya bisa merasakan keberadaan ruh yang bersemayam didalam diri… sampai kepada keadaan yang lebih tinggi yaitu keadaan jiwa yang luas… Jiwa itu juga masih termasuk jasad (instrument)) dimana keberadaannya merupakan sesuatu yang bisa kita bayangkan keluasannya dan bentuknya, namun kita tahu bahwa didalam jiwa itu ada yang memiliki yaitu "aku"… jadi 'Aku' itu bukan jiwa melainkan ruh nya jiwa… aku inilah yang dimaksudkan surat Alqiyamah sebagai "bashirah", yang mengetahui… ia bersih dan selalu tahu apa yang kita lakukan dimana saja berada walaupun kita sedang tidur Kemudian ia mengetahui kita sedang berada di alam ghaib… ia mengetahui kita berada di neraka. ia mengetahui hati sedang gundah... pikiran putus asa… akan tetapi ia bukan alat-alat itu semua… ia berada diatas seluruh alam termasuk alam syurga… Ialah yang mampu menembus dan menerima wahyu Tuhan,… kenyataan inilah ruh dianggap sebagian orang sebagai ruh Allah atau pancaran ruh ilahy…. memang ia bersifat abadi… tidak mati….. selalu sadar akan dirinya… namun ia bukan tuhan... ia adalah tempat tuhan menurunkan rahasia-rahasia ilham dan firman, sehingga ia mendapatkan mandat amanat menerima perintah (amar) sebagai khalifah dan malaikat diperintahkan bersujud…
Aku adalah rahasia Allah, dikarenakan ia sesuatu yang sangat suci seperti bayi… ia digambarkan oleh agama lain sebagai sang Kresna… Yesus kristus dan sang Budha... atau zoroaste… maka wajarlah jika mereka hampir kesulitan membedakan tuhan dan ruh itu sendiri karena hampir identik dengan sifat Tuhan... sesuai dengan surat Ar Rum ayat :30
"maka hadapkalah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah)
,(tetaplah atas ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu.
Seperti halnya didalam hadist qudsi dikatakan jika hamba mendekati kepada Allah sehingga Allah mencintainya, maka yang menjadi penglihatannya adalah penglihatan Allah, yang menjadi pendengarannya adalah pendengaran Allah, apabila memohon pasti dikabulkan.
Juga didalam ayat lainnya… bukan engkau yang melempar musuhmu itu ya Muhammad akan tetapi Aku yang melemparnya…..
Pada tahapan inilah kebanyakan para sufi terjebak pada merasakan kedekatan yang sangat akan keagungan tuhan, sebagaimana Syekh Mansyur Al Hallaj… yang tidak mampu melepaskan kefanaannya, sehingga ia terucap kalimat Anal Haq Akulah kebenaran sejati (Allah), seharusnya disini sang Syekh harus melepaskan diri dari hakikat kemanusiaannya
"bahwa sebelum ada sesuatu (yang diciptakan .. yang ada hanyalah Allah semata ) yaitu masih sebelum ada alam semesta"
Keadaan fana ini pernah terjadi kepada Nabi Musa As. Saat Allah bertajalli (menampakkan diri) kepada bukit …bukit tersebut hancur dan Musa pun jatuh pingsan, pada saat itulah kemanusiaanya lebur kecuali 'Aku' yang masih ada … ia bisa menceritakan keberadaan Allah bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Allah tidak bias dibayangkan, bukan laki-laki bukan perempuan… ialah yang Maha Esa... Keadaan ini dinamakan makrifat, melihat Allah dengan sebenar– benarnya…
Saya akan membuat pertanyaan kepada anda… Pernahkah anda pingsan (anggaplah pernah ) ? Coba anda ceritakan bagaimana rasanya pingsan… Tidak terasa apa-apa… tidak mengetahui sekelilingnya... tidak terdengar suara apa-apa bahkan tidak mengetahui apapun disana… pokoknya tidak tahu apa-apa…tapi bukan mimpi…
Saya akan tegaskan kepada anda… siapakah yang mengetahui bahwa disana tidak terdengar apa-apa, Tidak mengetahui orang disekitarnya, tidak sama dengan mimpi... dan tidak tahu apa-apa... Sesungguhnya anda telah menceritakan keadaan atau suasana pingsan ketika anda sadar, sehingga anda mampu membedakan keadaan tidur biasa dengan mimpi. Itulah Aku yang sejati... yang mengetahui (bashirah) segala keadaan alam… dan aku berada diatas seluruh alam. Aku inilah yang akan kembali pulang ke asalnya, inna lillahi wa inna ilaihi raji'un…
Jawaban atas pertanyaan anda mengenai ruh saya jawab dengan menunjukkan keberadaannya… sama halnya ketika saya bertemu seorang master taichi dan saya meminta beliau untuk menceritakan apa itu CHI…..lalu dia berbalik bertanya kepada saya pernakah anda merasakan merinding pada tengkuk leher ketika merasa takut melintas dikuburan pada tengah malam ? .pernah , jawab saya … nah itulah Chi….
Kira-kira itulah jawaban saya atas ruh …namun saya minta maaf,
saya merasakan kurang puas dalam menjawab pertanyaan anda ..karena keterbatasan
kata yang tak mampu mewakili keinginan saya untuk menjelaskan lebih dalam
masalah ruh ini… mudah-mudahan anda memakluminya… Sebetulnya saya lebih suka
menjelaskan secara langsung, tatap muka, daripada dengan tulisan begini...
mudah-mudahan dengan terealisirnya rencara 'kopi darat' akan menjadi lebih
jelas hal-hal yang masih menjadi ganjalan... insya Allah.
Sebenarnya soal ruh ini pernah saya bahas pada bab hakikat manusia … yaitu menelusuri kesadaran diri yang sebenarnya…insya Allah jika anda memasuki kedalam praktek ruhiyah anda akan lebih mudah mengerti … sebab kadang kita untuk memahami sesuatu tidak selalu harus memakai pikiran akan tetapi memerlukan kecerdasan jiwa yang bisa digali melalui praktek spiritual …pendekatan kejiwaan kepada Allah Swt. secara total.
____________________________________________________________________
From : "Mohd Suhaimi Mat Isa" msuhaimi@...
Assalamualaikum,
saya ada pertanyaan.... di harap ada para netters yang boleh membantu saya....baru2 ini saya berhadapan dengan sesuatu keadaan yang ganjil... saya telah bertemu dengan seseorang yang rupanya seiras dengan saya kejadian ni berlaku secara sedar… Dia senyum kepada saya.
saya ada pertanyaan.... di harap ada para netters yang boleh membantu saya....baru2 ini saya berhadapan dengan sesuatu keadaan yang ganjil... saya telah bertemu dengan seseorang yang rupanya seiras dengan saya kejadian ni berlaku secara sedar… Dia senyum kepada saya.
persoalannya adakah apa yang saya lihat itu roh saya siapa kah yang saya lihat itu,
di harap ada para netters yang dapat membantu…
__________________________________________________________________________
Jawab :
Assalamu'alaikum wr. wb.
Sdr. M. Suhaimi,
Sdr. M. Suhaimi,
Yang anda lihat bukan wujud "Roh", sebab Roh tidak bisa dijangkau oleh fikiran dan akal manusia. Firman Allah :" Katakanlah Roh itu dari nur Tuhanku (Al-Isra 85)
*) Roh memiliki badan yang berlapis-lapis, seperti wujud fisik yang kelihatan ini, ada kepala, telinga, tangan, kaki dll. Ia juga memiliki hati, fikiran, rasa, syahwat, bahkan nanti di akhirat Roh diberi badan oleh Allah yang berbeda dengan badan yang kita miliki sekarang, tetapi Roh bukanlah itu semua.
Cobalah kita perhatikan saat kita bermimpi, kita memiliki badan yang mampu melampaui alam mimpi, disana kita bisa bercengkerama, bercumbu, berlari atau ketakutan.
Yang anda lihat sebenarnya adalah "BADAN HALUS KITA", rupanya persis sama dengan wujud fisik kita, yang dalam pewayangan disebut Dewa Ruci. Orang jawa menyebutnya "saudara kembar", dimana didalam kejawen, Dewa Ruci ini memiliki peranan penting, karena dia adalah "Guru Sejati", yang waskita (kasyaf), dan dijadikan sebagai obyek meditasi, dengan cara membayangkan rupanya sendiri.
Penyebutan "Guru Sejati" juga disebabkan kemampuan-nya yang luar biasa, mampu menembus ruang dan waktu, mampu melihat dengan transparan walaupun jaraknya amat jauh dan tersembunyi. Anda bias bertemu dengan/dalam keadaan jaga/sadar atau orang lain melihatnya dalam waktu yang sama pada tempat yang berbeda, karena wujudnya bias mencapai puluhan sampai ribuan dengan rupa yang sama.
Dalam keadaaan seperti itu, kebanyakan para salik, sufi, meditator biasanya terjebak karena tertarik oleh kehebatan sang Guru Sejati tersebut, sehingga terhijab/terhalang menuju Allah Yang Esa. Oleh karena itu, kalau anda bertemu kembali dengan wujud diri anda, kembalikan dan doakan kepada Allah "INNALILLAHI WAINNA ILAIHI ROJIUN", biasanya "dia" tidak akan muncul-muncul lagi.
*)Tujuan kita hanya Allah, pusatkan dan kuatkan Tauhid kita kepada Allah.
Pegang teguh makna surat Al Ikhlas : "Allah itu Esa", "tidak berupa laki-laki ataupun perempuan, tidak seperti yang terbayangkan / dibayangkan oleh fikiran dan perasaan kita"
Jika dalam perjalanan Anda menjuju Allah bertemu dengan keagungan Allah, termasuk alam-alam gaib, tinggalkan segera dan berserah dirilah kepada Allah, dan Allah akan melindungi dari Fitnah Makhluk-makhluknya.
A S <anis@...> wrote :
Assalamu alaikum ww,
Sungguh saya tertarik dengan penjelasan ini sdr.
Sangkan wrote
>" ..... Penyebutan "Guru Sejati" juga disebabkan kemampuan-nya yang
> luar biasa, mampu menembus ruang dan waktu, mampu melihat dengan
> transparan walaupun jaraknya amat jauh dan tersembunyi. Anda bisa
> bertemu dengan/dalam keadaan jaga/sadar atau orang lain melihatnya
> dalam waktu yang sama pada tempat yang berbeda, karena wujudnya bisa
> mencapai puluhan sampai ribuan dengan rupa yang sama.
> Dalam keadaaan seperti itu, kebanyakan para salik, sufi, meditator
> biasanya terjebak karena tertarik oleh kehebatan sang Guru Sejati
> tersebut, sehingga terhijab/terhalang menuju Allah Yang Esa. Oleh
> karena itu, kalau anda bertemu kembali dengan wujud diri anda,
> kembalikan dan doakan kepada Allah "INNALILLAHI WAINNA ILAIHI
> ROJIUN", biasanya "dia" tidak akan muncul-muncul lagi.
> *)Tujuan kita hanya Allah, pusatkan dan kuatkan Tauhid kita kepada
Allah.
> Pegang teguh makna surat Al Ikhlas : "Allah itu Esa", "tidak berupa
> laki-laki ataupun perempuan, tidak seperti yang terbayangkan /
> dibayangkan oleh fikiran dan perasaan
>" ..... Penyebutan "Guru Sejati" juga disebabkan kemampuan-nya yang
> luar biasa, mampu menembus ruang dan waktu, mampu melihat dengan
> transparan walaupun jaraknya amat jauh dan tersembunyi. Anda bisa
> bertemu dengan/dalam keadaan jaga/sadar atau orang lain melihatnya
> dalam waktu yang sama pada tempat yang berbeda, karena wujudnya bisa
> mencapai puluhan sampai ribuan dengan rupa yang sama.
> Dalam keadaaan seperti itu, kebanyakan para salik, sufi, meditator
> biasanya terjebak karena tertarik oleh kehebatan sang Guru Sejati
> tersebut, sehingga terhijab/terhalang menuju Allah Yang Esa. Oleh
> karena itu, kalau anda bertemu kembali dengan wujud diri anda,
> kembalikan dan doakan kepada Allah "INNALILLAHI WAINNA ILAIHI
> ROJIUN", biasanya "dia" tidak akan muncul-muncul lagi.
> *)Tujuan kita hanya Allah, pusatkan dan kuatkan Tauhid kita kepada
Allah.
> Pegang teguh makna surat Al Ikhlas : "Allah itu Esa", "tidak berupa
> laki-laki ataupun perempuan, tidak seperti yang terbayangkan /
> dibayangkan oleh fikiran dan perasaan
kita"..........................."
Ani:
Mohon maaf sebelumnya kepada para pakar di ruang ini, kalau apa yang
hendak saya kemukakan terasa tidak pas, ya. Tadinya mau tak biarin
aza. Enakan monitor dan memamahnya. Tapi kok? Ternyata pingin juga nimbrung akhirnya.
Sekali lagi saya menghaturkan maaf sebelumnya. Menolak Guru Sejati? Lalu bagaimana mereka bisa berkenalan dengan Allah kalau hatinya tak lapang, ya? Bagaimana seseorang tahu kehadiranNYA sementara hatinya belum tercerahkan oleh nurNYA? Dan mengukurnya dengan membiarkan diri terperangkap dalam kata-kata yang pemahamannya SANGAT TERBATAS? Padahal untuk memahami Allah taklah mungkin terbatas dalam perangkap makna kata karena sesorang perlu mengenal jati dirinya melalui sebuah nama, yakni GURU SEJATI yang sesungguhnya bermakna nurNYA guna mencapai MAKRIFATUL MAKRIFAT?
Ani:
Mohon maaf sebelumnya kepada para pakar di ruang ini, kalau apa yang
hendak saya kemukakan terasa tidak pas, ya. Tadinya mau tak biarin
aza. Enakan monitor dan memamahnya. Tapi kok? Ternyata pingin juga nimbrung akhirnya.
Sekali lagi saya menghaturkan maaf sebelumnya. Menolak Guru Sejati? Lalu bagaimana mereka bisa berkenalan dengan Allah kalau hatinya tak lapang, ya? Bagaimana seseorang tahu kehadiranNYA sementara hatinya belum tercerahkan oleh nurNYA? Dan mengukurnya dengan membiarkan diri terperangkap dalam kata-kata yang pemahamannya SANGAT TERBATAS? Padahal untuk memahami Allah taklah mungkin terbatas dalam perangkap makna kata karena sesorang perlu mengenal jati dirinya melalui sebuah nama, yakni GURU SEJATI yang sesungguhnya bermakna nurNYA guna mencapai MAKRIFATUL MAKRIFAT?
Bukankah untuk menujuNYA seseorang perlu mengerti lima pertanyaan pertama di bawah ini:
1. dimana rumah hati kita?
2. bagaimana hidung membedakan baik-buruk?
3. bagaimana melempar senjata rahasia dengan mata?
4. apa yang didengar telinga?
5. apa yang dilakukan kening?
Pertanyaan sederhana mana kiranya mengantarkan seseorang dapat mengenal dirinya dan lebur dalam nurNYA karena setelah mampu menyesuaikan kanal frekwensiNYA? Bagaimana kita supaya memahami bahasa jiwa alam semesta kalau seseorang menolak kehadiran nurNYA yang tiada lagi terperangkap dalam kata dan sesungguhnya merupakan jembatan pada Allah? SATU LAGI PERTANYAAN YANG LUPA SAYA SERTAKAN
6. RASA APA YANG SELALU MENAKUTKAN? Keenam pertanyaan di atas
itulah sebenarnya pokok pangkal mengapa kita butuh akan agama.
Mohon pencerahannya.
Mohon pencerahannya.
Wassalamualaikum ww,
Ani.
Wasalamu'alaikum wr. wb.
Ibu Ani, jawaban ini saya tulis tepat pukul 22.30 wib tgl 5-9-2000
Ibu Ani, jawaban ini saya tulis tepat pukul 22.30 wib tgl 5-9-2000
__________________________________________________
Pencari Tuhan, ... kalau tidak memiliki indikator, maka segala apa yang dilihatnya dalam perjalanan ruhaninya dianggap sesuatu yang hakiki. Walaupun fenomena ghaib itu memang ada. Seperti makna nur ilahy (cahaya Tuhan), sampai kini banyak orang mengartikan "cahaya Ilahy " benar-benar cahaya yang bisa kita tangkap dengan indra. (fikiran, perasaan, hati dst) kata cahaya adalah metafora yang diungkapkan Alqur'an dalam menjelaskan keadaan jiwa atau hati yang telah mendapatkan wahyu atau ilham, dimana wahyu atau kata-kata Tuhan diungkapkan kedalam bahasa manusia dengan meminjam kata "cahaya", sebab wahyu sendiri tidak bisa diungkapkan dengan bahasa manusia. Wahyu adalah bahasa Allah, yang berbeda dengan bahasa manusia, namun wahyu atau ilham bisa difahami bagi yang menerimanya, bahkan hewan dan alampun mampu memahami dan menterjemahkan bahasa Allah. La shautun wa la harfun (bukan suara dan bukan rangkaian huruf-huruf)
Firman Allah didalam surat An Nur :35
Allah adalah cahaya bagi langit dan bumi. Perumpamaan "CAHAYA" adalah seperti lubang yang didalamnya ada pelita. Pelita itu didalam kaca. dan kaca itu laksana bintang yang berkilauan yang dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati, yaitu minyak zaitun yang bukan dari timur dan tidak (juga) dari barat. Minyak nya hampir menerangi sekalipun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya. Allah member petunjuk kepada cahaya-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah membuat perumpamaan–perumpamaan bagi manusia dan Allah maha mengetahui segala sesuatu…
Saya setuju dengan Nur ilahy yang akan membimbing jiwa kita menuju kehadirat ilahy. Cahaya disini bukan benda atau materi yang sebagian orang menterjemahkan dengan kata tekstualnya. Akan tetapi merupakan hidayah atau petunjuk Tuhan melalui kalam-Nya (ilham/wahyu). Ada yang menganggap guru sejati berupa wujud yang mirip dengan wujud kita, memiliki kepala, memiliki mata, telinga kaki dan suka tersenyum lagi. Padahal nur ilahy tidak seperti yang terbayang didalam fikiran dan perasaan dan sangkaan , dan Tuhan hanya memberikan perumpamaan, bukan yang sebenarnya.
Pengalaman seperti ini pernah juga dialami oleh jamaah di Bekasi. Namun kemudian diabaikan..dilanjutkan terus menuju kepada Yang tak terhingga bahkan diantara kami ada yang pernah melihat salah satu jamaah di beberapa tempat dalam waktu yang sama… wallahu a'lam
Guru sejati, menurut salah satu meditator terkenal di Indonesia (Master) yang bukunya banyak kita dapati di banyak toko buku terkenal. Istilah guru sejati sering kali didengar, guru sejati sebenarnya tidak lain dari pribadi tinggi seseorang, oleh sebab itu menemu-kan kesadaran sejati sama dengan menemukan sang guru sejati. Seperti apa guru sejati itu .
Mari kita ikuti pendapat beliau berikut ini .
"lakukanlah sambil berbaring atau duduk, tutuplah mata dan berusahalah untuk tenang dan santai, bernafaslah dengan tenang dan dalam sampai seluruh tubuh benar-benar santai dan tenang. Mintalah agar pembimbing spiritual hadir untuk membantu permintaan. Boleh diucapkan dengan suara keras ataupun didalam hati saja.
Pembimbing spiritual hadirlah untuk membantu saya menjumpai pribadi tinggi saya, lindungilah saya, dan batulah saya dalam memanggil pribadi tinggi saya. Pribadi tinggi berada sekitar beberapa senti meter diatas kepala, yang sering juga disebut sebagai cakra kedelapan… bayangkanlah wujud pribadi tinggi sebagai sebuah bola cahaya yang amat terang, dan menjadi amat nyata diatas kepala …… dst
Kalau kita runut cerita diatas, begitu jelas keadaan spiritual ia terangkan kepada kita karena ia benar-benar melihatnya sebuah cahaya diatas kepalanya beberapa senti meter Dan ia menamainya sang guru sejati atau pribadi tinggi .
Ada satu pertanyaan yang menggelitik… lalu siapakah yang melihat dan memperhati-kan pribadi tinggi yang berupa cahaya tersebut ? bukankah ada pribadi yang lebih tinggi dari makhluk yang sekedar berupa cahaya diatas kepala. Bagaimana ia bisa disebut guru sejati, sedang keberadaannya bisa dipantau oleh "aku" yang melihat. Dalam Al quran disebut bashirah (yang melihat / yang tahu). Bagaimana pula ia bias dikatakan sebagai penghantar menuju Tuhan, sedang ia berupa makhluk yang sangat rendah, karena bukan cahaya apa yang dimaksudkan oleh Alqur'an surat An nur 35 diatas. Cahaya yang satu ini masih sangat bisa kita bayangkan dengan angan-angan dan bisa kita gambarkan dengan jelas seperti cahaya yang ditimbulkan oleh inti materi pada alam ini. Apa jadinya kalau kita dihantar oleh cahaya seperti itu , lebih ghaib mana dengan "aku" yang sejati. Karena Aku merupakan ruh yang ditiupkan oleh Allah. Sang "aku" mampu melihat keberadaan dibawahnya. Aku berada di atas hati, diatas fikiran, dan diatas jasad manusia... saat anda mencintai seseorang sang Aku mengetahui berapa kadar cintanya terhadap si dia. Sang aku ada saat anda berada dialam mimpi sedang dikejar-kejar anjing ia menceritakan kejadian tersebut saat kita bangun dengan jelas. Juga saat sukma kita lepas ekstase menuju alam yang lebih tinggi .. sang aku pun ada disitu melihat keadaan suasana didalamnya. Sekalipun anda sudah mencapai kepada kesadaran jiwa yang luas disitu ada aku yang melihat nya... ialah sang aku bukan terbuat dari materi, ia berasal dari Tuhan yang maha suci... ialah bashirah (akan tetapi didalam diri manusia ada bashirah/yang bersifat tahu
surat Alqiyamah ayat:14 )
Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia, sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut dirinya adalah "aku".( tafsir shofwatu at tafasir. Beirut),
Wujud "aku" yang memiliki sifat tahu, yang memperhatikan
dirinya atas perilaku hati, kegundahan, kebohongan, kecurangan, serta kebaikan.
Ia tidak pernah bersekongkol dengan perasaan dan pikiran. Ia jujur dan suci
sehingga manusia , setan dan jin tidak bisa menembus alam ini karena ia sangat
dekat dengan Allah sekalipun manusia itu jahat dan kafir.kepada sang aku inilah
tempat Allah memberikan informasi tentang baik dan buruk melalui ilham-Nya.
Dengan demikian pertanyaan anda yang lima point tersebut sangat tidak ada
kaitannya dengan ketinggian "aku" yang memiliki, hati, perasaan,
pikiran, sebab hati atau perasaan bukanlah "aku" itu sendiri .. semua
itu hanya berupa instrumen yang dimiliki oleh sukma, Seperti Perasaan-ku,
pikiranku, hati-ku, sukma-ku, jiwa-ku, saudara kembar-ku. Sang akulah yang
memiliki alat perasaan pikiran hati dan jiwa artinya aku berada diatas
alat-alat tersebut dan sang aku bukanlah hati atau jiwa itu sendiri firman
Allah " katakanlah bahwa ruh itu selalu dalam instruksi-instruksi
Tuhanmu.(Al Isra:85)
Juga dalam surat Al hijir 28-29
Dan (ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tiin yang diberi bentuk . maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya RUHKU, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Menolak guru sejati ?? Yesss
Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya ( Qs: Al Kahfi 110 ).
Saya akan menambahkan jawaban saya mengenai sang Guru sejati.
Didalam serat Wirid Hidayat Jati, karangan Raden Ngabehi Ranggawarsita , menjelaskan bahwa yang tampak seperti diri kita atau sesuatu yang kelihatan, entah itu cahaya yang timbul dari badan kita itu semua anasir , maka dengan ini ranggawarsita mempunyai cara untuk menghilangkan anasir-anasir penggoda seperti berikut "
Aku mensucikan segala anasir yang bersifat jasmani, suci mulia, sempurna manunggal dengan segala anasir-Ku yang bersifat rohani. Suci dan selamat dalam keadaan jati, karena kodrat-Ku
Pada waktu , apabila merasakan sesuatu pada badan, hendaklah mengusap pusar tiga kali. Kalau terasa pusing, seperti mabuk agar mengusap dada tiga kali. Merasa mengantuk hendaklah mengusap dahi tiga kali. Jika terasa lupa hendaklah mengusap ubun-ubun tiga kali. Dan kalau mengelakkan rasa jati wisesa , artinya menghilangkan angan-angan , karena datang godaan yang berasal dari badan . yakni godaan dari saudara yang empat kelima pancer. Maka sebaiknya dilebur dengan mantra di bawah ini.
Aku melebur saudaraku yang empat kelima pancer (pusat)yang berada pada badanku sendiri, kakak kakawah adik ari-ari, darah puser, dan semua saudaraku yang lahir melalui jalan hina. Dan yang tidak lahir melalui jalan hina, beserta saudaraku yang keluar lahir bersama-Ku sehari. Kesemuanya menjadi sempurna, suci dan sejahtera dalam keadaan Jati lantaran Kodrat-Ku
Untuk mencapai kesempurnaan makrifatullah, bukan melalaui anasir-
anasir berupa-cahaya-cahaya .., semuanya itu godaan. Dan masih dibawah Aku yang
sejati yang tidak dilahirkan dari jalan Hina akan tetapi berasal dari ruh
ilahy. Yang dilahirkan dengan jalan hina maksudnya adalah berupa bentuk yang
bisa dijangkau oleh pikiran kita. seperti guru sejati. Oleh sebab itu , sebelum
kedatangan sinar-sinar tersebut, harus membaca mantra penghapus sumbernya satu
persatu. Dilebur karena kodrat kita jangan sampai ditutupi cahaya itu (hijab).
… cahaya hitam berasal dari nafsu lawwamah terhisap masuk kedalam cahaya merah, cahaya merah berasal dari nafsu ammarah,terhisap masuk kedalam cahaya kuning, cahaya kuning berasal ldari nafsu sufiyah, terhisap masuk kedalam cahaya putih. Cahaya putih berasal dari nafsu muthmainnah. Terhisap masuk kedalam cahaya panca warna. Cahya panca warna bersasal dari pramana, terhisap kedalaml dzat cahaya-Ku yang jernih, memancar berkilauan tanpa bayang-bayang (tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan perasaan ) sempurna terang benderang, tidak kelihatan apa-apa, semuanya terliputi oleh Dzat-Ku , karena kodrat-Ku
begitulah kira-kira sang pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsta mewejang para muridnya. Agar tidak salah persepsi dalam mencari sang Guru sejati.
Kalau masih belum puas … kayaknya kita mesti ketemu lagi, tapi kali ini sayalah yang mengundang anda ke rumah, seperti yang anda bilang sebaiknya kita tidak telalu lama terjebak dalam retorika dan apologi. Terimakasih kalau anda bersedia… tapi sebelumnya saya minta maaf... karena mungkin jamuannya tidak selayak dirumah sampean yang nyaman dan ramah tamah ... :)
Salam
SJ, Sunardi (KPC)[SMTP:SunardiSJ@..., wrote :
ikutan Nimbrung,,,yang ini saya ambil dari Ihya 'Ulumuddin tolong berkenan menjlentrehkan lebih detail bagi yang tidak berkenan,, delete saja,,,
Salam
Kang Nardi
Ass wr wb
KEAJAIBAN HATI
Rosululloah bersabda: Sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam terdapat segumpal daging, Jika ia baik maka baiklah tubuh itu seluruhnya, dan anggota anggota tubuh yang lain akan membuatnya baik, Ia adalah Hati,,.
Dari hadits di atas bisa di pahami, bahwa dalam tubuh manusia yang paling pokok adalah hati. Ia adalah pemimpimpin yang di patuhi dalam dunia tubuh. Anggota tubuh lainya hanyalah bagikan rakyat yang saling dukung mendukung.
MAKNA HATI, RUH, NAFSU dan AKAL.
Makna hati bisa di bagi menjadi 2 yaitu:
Pertama: Segumpal daging yang
berbantuk pohon cemara yang treletak pada dada sebalah kiri. Di dalamnya
terdapat rongga yang berisi darah hitam. Ini adalah sumber Ruh, daging ini
dalam bentuknya yang seperti itu, terdapat pula pada binatang dan orang orang
yang sudah mati.
Kedua : luthf robbani rudhoni, yang, memiliki kaitan dengan daging ini. luthf robbani ini mengenal Alloh SWT. Ia mengetahui apa yang tidak di capai khayalan pikiran. Ia merupakan khakekat manusia. Inilah yang di ajak bicara. Terhadap Makna ini di tunjukan dengan firman Alloh:
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat peringatan bagi orang orang yang memiliki hati. ( QS. Qof 50;37 ).
Kalau yang di maksud ayat ini adalah hati yang berbentuk pohon
cemara, maka itu terdapat pada diri setiap orang.
Jika kita telah mengetahui hal ini, maka perlu kita ketahui bahwa kaitan luthf dengan Daging yang berbentu pohon cemara adalah hubungan yang tidak jelas, tidak dapat di jelaskan, melainkan bergantung pada kesaksian (Musyaahadah) dan penyingkapan (Al 'Iyaan). Berarati dapat di sebutkan bahwa Ia seperti Raja sedangkan dagingnya ibarat negeri atau kerajaan, karena kalau hubunganya bersifat kebetulan, maka tidak sesuai dengan Makna ayat :
Sesungguhnya Alloh membatasi antara manusia dan hatinya. ( QS Al
Anfaal 8;24 ).
RUH
Ruh juga memilki dua Makna yaitu:
RUH
Ruh juga memilki dua Makna yaitu:
Pertama : Ruh dalam dalam pengertian Biologi, yaitu benda halus yang bersumber dari darah hitam di dalam rongga hati yang berupa daging berbentuk pohon cemara. Benda halus ini tersebar memlalui pembuluh nadi dan pembuluh balik pada bagian seluruh tubuh. Benda halus ini seumpama lampu di dalam sebuah rumah yang menerangi seluruh sudut rumah. Itulah yang di maksudkan para Dokter dentan nama Ruh ( nyawa )
.
Kedua : luthf Robbani, yang merupakan khakekat hati. Ruh dan hati saling bergantian mengacu pada luthf tersebut dalam satu keteraturan. Hal ini di tunjukan dalam Firman Alloh:
Kedua : luthf Robbani, yang merupakan khakekat hati. Ruh dan hati saling bergantian mengacu pada luthf tersebut dalam satu keteraturan. Hal ini di tunjukan dalam Firman Alloh:
,,, Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh, katakanlah,"
Ruh itu termasuk urasan Tuhanku " ( QS Al Isro' 17; 85 ).
NAFSU
Nafsu juga memiliki Makna yaitu:
Makna yang mencakup kekuatan marah, Syahwat dan sifat sifat tercla. Inilah yang di maksud sabda Nabi SAW: Sesungguhnya musuh yang paling utama adalah Nafsumu yang terletak di antara dua lambungmu.
Dan inilah yang kita di perintahkan untuk memerangi dan
mematahkanya. Yaitu salah satu Makna Ruh, Hati dan juga Nafsu. Ruh dan Hati
berkaitan denga luthf itu . Itu merupakan khakikat manusia yang membedakanya
dari Binatang. Apabila luthf itu menjadi suci, dan Agung karena Dzikir kepada
Alloh SWT, Maka ia akan mampu menghapus noda noda Syahwat dan sifat sifat
tercela. Kemudian itu di namakan Jiwa yang tenang (
An Nafs Al Mutma'innah ).
Inilah yang di maksud oleh Alloh: Wahai Jiwa yang
tenang ( QS Al Fajr 89;27 ).
Sebelum pada tingkatan ini, Nafsu memiliki dua tingkatan berdasarkan sifat sifatnya, diantaranya adalah nafsu Al Lamawwah, sebagai mana di sebutkan Alloh SWT: Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali diri ( diri sendiri ) (QS Al Qiyamah 75;2 ) . Jenis Nafsu inilah yang mencela tindak kemaksiatan , tidak cenderung padanya, dan tidak pula senang terhadapnya. Sebelum sampai pada tingkatan ini, Nafsupun masih memiliki satu tingkatan, Yaitu,, yang selalu menyuruh (amarah) pada kejahatan, Sebagai mana firman Alloh SWT : Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan ( QS Yusuf 12;53 ).
Nafsu ini berada dalam keadaan memerintahkan kebaikan dan tidak
pula mencela kejahatan. Nafsu Ammarah merupakan nafsu terendah. Nafsu
tertinggi adalah nafsu mutmainnah. Di antara keduanya adalah nafsu lawwamah, yang tidak senag pada kejahatan
sehingga tidak cenderung padanya, dan tidak pula dapat tenang dalam kebaikan,
ya'ni Dzikir kapada Alloh SWT.
AKAL
Akal bahkan memiliki beberapa Makna antara lain:
Pertama : Pengetahuan terhadap
khakekat segala sesuatu.
Kedua ; 'Alim yang Ilmunya sebagai sifatnya. Makna ini merupakan luthf robbani yang telah di sebutkan diatas. Sehingga tidak mungkin di maksudkan akal pada makna pertama, sebagaimana Rosululloh SAW bersabda: Yang pertama Alloh SWT ciptakan adalah akal Kemudian di katakan padanya " Majulah ".
Maka akal maju, Lalu di katakan "mundurlah" . Maka akal mundur. Jadi, menjadi jelas bagi kita bahwa Hati, akal, Ruh dan Nafsu yang di maksud di dalam beberapa ayat ayat Al Qur'an dan Hadits adalah luthf Robbani.
Wass wr wb.
Kang Nardi
Tanggapan untuk Kang Nardi:
--------------------------------------
Assalamu'alaikum wr. wb.
Kang Nardi & Anggota Dzikrullah Yth,
Sebenarnya uraian Hujjatul Islam itu sudah gamblang dan terinci, perkara roh, nafs dan akal. Namun kadang si pembaca menjadi bingung, jika tidak pernah diajak masuk kedalam alamnya, sehingga menjadi penghayalan dan harapan dipinggiran wilayah rohaninya…saya
merasakan tidak pernah diajak kewilayah ilmu itu ketika saya belajar Ihya' Ulumuddin dipesantren … kita hanya diajak ngalap berkah dari kitab itu bukan memasukinya padahal kitab itu berisi jalan praktisnya bukan untuk khataman seperti yang pernah saya alami … keterangan Alghazali adalah modal untuk berjalan menuju ke alam yang dimaksudkan bukan untuk diperdebatkan… karena keterangan Alghazali bersifat "Laku praktis" agar kita tidak terjebak kepada alam-alam yang menakjubkan sekaligus mengingatkan para sufi agar tidak bermain diwilayah nafsunya… sebab lathaif-lathaif itu sangat menggoda keinginan untuk berlama-lama disana, padahal tujuan kita adalah makrifatullah dan menerima apapun keputusan Allah…
Persoalan penting yang perlu ditangkap dari keterangan Alghazali
adalah hati nurani bukan hati berupa daging "Hati" (Qalb) mempunyai
makna membalik kembali, pergi maju mundur, berubah, naik turun….. atau bisa
diartikan sifat yang labil (was-was ). Hati yang terlepas dari sifat labil
disebut sifat muthmainnah (tenang)…. jiwa inilah yang mampu menangkap ilham-ilham
dari Allah.
"wanafsiw wama sawwaaha fa alhamaha fujuraha wataqwaaha"
(demi jiwa..serta penyempurnaannya... maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaan ( Asy syams 7-8).
Untuk melepaskan dari ikatan syahwati kita harus mampu menembus alam-alam itu dengan menyadari bahwa "aku" adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan yang dihembuskan dari-Nya kedalam jasad… Aku bukan sifat (labil / qalb) akan tetapi aku adalah yang mempunyai alam-alam itu (sifat-sifat seperti. ..lawwamah… `ammarah …sufiyah dan muthmainnah)
sifat-sifat itu disebut nafs (diri)….firman Allah innan nafsa la'ammaratun bis su' (sesungguhnya diri (nafs) selalu mengajak kepadakeburukan …Yusuf:53).
dan diri yang selalu menyesali (wala
uqsimu binnafsil lawwamah… surat Al qiyamah:2) yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah
(wahai jiwa /diri yang tenang… ( Al fajr:27-28)
Itulah karakter jiwa yang disebut di dalam Alqur'an… bukan berati jiwa itu berjumlah banyak, akan tetapi jiwa mempunyai watak yang selalu berkecenderungan mengikuti sifat-sifat tadi… sebenarnya yang dimaksud itu adalah jiwa itu sendiri (diri) dan jiwa yang mempunyai sifat labil itu disebut qalb (hati) dan didalam jiwa itu mempuyai diri yang biasa menyebut dirinya "aku" dan mempuyai sifat mengetahui (bashirah) "aku inilah yang dikatakan merupakan kesadaran tertinggi yang mampu melihat Allah …ialah ruhnya jiwa yang dikatakan dalam Alqur'an merupakan urusan Tuhan….
Sekali lagi kita banyak terjebak dengan istilah-istilah yang rumit… mengenai jiwa dan
hati… gampangnya saya perumpamakan begini… si fulan adalah anak
yang manis... rajin… Simpatik... dan baik , semua sebutan itu sadalah sifat
atau karakter si fulan dan yang dimaksudkan manis itu menujukkan sifat sifulan….
Tidak terlalu penting saya kira untuk mengotak-atik karakter jiwa... yang terpenting adalah bagaimana kita membersihkan jiwa, aga memiliki kecenderungan yang istiqamah yaitu selalu berbakti kepada Allah …dan dirihoi-Nya.
Yaa Ayyatuhan nafsul muthmainnah ..irji'ii ila rabbiki radhiatan
mardhiyyah ….(Al fajr:27-28).
Itulah kesimpulan yang diterangkan oleh Hujjatul Islam AlGhazaly
………
Dikarenakan metode Ihya' kurang banyak difahami oleh kita, … kadang-kadang kita menjadi bingung harus memulai dari mana … pemberihan jiwa ... melalui menjaga makanan ... malalui shalat malam … melalui akhlaq yang baik … menjauhkan dunia … uzlah, semuanya menjadi sia-sia jika tidak tahu apa yang semestinya di dahulukan, sebab kalau tidak, kita menjadi stress oleh karena aturan syari'at yang begitu banyak…. terus terang methode yang di ajarkan Ihya' itu sangat berat, mungkin karena awalnya tidak mengerti jalan lintasnya….
Untuk itu ihya ulumuddin merupakan katalisator bagi sang salik sebagai kitab panduan agar tidak tersesat… namun jika memahami Ihya tidak mempunyai ilmu yang cukup, maka kejumudan pemikiran akan terjadi seperti yang dituduhkan oleh sebagian ulama. Dengan demikian fahamilah kitab ihya' sebelum melakukannya, karena ada inti yang mudah dari seluruh isi kitab tersebut… yaitu melatih jiwa dengan berdzikir kepada Allah dan hanya dengan berdzikir kepada Allah jiwa akan menjadi tenang… dengan ketenangan jiwa itulah ilham dan ilmu akan mengalir…. Anda tidak perlu bersusah payah untuk khusyu' atau anda tidak perlu ngotot untuk beribadah …dan anda tidak perlu lagi menahan nafsu ammarah dan syahwat, sebab anda akan mendapatkan karunia merasakan itu semua tanpa tertekan tiba-tiba hati berubah menjadi khusyu'... sabar…dan tawakkal… Dan seluruh isi ihya' akan tersandang sebagai baju tanpa lagi kita membuka kitab itu untuk mempraktekkannya. Semuanya itu akan muncul sebagaimana rasa marah yang tidak pernah kita undang… rasa benci... rasa cinta... semuanya datang tanpa kita inginkan sebelumnya…
Selama ini kita menahan rasa maksyiat… rasa amarah… dan berupaya khusyu' didalam setiap peribadatan serta berusaha berakhlaq mulia dihadapan manusia namun kita akan mengalami kejenuhan jika sampai kepada tahapan yang lebih tinggi karena larangan dan anjuran Allah itu sangat banyak, maka mustahil kita mampu melaksanakan itu semua kecuali jiwa kita mendapatkan pencerahan dari Yang Mahaagung…S ebab sayapun pernah mengalami kesulitan didalam mempraktekkan Ihya' waktu dibimbing langsung oleh Prof. Abdullah bin Nuh… juga kitab Al Hikam... dan bidayatul hidayah serta Minhajul `abiding (diterjemahkan oleh beliau)… semua menjelaskan jalan menuju ma'rifat,…s ampai sekarang banyak kesulitan memahami dan mempraktekkan ilmu tersebut, kecuali hanya untuk diskusi dan seminar tasawuf ditelevisi dan hotel-hotel,... biar tidak terkesan kumuh sebagaimana tuduhan orang
selama ini …namanya juga tasawuf modern…
Banyak orang hanya dibawa kealam intelektualnya, bukan kealam
spiritualnya, sehingga mustahil ia akan sampai kepada Allah jika hanya sebatas
gagasan di dalam fikiran. Untuk lebih jelentrehnya ikuti saja artikel
berikutnya… Ash shalatul mi'rajul mukminin….
Insya Allah.
Wassalam
Wassalam
Abu Sangkan
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
"Rafiudayyin D." <dayyin@...> wrote:
Ruh, Jiwa dan Nafs
Salam kenal pak..
perkenalkan, saya anggota milis Dzikrullah, cuman pengen nanya per japri... berkaitan dengan roh & jiwa, kita memang terbatas sekali pengetahuan tentang roh, dan memang sesuai firman Allah kita diberi pengetahuan ttg roh sedikit sekali (mungkin hamba Allah yang terpilih sajalah yang bisa tahu lebih banyak)..
Dalam agama lain mengenal tentang adanya reinkarnasi, bagaimana menurut Islam Pak ??? setahu saya di Quran dan Hadits tidak dijelaskan ttg Reinkarnasi dan juga tidak membantahnya. apakah bener begitu ??? mohon koreksi & penjelasan jika ini keliru...
Terima kasih banyak Pak..
Wassalamualaikum...
Rafiudayyin
Surabaya
Rafiudayyin
Surabaya
Assalamu'alaikkum warahmatullahi wabarakaatuh
Sdr. Rafiudayyin & anggota Dzikrullah Yth,
Saya akan bercerita tentang pemahaman reinkarnasi agar kita menjadi jelas :
"Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru, dengan meninggalkan pakaian lama, begitu pula, sang roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan tua yang tidak berguna lagi" (Bhagavad-gita 2.22)
Srimad-Bhagavatam, tersusun tiga ribu tahun sebelum masa ovid, berisi cerita istimewa berikut yang mengungkapkan prinsip-prinsip reinkarnasi dalam pelak-sanaan dengan cara mengesankan. Maharaja Bharata, seorang raja yang mulia dan suci di India, terpaksa menjelma satu kali didalam badan sesekor rusa sebelum mencapai bentuk manusia lagi karena ikatan yang sangat keras terhadap seekor rusa.
Maharaja Bharata adalah seorang Maharaja yang bijaksana dan berpengalaman, dan orang dapat berpikir bahwa dia akan memerintah selama beratus-ratus tahun, tetapi pada waktu beliau masih muda, beliau melepaskan ikatan terhadap segala sesuatu-permaisuri, keluarga, dan kerajaan yang luas, lalu dia pergi kehutan. Dengan melakukan demikian, beliau mengikuti nasehat para resi yang mulia dari jaman purbakala, yang menganjurkan supaya orang mempersembah-kan bagian terakhir dari hidupnya untuk keinsyafan diri.
Maharaja mengetahui bahwa jabatannya sebagai seorang raja yang besar bukanlah kedudukan yang kekal, karena itu, beliau tidak berusaha duduk diatas tahta kerajaan sampai meninggal. Bagaimanapun juga, badan raja pun akhirnya menjadi abu, debu atau makanan untuk ulat dan binatang yang lain. Tetapi didalam badan ada roh yang tidak termusnahkan, sang diri yang sejati. Melalui proses Yoga sang diri dapat disadarkan terhadap identitas rohaninya yang sejati. Setelah sang roh menjadi sadar akan identitas rohaninya yang sejati, ia tidak perlu menjalani masa tahanan lagi didalam badan jasmani.
Maharaja mengerti tujuan hidup yang sejati, yakni membebaskan diri dari peredaran reinkarnasi, karena itu beliau berjalan ke tempat suci bernama pulaha asrama, dikaki pegunungan Himalaya, disana bekas raja itu tinggal sendirian dihutan ditepi sungai Gandaki. Maharaja tidak memakai pakaian kerajaan lagi melainkan dia hanya memakai pakaianterbuat dari kulit rusa.
Pada suatu hari, Bharata sedang bersemadi dekat tepi sungai, lalu seekor rusa betina datang kesana untuk minum air. Pada saat rusa betina itu sedang minum air, tiba-tiba ada seekor harimau dihutan dekat tempat itu, mengaum dengan keras. Rusa itu sedang bunting, dan begitu dia dengar takut sekali, untuk kemudian melompat dan berlari dari sungai, seekor anak rusa gugur dari kandungannya jatuh kedalam air yang mengalir cepat. Rusa betina itu gemetar karena merasa takut dan lemah karena keguguran. Rusa betina itu kemudian masuk goa, dan beberapa waktu kemudian mati. Bharata melihat anak rusa itu terapung di sungai, dan dia merasa kasihan. Bharata mengangkat binataang itu dari air, dan oleh karena dia mengetahui bahwa anak rusa itu tidak mempunyai induk, kemudian dia bawa anak rusa itu ke asrama-nya.
Perbedaan jasmani tidak ada artinya dari segi pandangan seorang rohaniawan yang bijaksana: oleh karena Bharata sudah insyaf akan dirinya, ia melihat semua makhluk hidup dengan pandangan yang sama, dengan mengetahui bahwa roh dan roh yang utama (Tuhan yang mahaesa) berada didalam badan semua makhluk. Setiap hari ia memberikan rumput segar kepada anak rusa itu sebagai makanan dan berusaha menyenangkan hatinya. Akan tetapi, sesudah beberapa waktu, ikatan kuat terhadap rusa itu mulai timbul didalam hatinya. Dia berbaring bersama anak rusa itu, berjalan dengan anak rusa, mandi bersama-sama. Apabila dia ingin masuk hutan untuk mengumpulkan buah, bunga dan akar, dia membawa anak rusa itu bersama dirinya. Karena dia takut bahwa kalau anak rusa itu ditinggalkan, anak rusa itu akan dibunuh oleh anjing, srigala atau harimau.
Bharata senang sekali melihat anak rusa itu melompat dan bermain-main di hutan seperti anak. Kadang-kadang dia membawa anak rusa itu diatas bahunya, hatinya begitu penuh dengan kasih sayang terhadap anak rusa itu sehingga dia memangku rusa itu pada waktu siang, dan pada waktu tidur, rusa itu tidur diatas dadanya, setiap hari dia memeluk rusa itu dan kadang-kadang menciuminya. Dengan demikian, hatinya menjadi terikat terhadap rusa itu dalam kasih sayang.
Akan tetapi, walaupun Bharata menyadari pertimbangan tersebut, dia berfikir dalam hatinya, "karena rusa ini telah berlindung kepada saya, bagaimana mungkin saya alpa akan rusa itu ? walaupun rusa itu mengganggu kehidupan saya , saya tidak dapat mengabaikan dia. Kalau saya acuh terhadap makhluk tak berdaya yang telah berlindung kepada saya, maka itu akan menjadi kesalahan besar"
Pada suatu hari Bharata sedang semedi, dan seperti biasa dia mulai memikirkan si rusa dan tidak berfikir tentang tuhan. Konsentrasinya terputus, dan dia memandang kesana kemari untuk melihat dimana anak rusa, dan dan ketika dia tidak dapat menemukan rusa itu, pikirannya menjadi goyah, bagaikan orang pelit yang telah kehilangan uangnya. Dia bangun dan mencari-cari didaerah sekitar asrama-nya. Tetapi rusa itu tidak dapat diemukan dimana-mana.
" Bharata berfikir ," kapan rusaku kembali ? apakah dia selamat dari harimau dan binatang lainnya? Kapankah saya akan melihat si rusa sekali lagi mengembara di tamanku dan makan rumput hijau yang segar ? Bharata tidak menahan dirinya. karena itu, ia keluar mencari rusa itu. Dengan mengikuti jejak telapak kakinya. Dalam kegilaannya, Bharata mulai bicara dengan dirinya sendiri : "makhluk itu begitu tercinta sehingga saya berpikir seolah-olah saya kehilangan anakku sendiri. Oleh karena demam kerinduan yang membakar didalam hatiku, saya merasa seolah-olah berada di tengah-tengah kebakaran yang berkobar di hutan, sekarang hatiku berkobar dengan api keduka-citaan"
Bharata sangat bingung mencari rusa yang hilang di jalan-jalan yang berbahaya di hutan, dan tiba-tiba dia jatuh dan mendapat luka parah. Bharata tergeletak di sana pada saat hampir meninggal, dan dia melihat bahwa rusa nya tiba-tiba muncul dan duduk disisinya, menjaga dirinya seperti putra mencintai ayahnya. Demikian, pada saat menemui ajalnya, pikiran sang Raja Bharata berpusat sepenuhnya kepada rusa itu.
Dari Bhagavad-gita kita dapat belajar, keadaan manapun yang di ingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan dicapainya … dalam penjelmaan berikutnya, maharaja Bharata masuk ke dalam tubuh seekor rusa. kebanyakan mahluk hidup tidak mengingat penjelmaannya yang lalu, tettapi oleh karena kemajuan rohani yang telah di capai sang raja dalam penjelmaan sebelumnya, walaupun dia didalam badan seekor rusa, dia dapat mengerti mengapa ia lahir dalam badan itu. Dia mulai menyesal "saya telah meninggalkan keluarga dan kerajaan lalu pergi ke tempat sunyi di hutan untuk bersemadi, dan di tempat itu saya merenungkan tuhan yang menguasai alam semesta. Tetapi oleh karena kebodohan saya,... saya membiarkan pikiran menjadi terikat kepada... anehnya... seekor rusa. Sekarang saya telah menerima badan seperti itu sesuai dengan peraturan. Tiada orang yang dapat selain diriku sendiri.
Bharata sudah mendapat pelajaran yang berharga, karena itu walaupun dia sudah menjadi rusa, dia dapat melanjutkan kemajuannya dalam keinsyafan diri. Dia menjadi lepas dari segala keinginan material. Dia tidak lagi memperdulikan rumput hijau yang enak, ataupun memikirkan panjang tanduknya. Begitu pula, ia meninggalkan pergaulan dengan segala rusa, jantan maupun betina, meninggalkan ibunya dipegunungan kalanjara, tempat lahirnya. Ia kembali ke pulaha-asrama, tempat la telah mempraktekkan semedi didalam penjelmaan yang lalu. Tetapi kali ini dia hati-hati supaya tidak pernah lupa kepada kepribadian tuhan yang maha esa. Ia tinggal dekat asrama orang-orang suci dan resi-resi yang mulia, dan menghindari segala hubungan dengan orang duniawi, hidup dengan sederhana sekali, dan hanya makan daun yang keras dan kering. Pada saat meninggal, Bharata meniggalkan badan rusa, dan dengan suara keras ia mengucapkan doa berikut
"Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa adalah sumber segala pengetahuan, penguasa seluruh ciptaan, dan roh yang utama didalam hati setiap makhluk hidup.
Dalam penjelmaan berikutnya, maharaja Bharata lahir dalam keluarga seorang Brahmana yang suci dan murni, dan didalam penjelmaann itu dia bernama Jada Bharata. Atas karunia Tuhan, sekali lagi dia dapat ingat kepada penjelmaan-penjelmaan yang lalu ...
Ilustrasi diatas saya kutib dari sebuah kitab yang dikarang oleh Om Visnupada, sebagai arahan untuk mengerti apa itu reinkarnasi …
Didalam diri manusia ada roh pribadi yang abadi .tidak mati, namun bukan berarti kita akan hidup seperti yang digambarkan oleh Om Visnupada, sebab pendapat ini terdapat kelemahan yang akan timbul. Bagaimana hal nya orang yang sudah sampai moksa, ... mencapai tuhan... karena baginya tidak akan mengalami reinkarnasi lagi. Jika demikian halnya roh-roh orang yang hidupnya bersih, sebagai resi, pendeta yang tidak terikat oleh alam nafsunya, maka ia akan kembali kepada roh utama ( tuhan yang maha esa), maka jika hal ini terjadi populasi manusia akan berkurang…
Anggaplah pada suatu zaman nabi Adam ada sepuluh orang yang dilahirkan oleh beliau, diantaranya ada yang baik dan ada yang jahat… kalau jumlah yang baik itu ada lima orang maka yang lima lagi akan reinkarnasi … menjadi binatang … atau tergantung kecintaannya
kepada materi dia akan menjelma. Dan jika didalam penjelmaannya dia ternyata menginsyafi dirinya akan kesalahan, sebagaimana raja Bharata menginsyafi kesalahannya, maka mereka akan kembali sebagai manusia suci dan akan mati sebagai orang suci yang tidak kembali mengalami reinkarnasi. Artinya lama-kelamaan roh akan habis di karenakan roh itu kembali kepada roh Utama (Tuhan Yang maha esa)
Ada sebagian orang mengutip Alqur'an untuk mendukung ajaran reinkarnasi yang sekarang lagi semarak ,didalam surat Albaqarah :28
" Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan di hidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu di kembalikan "
Pada awalnya manusia tidak ada (mati) … lalu Allah menciptakan manusia dari sari / ekstrak alam kemudian menghembuskan roh dari-Nya kedalam tubuh (lihat Al hijir 28-29) dan ia menjadi hidup … didalam alam rahim … kemudian ia melepaskan dari ikatan alam rahim menuju alam dunia … kemudian ia melepaskan dari ikatan alam dunia … menuju alam barzah ... kemudian ia melepaskan alam barzah menuju alam syurga atau neraka, kemudian ia melepaskan kembali menuju Allah Azza wajalla. (bisa di baca dalam tafsir shafwatut tafaasir, karangan Prof Ali As Shabuni, Beirut )
Bandingkan dengan pendapat tentang reinkarnasi, didalam ajaran reinkarnasi, jika ia masih terikat oleh kehidupan alam materi, maka ia akan menjalani kehidupan pada apa yang ia pikirkan, misalnya kepada binatang : kuda, tumbuhan, dll. Sebaliknya didalam islam jika
manusia terikat oleh alamnya (hubbud dunya – cinta dunia) maka ia akan tertolak kembali kepada Allah, ... rohnya tetap pada kesadaran sebagai manusia namun roh yang tersiksa oleh karena tuhan menolaknya, ... dan keadaan ini disebut siksa atau kesengsaraan alam barzah (siksan kubur). Ia tidak menjelma menjadi binatang, akan tetapi ia hanya terikat oleh karena masih cinta kepada binatang atau dunia yang dipikirkannya… memang pendapat ini hampir sama, perbedaannya adalah jika pada reinkarnasi terikat kepada dunia akan menimbulkan jelmaan makhluk baru, sedangkan dalam islam keterikatannya kepada alam ,ia akan terhalang menuju tuhannya, namun ia tidak menjelma s
Maka, menurut berbagai kesesuaian sejarah, Raja Mesir atau Fir’aun yang dimaksud di sini adalah Fir’aun Maniptah(Maneptah atau Merneptah), anak dari Fir’aun Ramses II (Fir’aun yang mengangkat Nabi Musa ‘alaihis salaam sebagai anaknya dan juga menyiksa kaum Bani Israil), dan muminya ditemukan oleh Loret pada sekitar awal abad XIX (tahun 1896) di Thebes atau Luxor, Lembah Kuburan Raja-raja Mesir (Wadi al Muluk).
ebagai alam… kesamaanya adalah keabadian roh, ... perbedaan nya roh manusia bagi hindu adalah roh tuhan yang menitis menjelma sebagai manusia.(emanasi), hal ini di idealisasikan kepada Sri Krisna, dimana orang banyak menyembah Sang Krisna sebagai perwujudan tuhan, sebab jika manusia sudah terlepas dari keterikatan pada dunia materi, maka ia adalah tuhan itu sendiri yaitu roh utama , atau sukma kawekas….
Dan itulah kira-kira yang banyak memperngaruhi sufisme di Jawa dan di India yang mengaku Anal Haq ( Akulah kebenaran/ Tuhan)
Maka, menurut berbagai kesesuaian sejarah, Raja Mesir atau Fir’aun yang dimaksud di sini adalah Fir’aun Maniptah(Maneptah atau Merneptah), anak dari Fir’aun Ramses II (Fir’aun yang mengangkat Nabi Musa ‘alaihis salaam sebagai anaknya dan juga menyiksa kaum Bani Israil), dan muminya ditemukan oleh Loret pada sekitar awal abad XIX (tahun 1896) di Thebes atau Luxor, Lembah Kuburan Raja-raja Mesir (Wadi al Muluk).
0 komentar:
Post a Comment