CARA BERPUASA RAMADHAN DALAM AL QUR'AN
PENDAHULUAN
Pada bulan Ramadhan (kadang dibaca Romadhon atau Ramadan)
1431 H ini penulis akan membahas tentang cara berpuasa Ramadhan menurut
Al Qur’an. Meskipun topik semacam ini sudah banyak ditulis di berbagai
media, penulis merasa perlu membahasnya di sini karena mungkin
bermanfaat bagi orang lain dan tentu saja bagi penulis sendiri. Al Qur’an terjemahan yang digunakan adalah versi Dep. Agama RI, versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri, dan versi Muhamed & Samira Ahmed.
AYAT-AYAT TENTANG PUASA RAMADHAN
Ayat-ayat
tentang puasa Ramadhan dijumpai dalam Al Baqarah (surat 2), yaitu ayat
183, 184, 185, dan 187. Ayat 2:183 berisi perintah berpuasa kepada
orang-orang yang beriman, seperti perintah yang telah diberikan kepada
orang-orang beriman sebelum jaman Nabi Muhammad. Ayat 2:184, 2:185, dan
2:187 menerangkan cara berpuasa Ramadhan. Meskipun ayat 2:186 tidak
menjelaskan tentang puasa secara langsung, ayat ini disajikan sebagai
bagian dari penjelasan tentang puasa Ramadhan. Dapat dikatakan bahwa
pembaca dapat mengetahui semua petunjuk Allah tentang cara berpuasa
Ramadhan dalam ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat tersebut adalah sbb. :
2:183. O you who believe! Fasting is prescribed to you as it was prescribed to those before you, so that you may become righteous. (Wahai kamu yang beriman! Berpuasa diperintahkan kepadamu seperti diperintahkan kepada mereka sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertakwa.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
2:184.
(Fasting is for) a limited number of days. So whoever among you is sick
or on a journey, then an equal number of days (are to be made up)
later. And upon those who can afford it – a ransom of feeding a poor.
And whoever volunteers good then it is better for him. And if you fast,
it is better for you, if you only knew. ((Berpuasa
adalah untuk) sejumlah hari yang terbatas. Maka barangsiapa di antara
kamu sakit atau dalam suatu perjalanan, kemudian sejumlah hari yang sama
(digenapkan) sesudah itu. Dan bagi mereka yang mampu- suatu tebusan
berupa pemberian makan orang miskin. Dan barangsiapa bersukarela berbuat
kebaikan maka lebih baik baginya. Dan jika kamu berpuasa, itu adalah
lebih baik bagimu, seandainya kamu mengetahui.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
2:185. Ramadhaan
is the month in which the Quran was revealed as a Guidance for mankind
and clear proofs of Guidance and the Criterion (of right and wrong). So
whoever among you witnesses the month (of Ramadhaan) should fast in it;
and whoever is sick or on a journey, then the prescribed number of days
(should be made up) from other days. Allah intends for you ease and does
not intend for you hardship, so that you complete the prescribed period
and that you magnify Allah for having guided you, so that you may be
grateful. (Ramadhan adalah bulan
ketika Al Qur’an diwahyukan sebagai suatu Petunjuk bagi manusia dan
bukti-bukti yang jelas dari Petunjuk dan Kriteria (yang benar dan
salah). Maka barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan tersebut
(Ramadhan) supaya berpuasa dalam bulan itu; dan barangsiapa sakit atau
dalam suatu perjalanan, maka sejumlah hari yang diperintahkan (supaya
digenapkan) pada hari-hari yang lain. Allah menginginkan kemudahan bagi
kamu dan tidak menginginkan bagi kamu kesukaran, sehingga kamu
menyempurnakan periode yang diwajibkan dan kamu mengagungkan Allah
karena telah memberi petunjuk kamu, semoga kamu berterima kasih.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
2:186. And when My servants ask you concerning Me, then indeed I am near. I respond to the invocation of the supplicant when he calls Me. So let them respond to Me and believe in Me, so that they may be led aright. (Dan ketika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sungguh Aku dekat. Aku
menanggapi permohonan dari pemohon ketika ia berdoa kepada Aku. Maka
silakan mereka menanggapi Aku dan beriman kepada Aku, semoga mereka
dipimpin dengan benar.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
2:187. It
is permitted for you in the nights of fasting to have sexual relations
with your wives. They are your garments and you are their garments.
Allah knows that you used to deceive yourselves, so He turned towards you and He
forgave you. So now you may have relations with your wives and seek
what Allah has ordained for you. And eat and drink until the white
thread of dawn becomes distinct to you from the black thread of dawn.
Then complete the fast till the night (i.e.,sunset). And do not have
relations with them when you are secluded in the masajid. These are the
limits (set by) Allah, so do not approach them. Thus Allah makes clear His verses for the people, so that they may become righteous. (Diijinkan bagimu pada malam bulan puasa berhubungan suami-istri dengan istri-istrimu. Mereka
adalah pakaian-pakaianmu dan kamu adalah pakaian-pakaian mereka. Allah
mengetahui bahwa kamu sebelumnya membohongi dirimu sendiri, maka Dia
merubah cara berpikir kamu dan Dia memaafkan kamu. Maka sekarang kamu
boleh berhubungan dengan istri-istrimu dan carilah yang Allah telah
menakdirkan untuk kamu. Dan makan dan minumlah hingga benang putih fajar
menjadi berbeda dengan jelas bagimu dengan benang hitam fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa sampai malam (yaitu matahari terbenam). Dan jangan
berhubungan dengan mereka jika kamu menyendiri di masjid. Ini semua
adalah rambu-rambu dari Allah, maka jangan dekati mereka. Demikianlah,
Allah membuat jelas ayat-ayatnya untuk orang-orang, semoga mereka
menjadi bertakwa.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
Berdasarkan
2:183; 2:84; 2:185; dan 2:187, selama berpuasa Ramadhan, kita tidak
makan, tidak minum, dan tidak berhubungan suami-istri sebagai
implementasi perintah Allah. Waktu awal berpuasa dan akhir berpuasa pada
suatu hari masih membutuhkan pembahasan tersendiri.
WAKTU AWAL BERPUASA PADA SUATU HARI
Berhubung
waktu awal berpuasa pada suatu hari sangat penting, penulis akan
menyajikan transliterasi beserta terjemahan dari bagian ayat 2:187 yang
isinya sesuai dengannya. Transliterasi yang digunakan adalah versi DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.913 sedangkan terjemahan perkata yang digunakan adalah versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri. Transliterasi beserta terjemahannya adalah sbb.
wakuloo (And eat) wa(i)shraboo (and drink) [h]att[a] (until) yatabayyana (becomes distinct) lakumu (to you) alkhay[t]u (the thread) al-abya[d]u ((the) white) mina (from) alkhay[t]i (the thread) al-aswadi ((the) black) mina (of) alfajri (the dawn)
Jika terjemahan bahasa Inggris tersebut dirangkaikan, hasilnya akan menjadi And eat and drink until becomes distinct to you the thread (the) white from the thread (the) black of the dawn. Setelah ditata lagi sesuai dengan aturan bahasa Inggris, frase tersebut berubah menjadi And eat and drink until becomes distinct to you the white thread from the black thread of the dawn. Oleh Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri, frase tersebut disusun lagi menjadi frase berbeda tanpa merubah arti menjadi And eat and drink until the white thread of dawn becomes distinct to you from the black thread of dawn.
Frase And eat and drink until the white thread of dawn becomes distinct to you from the black thread of dawn jika diterjemahkan akan menjadi Makan dan minumlah hingga benang putih fajar menjadi berbeda dengan jelas bagimu dengan benang hitam fajar.
Frase ini menerangkan batas waktu terakhir bagi kita untuk
diperbolehkan makan dan minum. Selanjutnya, penulis akan menekankan pada
hingga benang putih fajar menjadi berbeda dengan jelas bagimu dengan benang hitam fajar. Frase ini sangat penting sehingga penulis akan membahasnya dengan seksama.
Pertama-tama, penulis menganggap frase hingga benang putih fajar menjadi berbeda dengan jelas bagimu dengan benang hitam fajar adalah bukan ungkapan kiasan atau pengandaian. Benang
putih dan benang hitam adalah sesuatu yang nyata yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Ungkapan kiasan atau pengandaian pada dasarnya
adalah asumsi. Bagaimana mungkin Allah memberi petunjuk berdasarkan pada
asumsi sedangkan Allah sendiri sudah menjelaskan bahwa asumsi tidak
bermanfaat untuk melawan kebenaran sejati (10:36)? Selain itu, penulis
percaya bahwa ayat-ayat Allah adalah jelas (2:99) sehingga yang
dimaksudkan Allah adalah seperti yang tertulis. Oleh karena itulah, frase tersebut akan ditafsirkan seperti yang tertulis.
10:36. And
most of them follow nothing except assumption. Indeed, assumption does
not avail anything against the truth. Indeed, Allah is All-Knower of
what they do. (Dan kebanyakan dari mereka tidak mengikuti sesuatu pun kecuali asumsi. Sungguh, asumsi tidak berguna sama sekali melawan kebenaran sejati. Sungguh, Allah adalah Maha Mengetahui yang mereka kerjakan.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
2:99. And indeed We revealed to you clear Verses, and none disbelieve in them except the defiantly disobedient. (Dan
sungguh Kami mewahyukan kepadamu Ayat-ayat yang jelas, dan tidak ada
satu pun tidak percaya terhadapnya kecuali orang tidak patuh yang
menentang.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
Ada baiknya frase hingga benang putih fajar menjadi berbeda dengan jelas bagimu dengan benang hitam fajar
disajikan sekali lagi di sini. Maksud benang putih disebutkan lebih
dahulu daripada benang hitam adalah bahwa kita diminta untuk mengamati
perubahan kenampakan benang putih. Pada waktu malam, benang putih akan
terlihat seperti berwarna hitam karena kekurangan cahaya. Dapat pula
dikatakan, pada waktu malam, benang putih menjadi seperti benang yang
terkena tinta hitam sehingga warnanya berubah menjadi hitam atau
kehitam-hitaman. Tingkat kehitamannya tergantung pada intensitas cahaya
pada malam hari. Benang putih yang terlihat seperti benang hitam pada
waktu malam tersebut secara perlahan-lahan akan berubah menjadi benang
yang kurang hitam seiiring dengan perjalanan waktu dari malam ke siang. Jika
perubahan itu diamati secara terus menerus, suatu saat benang putih
akan tampak putih seperti warna aslinya. Setelah benang putih tampak
putih seperti warna aslinya, benang putih tidak lagi mengandung unsur
warna hitam sama sekali. Pada kondisi tersebut, benang putih telah 100%
berbeda dengan benang hitam. Dengan kalimat lain, benang putih telah
berbeda jelas dengan benang hitam.
Kata fajar pada frase hingga benang putih fajar menjadi berbeda dengan jelas bagimu dengan benang hitam fajar memunculkan spekulasi bahwa peristiwa tersebut terjadi pada waktu fajar terbit. Benarkah spekulasi tersebut? Pada
bulan puasa 1431 H ini, penulis melakukan penelitian sederhana untuk
membuktikan spekulasi tersebut. Caranya, benang untuk menyulam berwarna
putih digantungkan di belakang rumah. Semua lampu dimatikan sehingga
sumber cahaya yang masih ada berasal dari lampu tetangga dan sinar
bulan. Pada jarak kurang lebih 50 cm, benang putih masih terlihat
berwarna putih kehitam-hitaman dengan warna hitam yang lebih dominan
pada saat azan subuh berkumandang (fajar terbit). Perlu diingat bahwa
kenampakan benang putih tersebut akan semakin bertambah hitam jika
sumber cahaya berupa lampu tetangga dan lain-lain ditiadakan. Ini
membuktikan bahwa pada saat fajar terbit, benang putih masih belum
berbeda jelas dengan benang hitam. Oleh karena itu, waktu ketika fajar
terbit (azan subuh) bukan merupakan tanda akhir boleh makan dan minum.
Waktu
fajar adalah waktu sejak cahaya matahari terlihat sampai matahari
terbit. Penggunaan fajar sebagai tanda waktu sudah dikenal pada jaman
Nabi Muhammad. Hal ini tercermin dari penggunaan fajar dalam 89:1 dan 97:5.
89:1. By the dawn, (Demi fajar) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
97:5. Peace it is until the emergence of dawn. (Damai sampai kehadiran fajar) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
Kata fajar pada benang putih fajar dan benang hitam fajar mempunyai arti sangat penting. Artinya, peristiwa benang putih telah berbeda dengan jelas dengan benang hitam yang dimaksudkan terjadi pada waktu fajar. Berhubung perubahan kenampakan warna bersifat perlahan-lahan (gradual),
penetapan waktu peristiwa tersebut terjadi menjadi penting. Dengan
memperhatikan bahwa warna putih terjelas akan tampak setelah matahari
terbit sedangkan waktu peristiwa tersebut disyaratkan terjadi pada waktu
fajar, penulis berpendapat bahwa batas waktu masih diperbolehkan makan
dan minum pada suatu hari ketika akan berpuasa adalah beberapa saat
menjelang matahari terbit, yaitu pada akhir waktu fajar. Mengingat bahwa
fajar menghilang setelah matahari tampak, puasa pada suatu hari dimulai
sejak matahari terbit, yaitu sejak matahari sudah mulai tampak.
WAKTU BERBUKA PUASA
Dalam 2:187 dijelaskan bahwa puasa disempurnakan sampai malam. Frase (yaitu matahari terbenam) dalam 2:187 adalah
tambahan penerjemah. Jika demikian, apa definisi malam menurut Allah?
Untuk menjawabnya, kita perlu membahas tentang definisi siang dan malam
menurut Al Qur’an. Penulis sudah membahasnya dalam makalah Waktu dan Cara Shalat Menurut Al Qur’an dan akan menyampaikannya kembali di sini. Al Qur’an terjemahan yang penulis pilih adalah karya Muhamed & Samira Ahmed. Berikut ini uraiannya.
Definisi siang hari dan malam dalam Al Qur’an dijumpai dalam 92:1 dan 92:2.
92:1 And/by the night when/if it covers/darkens. (Dan malam ketika ia menutupi/membuat gelap.)
92:2 And/by the daytime when/if it uncovered/shined. (Dan siang hari ketika ia tidak tertutupi/disinari.)
Dalam kedua ayat tersebut, ia (it)
adalah bumi. Pengertiannya yaitu bahwa siang hari adalah waktu ketika
bumi tidak tertutupi bumi dari sinar matahari atau waktu ketika bumi
disinari matahari (92:2) sedangkan malam adalah waktu ketika bumi
menutupi bumi dari sinar matahari atau waktu ketika bumi membuat gelap
(91:1). Dengan kalimat lebih sederhana, siang hari adalah waktu ketika
permukaan bumi disinari matahari sedangkan malam adalah waktu ketika
permukaan bumi tidak disinari matahari.
Perubahan intensitas cahaya dari siang hari ke malam dan dari malam ke siang hari terjadi secara perlahan-lahan (gradual). Yang dapat menimbulkan pertanyaan adalah tentang batas antara siang hari dan malam. Apakah batas itu berdasarkan keberadaan cahaya matahari atau berdasarkan kenampakan matahari? Jika dasarnya adalah keberadaan cahaya matahari, beberapa saat setelah matahari terbenam dan beberapa saat sebelum matahari terbit adalah termasuk siang hari karena cahaya matahari kelihatan. Jika dasarnya adalah kenampakan matahari,
beberapa saat setelah matahari terbenam dan beberapa saat sebelum
matahari terbit adalah termasuk malam karena matahari tidak kelihatan.
Kalau demikian kasusnya, apa yang dijadikan dasar untuk menentukan batas itu menurut Al Qur’an? Ada baiknya kita cermati ayat 22:61 berikut ini.
22:61 That
(is) with that God makes the night to enter/penetrate in the daytime,
and He makes the daytime to enter/penetrate in the night, and that God
(is) hearing/listening, seeing/understanding. (Itu
dengan bahwa Allah membuat malam masuk ke dalam siang hari dan Dia
membuat siang hari masuk ke dalam malam, dan bahwa Allah Mengetahui
Segala Sesuatu.)
Definisi
siang hari dan malam dalam 22:61 dapat diartikan bahwa siang hari atau
malam merupakan suatu daerah sehingga daerah siang hari dapat memasuki
daerah malam dan daerah malam dapat memasuki daerah siang hari. Pada
siang hari, malam tidak ada karena sudah masuk ke dalam siang hari. Dan
sebaliknya, pada saat malam, siang hari tidak ada karena sudah masuk ke
dalam malam. Di sini, siang hari dan malam merupakan dua daerah yang
tegas perbedaannya. Suatu waktu yang disebut sebagai siang hari pasti
bukan malam, dan sebaliknya. Demikian pula, suatu waktu yang disebut
sebagai bukan malam pasti siang hari. Dengan kalimat lain, suatu waktu
hanya mempunyai satu nama, yaitu siang atau malam.
Dalam membedakan siang hari dan malam, Al Qur’an menggunakan kenampakan matahari. Hal itu tercermin pada 52:49.
52:49 And from the night so praise/glorify Him, and (at) the star's/planet's passings/ends (settings). (Dan dari malam maka pujilah Dia, dan (pada) saat bintang berlalu.)
Ayat
52:49 menerangkan tentang dua waktu memuji Allah, yaitu malam dan saat
bintang berlalu. Malam dan saat bintang berlalu adalah dua waktu yang
berbeda. Jika yang satu malam, yang lainnya pasti siang hari. Artinya,
ayat 52:49 berisi perintah agar memuji Allah pada malam dan siang hari.
Dengan demikian, waktu pada saat bintang berlalu adalah siang hari.
Sebaliknya, waktu pada saat bintang kelihatan adalah malam. Bintang
tidak kelihatan ketika matahari tampak. Pembaca dapat menyaksikannya
sendiri. Jadi, perbedaan siang hari dan malam ditentukan oleh kenampakan matahari, bukan cahaya matahari.
Berdasarkan
uraian di atas, siang hari adalah waktu ketika matahari sudah tampak
(berada di atas horison) dan malam adalah ketika matahari tidak tampak
(berada di bawah horison). Namun perlu diingat bahwa perubahan dari
malam ke siang hari dan dari siang hari ke malam berlangsung secara
perlahan-lahan. Penulis berpendapat bahwa siang hari dimulai ketika
matahari sudah mulai muncul di atas horison sedangkan malam dimulai
ketika matahari sudah mulai turun ke bawah horison. Dalam kenyataan,
durasi sejak matahari mulai tampak sampai tampak sempurna dan durasi
sejak matahari mulai terbenam sampai terbenam sempurna adalah sangat
pendek.
Dari
pembahasan tentang definisi siang hari dan malam tadi terungkap bahwa
malam adalah waktu sejak matahari terbenam sampai sebelum matahari
terbit. Jadi, waktu berbuka puasa adalah sejak matahari terbenam, yaitu
sejak matahari mulai turun ke bawah horison.
DEFINISI PUASA RAMADHAN
Berdasarkan
uraian di atas, definisi puasa Ramadhan dapat dirumuskan. Puasa
Ramadhan adalah aktivitas tidak makan, tidak minum, dan tidak
berhubungan suami-istri selama bulan Ramadhan sejak matahari terbit
sampai matahari terbenam sebagai implementasi perintah Allah.
JIKA BERHALANGAN BERPUASA
Berdasarkan
2:184 dan 2:185, jika tidak berpuasa karena sakit atau dalam
perjalanan, kita diperintahkan berpuasa pada hari yang lain yang jumlah
harinya sama dengan jumlah hari pada saat kita tidak berpuasa atau membayar tebusan (fidyah) dengan cara memberi makan orang miskin secara sukarela bagi orang yang mampu. Meskipun
demikian, Allah menjelaskan bahwa berpuasa untuk mengganti puasa yang
ditinggalkan selama bulan Ramadhan adalah lebih baik daripada membayar
fidyah. Hal ini terungkap dalam Dan jika kamu berpuasa, itu adalah lebih baik bagimu, seandainya kamu mengetahui (2:184). Menurut penulis, pembayaran tebusan (fidyah) hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak bisa berpuasa selamanya karena kondisi kesehatannya.
Bagaimana
jika ada orang yang merasa tidak mampu berpuasa tetapi merasa tidak
bisa menggantinya pada hari-hari yang lain dan tidak mampu membayar
fidyah? Jawabannya ada dalam 2:185, yaitu Allah menginginkan kemudahan bagi kamu dan tidak menginginkan bagi kamu kesukaran.
Walaupun demikian, Allah mengetahui segala sesuatu sehingga orang itu
tidak bisa berbohong atau berpura-pura. Di samping itu, orang itu tidak
perlu membuat alasan untuk meyakinkan orang lain tentang puasanya.
KEGIATAN SELAIN BERPUASA
Mengagungkan Allah
Kita juga diperintahkan agar mengagungkan Allah atas petunjuk yang diberikan-Nya
berupa Al Qur’an yang diturunkan pada bulan Ramadhan (2:185). Menurut
penulis, yang dimaksud dengan pengagungan Allah di sini adalah sikap
atau kegiatan sebagai ekspresi orang yang bersyukur atas petunjuk berupa
Al Qur’an yang diturunkan pada bulan Ramadhan. Bentuk pengagungan Allah
tersebut dapat diwujudkan dengan cara membaca, mempelajari, dan
mengamalkan Al Qur’an.
Menyendiri (’aakifuuna) di Masjid
Dalam
2:187 disebutkan bahwa orang-orang yang menyendiri di masjid agar tidak
berhubungan dengan dan mendekati istri-istri mereka. Menurut penulis,
maksudnya adalah bahwa orang-orang yang menyendiri di masjid agar tidak
berhubungan suami-istri dengan istri-istri mereka sejak malam tiba.
Masjid adalah suatu tempat yang didefinisikan berdasarkan fungsinya
yaitu tempat sujud. Secara fisik, masjid dapat berupa tempat sujud
buatan manusia, seperti gedung khusus, rumah, dan kamar, atau tempat
alami, misalnya goa. Meskipun menyendiri di masjid
yang dijelaskan dalam 2:187 bukan suatu perintah, menyendiri di masjid
adalah aktivitas yang dibenarkan Allah jika dilakukan pada bulan
Ramadhan. Selama menyendiri di masjid, kita melakukan kegiatan yang
mendekatkan diri kepada Allah.
Menyendiri dalam 2:187 adalah terjemahan dari ’aakifuuna. Penulis tidak mengerti alasan ’aakifuuna (menyendiri) sering diterjemahkan menjadi i’tikaf. Bagi
penulis yang buta bahasa Arab, dua kata itu adalah berbeda karena
bunyinya berbeda. Oleh karena itu, penulis menggunakan kata menyendiri. Jika diminta menggunakan yang berbahasa Arab, penulis memilih ’aakifuuna karena kata tersebut pilihan Allah.
MAKAN DAN MINUM SEBELUM BERPUASA
Sebelum berpuasa pada suatu hari, kita diperintahkan untuk makan dan minum. Perintah itu tercermin dari Dan makan dan minumlah hingga benang putih fajar menjadi berbeda dengan jelas bagimu dengan benang hitam fajar(2:187). Berdasarkan hasil pembahasan di muka, batas waktu makan dan minum tersebut adalah pada akhir waktu fajar. Menurut
penulis, sebagai perintah, ini harus diupayakan agar dijalankan. Selain
itu, pengaitan perintah makan dan minum tersebut dengan batas waktu
boleh makan dan minum bermakna bahwa waktu makan dan minum tersebut
adalah berdekatan dengan batas waktu boleh makan dan minum.
NIAT BERPUASA
Niat
berpuasa tidak perlu diucapkan karena Allah mengetahui isi hati
(21:110). Meskipun demikian, kita harus berusaha mengingat dan menyadari
bahwa kita sedang menjalankan puasa. Kadang-kadang terjadi, kita minum atau makan sesuatu karena kita lupa sedang berpuasa. Selain
itu, kita juga berusaha untuk meyakinkan pada diri kita sendiri bahwa
kita berpuasa karena perintah Allah bukan karena kebiasaan.
21:110.
Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan
terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan (versi Dep.
Agama RI)
PENENTUAN BULAN RAMADHAN
Penentuan bulan Ramadhan sulit ditentukan secara individual. Kita perlu menyerahkannya kepada para ahli di bidang ini. Pada
dasarnya, penentuan bulan Ramadhan adalah berdasarkan peredaran bulan
dan bumi mengelilingi matahari. Dengan kata lain, ini adalah masalah
astronomi. Ayat yang dapat dijadikan landasan untuk penentuan bulan
Ramadhan secara astronomis adalah 55:5.
55:5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (versi Dep. Agama RI)
Kata (beredar)dalam
terjemahan 55:5 di atas hanyalah tambahan penerjemah. Tambahan itu
tidak tepat karena matahari tidak beredar. Sesuai dengan hukum
heliosentris, matahari menjadi pusat peredaran bumi dan planet-planet
lainnya. Menurut penulis, ayat 55:5 menerangkan bahwa posisi matahari
dan bulan ditentukan Allah dengan perhitungan. Hal ini sudah
dibuktikan ketika para ahli astronomi dapat menentukan waktu gerhana
matahari secara teliti. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa awal
dan akhir bulan Ramadhan serta jadwal puasa yang perlu diikuti adalah
yang ditentukan berdasarkan perhitungan astronomi. Perbedaan pendapat
tentang awal dan akhir bulan Ramadhan yang kadang-kadang terjadi memang
sangat disayangkan.
WANITA HAIDH
Dalam
Al Qur’an tidak ada larangan wanita haidh melakukan puasa. Semua orang
beriman wajib berpuasa sehingga wanita beriman wajib berpuasa meskipun
dalam keadaan haidh. Ayat-ayat tentang haidh tidak menyinggung sedikit
pun tentang puasa (65:4 dan 2:22).
65:4.
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka
masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil,
waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan
barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya. (versi Dep. Agama RI)
2:222.
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah
suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri. (versi Dep. Agama RI)
AYAT 2:186
Dalam
ayat-ayat tentang puasa di surat Al Baqarah, Allah menjelaskan tentang
puasa secara jelas sehingga pembaca dapat mempelajarinya secara mandiri.
Meskipun demikian, ada hal yang akan penulis bahas di sini, yaitu
tentang kehadiran ayat 2:186 yang isinya seolah-olah tidak berhubungan
dengan puasa sedangkan ayat berikutnya yaitu 2:187 masih menjelaskan
tentang puasa.
Ditinjau
dari isinya, ayat tersebut menjelaskan tentang hubungan Allah dan
hamba-Nya. Jika ayat tersebut diturunkan dalam interval yang cukup lama
sesudah 2:185, mengapa penjelasan cara berpuasa yang sangat penting
masih dijelaskan dalam 2:187? Di lain pihak, jika ayat 2:183 sampai
2:187 diturunkan secara berurutan dalam waktu yang kurang lebih sama,
mengapa ayat 2;186 seperti tidak berisi penjelasan tentang puasa ?
Penulis berpendapat bahwa ayat 2:183 sampai 2:187 diturunkan dalam waktu
kurang lebih bersamaan atau tanpa interval waktu yang panjang karena
Allah bermaksud ingin menjelaskan cara berpuasa dengan jelas agar dapat
segera diamalkan dengan benar. Dengan demikian, 2:186 perlu dipandang
sebagai bagian dari penjelasan tentang puasa.
0 komentar:
Post a Comment