Kali
ini penulis akan mencoba mengungkap asal manusia dengan menggunakan informasi
yang ada dalam Al Qur’an. Sebelumnya, penulis punya persepsi bahwa manusia
adalah keturunan manusia pertama bernama Adam yang diusir dari surga dan
kemudian diturunkan ke bumi setelah melanggar larangan Tuhan. Persepsi seperti
itu berkembang menjadi spekulasi bahwa manusia mungkin keturunan makhluk dari
luar bumi atau sering disebut dengan makhluk angkasa luar. Benarkah persepsi
tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis akan mengaji ayat-ayat Al
Qur’an terjemahan.
TEMPAT
TINGGAL ADAM DAN ISTERINYA
Allah sebenarnya sudah merencanakan akan
menciptakan manusia yang tinggal di bumi (2:30). Disebutkan dalam ayat tersebut
bahwa manusia akan dijadikan sebagai khalifah.
2:30.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (versi
Dep. Agama RI)
Apa arti khalifah? Untuk menjawabnya, arti akar kata menurut project root list yang ada di http://www.studyquran.co.uk/PRLonline.htm
digunakan. Kutipan sebagian arti akar kata kh-lam-fa
yang dianggap sesuai ditampilkan berikut ini.
“Kh-Lam-Fa = To
follow/come after/succeed another, substitute or supersede, to supply/be a
supplier to someone, to restore or replace a thing to someone, smite or strike
from behind, yearn towards other than one's spouse (in the spouses
absence/behind his or her back), speak of/mention someone behind his or her
back, remain behind/not go forth, to be kept back from all good, to not prosper
or be successful, to become corrupt or altered for the worse,
retire/withdraw/go away, to turn away from/avoid/shun a thing, to become
foolish/idiotic/deficient in intellect, contrarious/hard in disposition, to
leave behind, to appoint someone as successor, disagree with or differ from
someone, contradict or oppose someone, to break/fail to perform a promise, to
follow reciprocally/alternate/interchange, repeatedly move to and fro (coming
and going), to differ/ be dissimilar
khalifah n.m. (pl. khala'if)
2:30, 6:165, 7:69, 7:74, 10:14, 10:73, 27:62, 35:39, 38:26”
Tampak bahwa akar kata kh-lam-fa mempunyai arti yang bervariasi. Dari sekian
banyak arti akar kata tersebut, yang sesuai dengan konteks kandungan pesan
dalam 2:30 menurut penulis adalah mengikuti
(to
follow/come after/succeed another).
Sebagai kata benda, khalifah berarti yang mengikuti. Yang mengikuti siapa?
Menurut penulis, jawabannya adalah yang mengikuti
Allah. Jadi, kalifah berarti yang
mengikuti Allah atau pengikut Allah.
Pernyataan malaikat dalam
ayat 2:30 menegaskan penafsiran tersebut. Diceritakan dalam ayat tersebut bahwa
malaikat menanyakan alasan Allah akan menciptakan manusia sedangkan para
malaikat senantiasa patuh mengikuti semua kehendak Allah. Maksudnya, mengapa
Allah ingin mencipta pengikut baru berupa manusia sedangkan Allah sudah
mempunyai pengikut yang setia yaitu para malaikat?
Selain itu, penggunaan kata seorang di depan kata khalifah juga tidak tepat karena yang diciptakan
pada saat itu adalah dua orang, yaitu Adam dan isterinya. Selain itu,
kenyataannya, sekrang ini, ada banyak manusia di bumi. Menurut penulis, yang
tepat adalah satu khalifah.
Maksudnya, manusia termasuk salah satu khalifah.
Perlu disampaikan kembali bahwa manusia
memang direncanakan akan bertempat tinggal di bumi. Ini menepis anggapan
penulis sebelumnya bahwa keberadaan manusia di bumi adalah sebagai hukuman
terhadap manusia pertama (Adam dan isterinya) karena melanggar perintah Allah.
Jadi, tanpa melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah pun, manusia akan
tinggal di bumi.
Manusia pertama yang bernama Adam
ditemani oleh seorang isteri (7:19). Setelah diciptakan, Adam dan isterinya di
tempatkan di surga. Perlu diperhatikan bahwa sejak diciptakan, mereka telah
menjadi suami-isteri. Ini merupakan petunjuk bahwa mereka diciptakan sudah
dalam keadaan dewasa.
7:19.
(Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu
di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu
berdua termasuk orang-orang yang zalim." (versi Dep. Agama RI)
Surga mungkin seperti kebun yang sangat
nyaman sebagai tempat tinggal. Perlu diketahui bahwa jannah yang diterjemahkan menjadi surga dapat pula berarti kebun (garden). Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa surga adalah suatu kebun yang nyaman untuk tempat tinggal. Kutipan arti akar
kata jim-nun-nun dari project root list di http://www.studyquran.co.uk/PRLonline.htm
adalah sebagai berikut.
“Jiim-Nun-Nun (root
of jinn) = veiled/concealed/covered/hid/protected (e.g. cloth, armour,
grave, shield), invisible, become dark/posessed, darkness of night, bereft of
reason, mad/insane/unsound in mind/intellect, confusedness.
Become thick/full-grown/blossom, herbage, garden.
Spiritual beings that conceal themselves from the senses (including angels), become weak and abject, greater part of mankind, devil/demon, people who are peerless having no match or equal, a being who is highly potent, sometimes refers to Kings because they are concealed from the common folk”
Become thick/full-grown/blossom, herbage, garden.
Spiritual beings that conceal themselves from the senses (including angels), become weak and abject, greater part of mankind, devil/demon, people who are peerless having no match or equal, a being who is highly potent, sometimes refers to Kings because they are concealed from the common folk”
Gambaran keadaan surga tempat tinggal
Adam dan isterinya diterangkan dalam 20:118 dan 20:119. Surga tempat tinggal
mereka adalah suatu kebun yang penghuninya tidak akan kelaparan, tidak akan
kehausan, tidak akan kepanasan, dan tidak akan telanjang.
20:118. Sesungguhnya
kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
(versi Dep. Agama RI)
20:119. dan
sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas
matahari di dalamnya." (versi Dep. Agama RI)
Frase tidak akan telanjang dalam terjemahan
20:118 perlu dibahas lebih lanjut. Menurut penulis, telanjang yang dimaksud
adalah bukan seperti keadaan tidak berbaju seperti pengertian telanjang yang
dianut oleh kita sekarang ini. Pada waktu itu, tidak ada teknologi membuat
baju. Menurut penulis, frase tersebut bermakna tidak ada hasrat untuk
berhubungan seks yang dapat menyebabkan mempunyai anak. Dengan demikian,
walaupun tanpa baju, mereka tidak berpikir untuk berbuat porno atau berhubungan
seks.
Di samping itu, keadaan
tidak telanjang yang dikategorikan sebagai sebuah kenikmatan juga menarik untuk
dibahas. Tidak telanjang berarti tidak berhubungan seks. Artinya, berhubungan
seks bukanlah suatu kenikmatan di surga. Padahal, dalam kehidupan sekarang ini,
berhubungan seks termasuk sebagai suatu jenis kenikmatan. Mungkin benar bahwa
tidak berhubungan seks merupakan suatu kenikmatan karena aktivitas tersebut sesungguhnya
terjadi karena hanya dorongan nafsu saja. Jika nafsu seks tidak ada, orang
tidak akan berpikir tentang hal-hal yang berhubungan dengan seks. Jika semua
orang tidak mempunyai nafsu seks, orang tidak kawin adalah orang yang normal.
Sebaliknya, orang yang kawin justeru dianggap sebagai orang tidak normal. Yang
terjadi di dunia sekarang adalah bahwa orang mempunyai nafsu seks sehingga jika
tidak tersalurkan akan menjadi suatu penderitaan. Oleh sebab itulah, penyebutan
tidak telanjang sebagai suatu kenikmatan menjadi hal yang menarik untuk direnungkan.
Mungkin saja, seorang laki-laki yang masuk surga dan ditemani oleh isteri yang
cantik berupa bidadari juga tidak akan berhubungan seks seperti yang dialami
Adam dan isterinya sebelum tergoda oleh syaitan.
Surga itu mungkin
berada di tempat yang relatif tinggi sehingga udaranya cukup sejuk. Mungkin
juga, mereka tinggal di bawah naungan pohon-pohon buah-buahan yang rindang
sehingga tidak terkena sinar matahari secara langsung. Di surga itu, mungkin
ada sungai yang mengalir terus, yang dapat menghidupi tumbuhan dan binatang,
termasuk Adam dan isterinya.
Apakah pembaca
memperhatikan kata matahari dalam
terjemahan 20:119? Bagi penulis, matahari yang dimaksud adalah matahari yang
sama dengan yang dapat kita lihat hari ini. Sudah disampaikan di muka bahwa
Allah akan membuat manusia di bumi (2:30). Oleh sebab itu, sangat masuk akal
jika penulis berpendapat bahwa Adam dan isterinya tinggal di suatu kebun yang
ada di bumi.
Anggapan bahwa bumi
tempat tinggal Adam dan isterinya adalah bukan bumi yang kita diami sekarang
ini mungkin berasal dari perintah turun dari surga setelah mereka melanggar
larangan Allah. Setelah melanggar perintah Allah, Adam
dan isterinya mendapat sejumlah ketetapan dari Allah. Ketetapan tersebut
tercantum dalam ayat berikut ini.
20:123. Allah berfirman: "Turunlah
kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka. (versi Dep. Agama RI)
Banyak orang menafsirkan 2:123 bahwa
Adam dan isterinya diturunkan dari surga yang ada di langit yang berada di
atas. Kelihatannya, penafsiran seperti itu masuk akal. Akan tetapi, jika dikaji
secara seksama dengan pikiran jernih, penafsiran itu akan tampak keliru.
Perlu diperhatikan bahwa kata turunlah dan diturunkan adalah berbeda. Kata turunlah
bermakna bahwa yang diperintah dapat bergerak turun secara mandiri. Kata diturunkan bermakna bahwa yang bergerak
turun bersifat pasif, mengikuti kemauan pihak lain yang menurunkan. Dalam hal
ini, kata yang digunakan adalah turunlah.
Dengan demikian, Adam dan isterinya akan bergerak ke tempat yang lebih rendah
secara mandiri.
Jika Adam dan isterinya dianggap tinggal
di suatu kebun yang ada di langit, mereka akan melihat bumi berada di atas. Yang
terlihat oleh mereka jika bergerak turun atau melihat ke bawah adalah tanah
tempat berpijak. Artinya, jika bergerak turun, mereka tidak akan sampai ke bumi
yang ada di atas mereka. Agar sampai ke bumi, mereka harus bergerak ke atas. Oleh
sebab itu, anggapan bahwa surga tempat tinggal Adam dan isterinya berada di
langit adalah tidak benar.
Penafsiran kata turun yang berarti bergerak atau berpindah ke lokasi yang lebih
rendah di surga (kebun) yang ada di bumi juga tidak mempunyai arti karena pada hakikatnya
mereka tetap tinggal di bumi. Selain itu, pada saat itu hanya ada dua manusia
di bumi. Mereka dapat bepergian ke tempat yang mereka inginkan. Jadi, kata turun dalam hal ini bukan berarti
bergerak atau berpindah ke tempat yang lebih rendah di bumi.
Terus, apa maksud Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama? Menurut penulis, frase
tersebut berarti ketetapan Allah yang berlaku bagi Adam dan isterinya bahwa
sejak saat itu mereka akan mempunyai keturunan. Mereka akan mulai mempunyai
anak dari surga tersebut dan kemudian jummlahnya semakin lama semakin banyak. Jika
kandungan ayat 20:123 diperhatikan secara teliti, penafsiran tersebut tampak masuk
akal. Setelah mereka mempunyai keturunan, keturunan mereka ada yang bermusuhan.
Allah juga berpesan kepada mereka bahwa Allah akan memberikan petunjuk kepada
keturunannya. Keturunannya yang mengikuti petunjuk-Nya tidak akan akan sesat
dan tidak akan celaka.
Walaupun demikian, Adam dan isterinya
disebutkan keluar dari surga (7:27). Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa yang
dimaksud dengan keluar dari surga adalah perubahan dari keadaan tidak mengerti
bagian kemaluan menjadi mengerti bagian kemaluan. Ayat 2:36 juga menerangkan
bahwa yang dimaksud dengan keluar
adalah perubahan dari keadaan semula. Artinya, mereka tetap tinggal di kebun
yang sama, yaitu kebun yang tidak menyebabkan kelaparan, kehausan, dan kepanasan.
7:27 You Adam's sons and daughters,
(let) not the devil test/misguide/betray you as/like he brought out your
parents from the Paradise, he removes/pulls away from them (B) their (B)'s
cover/dress to show them (B)/make them (B) understand their (B)'s shameful
genital private parts; that he sees you, he and his group/tribe from where/when
you do not see them, that We made the devils guardians/allies to those who do
not believe. (Kamu anak laki-laki dan
perempuan Adam, janganlah sampai syaitan menjerumuskan kamu seperti ia
mengeluarkan kedua orang tuamu dari surga, ia membuang dari mereka penutup
mereka untuk membuat mereka mengerti bagian kemaluannya; bahwa mereka melihat
kamu, ia dan kelompoknya dari suatu tempat yang kamu tidak melihat mereka, bahwa
Kami membuat syaitan teman bagi mereka yang tidak beriman.) (versi Muhamed dan Samira Ahmed)
2:36. Lalu keduanya
digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh
bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan." (versi Dep. Agama RI)
Penulis tidak setuju dengan penafsiran
bahwa Adam dan isterinya dikeluarkan dari surga (kebun) dan kemudian tinggal di
luar surga (kebun). Yang disebutkan dalam 2:36 adalah dikeluarkan dari keadaan semula. Yang dimaksud dengan keadaan adalah keadaan Adam dan
isterinya, bukan keadaan surga (kebun). Jika diartikan keluar secara fisik dan
kemudian tinggal di luar surga (kebun), mereka akan kelaparan, kehausan, dan
kepanasan dan kemudian akan mati.
Berdasarkan uraian di atas, kita bisa
menggambarkan keadaan surga tempat tinggal Adam dan isterinya karena surga
tersebut berada di bumi. Bagi orang Indonesia, surga itu mungkin seperti
keadaan tanah nusantara pada jaman dahulu. Tidak heran apabila banyak orang jaman
dahulu menyebut Indonesia sebagai tanah surga.
PENUTUP
Berdasarkan kajian di atas, penulis
berpendapat bahwa surga tempat tinggal Adam dan isterinya berada di bumi yang
sama dengan bumi tempat tinggal kita sekarang ini. Manusia tidak berasal dari
angkasa luar atau tempat tinggal yang ada di langit. Di bumi itu manusia hidup,
mati, dan akan dibangkitkan (7:25)
7:25.
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan
dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
(versi Dep. Agama RI)
0 komentar:
Post a Comment