Makalah ini ditulis setelah penulis menonton video yang di-download pada tanggal 16 Jamuari 2012 dari situs youtube dengan judul “God does not exist confirmed by Stephen Hawking.”
Stephen Hawking adalah ahli fisika terkemuka. Dia tidak percaya bahwa
Tuhan ada. Secara singkat, keyakinannya itu didasarkan oleh hasil
renungannya setelah menggeluti bidang ilmu fisika bertahun-tahun. Berikut ini adalah kutipan suara seorang narator dan suara Stephen Hawking dalam video tersebut.
Diucapkan oleh narator :
“So, when people asked him if a God created the universe:…..
I’d tell them that the question
it self makes no sense. Time did not exist before the big bang. So,
there is no time for God to make the universe in. It’s like asking for
directions to the edge of the earth. The earth is a sphere. It doesn’t
have an edge So, looking for it is a futile exercise.” (“Nah,
ketika orang-orang bertanya kepadanya bahwa Tuhan menciptakan
dunia…..Saya akan mengatakan kepada mereka bahwa pertanyaan itu sendiri
tidak masuk akal. Waktu belum ada sebelum “the big bang”. Oleh karena
itu, tidak ada waktu bagi Tuhan untuk membuat dunia. Itu seperti mencari arah ke tepi bumi. Bumi adalah sebuah bulatan. Ia tidak mempunyai tepi. Oleh sebab itu, mencari tepi bumi adalah suatu pekerjaan sia-sia.”)
Diucapkan oleh Stephem Hawking :
“We are each free to believe
what we want. And it is my view that the simplest explanation is…there
is no God. No one created the universe and no one directs our fate. This
leads me to a profound realization. There is probably no heaven, and no
afterlife either. We have this one life to appreciate the grand design
of the universe. And for that…I am extremely grateful.” (“Tiap orang bebas untuk mempercayai yang diinginkannya. Dan
saya berpandangan bahwa penjelasannya adalah....tidak ada Tuhan. Tidak
ada yang menciptakan dunia dan tidak ada yang mengarahkan nasib kita.
Ini membuat saya sampai pada kesimpulan yang mendalam. Mungkin tidak ada
surga, dan juga tidak ada kehidupan setelah kehidupan ini. Kita punya
satu kesempatan hidup ini untuk menghargai rancangan besar dunia ini.
Dan untuk yang ini....Saya sangat berterima kasih”)
Stephem Hawking menggunakan logika penciptaan dunia
untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Barangkali, argumennya tampak
seperti sangat meyakinkan. Sayangnya, penulis tidak begitu memahami limu
fisika sehingga argumen tersebut menjadi seperti sesuatu yang tidak
bisa dipahami. Hanya saja, untuk apa dia menyebut rancangan besar (grand design)? Siapa
yang merancang? Menurut logika, sebuah rancangan pasti disengaja.
Kemudian, dia berterima kasih kepada siapa? Berterima kasih kepada yang
membuat grand design?
Sebenarnya, mencari bukti keberadaan Tuhan dengan logika
adalah pekerjaan yang sia-sia seperti pekerjaan orang yang mencari tepi
bumi. Penulis pernah mencoba melakukannya tetapi hasilnya hanya membuat
otak terasa tidak enak dan perut terasa agak mual. Bagaimana Tuhan bisa
sepandai ini? Apa mungkin Tuhan menciptakan diri-Nya sendiri? Siapa
yang menciptakan Tuhan? Mungkin ada pertanyaan-pertanyaan lain senada
yang tidak bisa dijawab. Jika pertanyaan-pertanyaan semacam itu
dibiarkan meliputi otak kita, kita mungkin akan berkeyakinan seperti
yang diyakini Stephem Hawking.
Mungkin ada orang-orang yang pandai berargumen bahwa
Tuhan tidak ada. Seperti biasanya, mereka menggunakan logikanya. Jika
kita berdebat dengan mereka, mungkin kita akan kalah. Jika kalah,
biasanya kita kemudian akan emosional dan perdebatanpun menjadi ajang
pertengkaran.
Jika demikian, bagaimana membuktikan keberadaan Tuhan
secara benar? Penulis punya jawabannya. Jawabannya adalah dengan
memikirkan diri kita sendiri saja. Kita lupakan saja semua argumen yang
disampaikan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan. Untuk membuktikan
bahwa Tuhan ada adalah dengan meyakini bahwa kita sebagai manusia
adalah ciptaan. Kita tidak menciptakan diri kita sendiri. Orang tua kita
juga tidak menciptakan kita. Buktinya, orang tua kita tidak bisa
menjelaskan tentang struktur dan fungsi tubuh anaknya. Bahkan, jika
anaknya sakit panas, mereka kebingungan. Ada banyak bukti bahwa manusia
adalah ciptaan, yang dapat dirasakan oleh manusia itu sendiri selama
hidupnya. Terus, siapa yang menciptakan manusia? Yang bisa menjawabnya
adalah yang menciptakan manusia itu sendiri.
Singkat cerita, ada sebuah kitab yang bernama Al Qur’an
yang diturunkan kepada seorang Utusan Tuhan bernama Muhammad. Dalam
kitab itu, ada ayat-ayat yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia versi
Dep. Agama RI berbunyi sbb.
96:1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
96:2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Menurut penulis, kedua ayat tersebut
menjawab pertanyaan tentang yang menciptakan manusia. Dijelaskan dalam
kedua ayat tersebut bahwa yang menciptakan manusia adalah Tuhan. Dengan
kalimat lain, Tuhan adalah yang menciptakan manusia. Ini adalah definisi
Tuhan yang sangat jelas dan dapat dijadikan sebagai pegangan ketika
berdebat dengan orang tidak percaya pada Tuhan. Ketika berdebat dengan
mereka, kita berkata, ”Tuhan adalah yang menciptakan aku.”
Kita tidak harus mengetahui proses penciptaan manusia. Yang penting,
kita merasa diciptakan dan menganggap yang menciptakan kita adalah
Tuhan.
0 komentar:
Post a Comment