Ada banyak cara yang dilakukan orang ketika berdoa. Ada yang melakukannya dengan berdiam diri sambil menunduk. Ada
yang melakukannya dengan membaca sesuatu dalam bahasa Arab sambil
mengangkat kedua tangannya dengan telapak tangan diarahkan ke atas. Ada yang melakukannya dengan mengucapkan amin sebagai respon terhadap yang diucapkan seorang pemimpin ketika berdoa. Ada
yang melakukannya dengan berdoa sambil membaca ayat Al Qur’an beberapa
kali. Dan, mungkin ada yang selain semua itu. Benarkah cara berdoa yang
seperti itu?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
doa berarti permohonan kepada Tuhan. Mengingat bahwa yang dimohon
adalah Tuhan, kita harus mengikuti cara berdoa yang diajarkan Tuhan.
Oleh karena itu, cara berdoa yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
yang ada dalam Al Qur’an. Penulis akan membahasnya dengan Al Qur’an
terjemahan versi Dep. Agama RI yang terdapat dalam Al Qur’an digital versi 2.1. Jika Al Qur’an terjemahan lain digunakan, versinya akan disebutkan.
DOA DAN MEMANGGIL TUHAN
Ketika berdoa, orang memanggil Tuhannya. Contoh bentuk panggilan tersebut adalah ucapan Ya Tuhanku, Ya Allah, Oh Tuhanku,
dll. Hal ini mungkin tidak disadarinya. Maksud pemanggilan tersebut
adalah sama dengan maksud orang yang memanggil pihak lain yaitu bahwa
yang dipanggil agar memperhatikan dirinya. Barangkali, gejala tersebut
menyebabkan berdoa dalam Al Quran terjemahan dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan kata call. Oleh karena itu, penulis setuju dengan penerjemahan call menjadi berdoa atau doa dalam Al Qur’an terjemahan.
CARA BERDOA
Pertama
Menurut
Al Qur’an terjemahan versi Dep. Agama RI, ketika berdoa, kita
diperintahkan bersikap merendahkan diri dan mengucapkan doanya dengan
suara yang lembut (7:55; 19:3; dan 6:63).
7:55. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
19:3. yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
6:63. Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya
dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan:
"Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah
kami menjadi orang-orang yang bersyukur"."
Akan tetapi, jika Al Qur’an terjemahan versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri digunakan, persepsi kita akan menjadi berbeda.
7:55. Call upon your Lord humbly and privately. Indeed, He does not love the transgressors. (Berdoalah kepada Tuhanmu dengan sikap rendah hati dan secara pribadi. Sungguh, Dia tidak meyukai orang-orang yang melanggar.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
19:3. When he called to his Lord a secret call. (Ketika ia bedoa kepada Tuhannya suatu doa rahasia.) (versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
6:63.
Say, “Who rescues you from the darknesses of the land and sea (when)
you call Him humbly and secretly (saying), ‘If He saves us from this,
surely we will be among the grateful ones.’” (Katakanlah,
“Siapa yang menyelamatkan dari kegelapan daratan dan lautan (ketika)
kamu berdoa kepada Dia dengan sikap rendah hati dan (berkata) secara
rahasia, ‘Jika Dia menyelamatkan kami dari ini, tentulah kami akan
menjadi di antara orang yang berterima kasih.’“(versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri)
Terjemahan 7:55; 19:3; dan 6:63 versi Dr.
Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri memperlihatkan bahwa ketika
berdoa, kita diperintahkan agar bersikap rendah hati. Maksudnya, kita
tidak boleh bersikap tinggi hati dihadapan-Nya. Frase merendahkan diri
dalam terjemahan versi Dep. Agama perlu mendapatkan catatan tersendiri.
Frase tersebut dapat menimbulkan penafsiran bahwa manusia mempunyai
derajad yang tinggi atau bahkan sejajar dengan Tuhan sehingga ketika
berdoa manusia diminta untuk merendahkan dirinya. Menurut penulis,
manusia akan selalu lebih rendah derajadnya daripada Tuhan sehingga
tidak perlu lagi melakukan pekerjaan merendahkan dirinya. Jadi, ketika
berdoa kita harus bersikap rendah hati atau bersikap tidak menyombongkan
diri.
Selain itu, doa dilakukan secara tersendiri atau pribadi (privately).
Artinya, doa dikerjakan tidak secara bersama-sama dengan orang lain
atau dipimpin oleh orang lain. Lebih lanjut, doa juga dikerjakan secara
rahasia (secretly). Artinya, hanya Allah dan orang yang berdoa saja yang mengetahuinya sehingga doanya itu menjadi doa rahasia (secret call).
Sifat kerahasiaan tersebut akan mudah terwujud jika doa dilakukan dalam
hati. Perlu diingat bahwa Allah mengetahui yang dikatakan oleh isi hati
manusia (21:110 dan 35:38).
21:110.
Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan
terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan.
35:38. Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
Kalimat ‘Jika Dia menyelamatkan kami dari ini, tentulah kami akan menjadi di antara orang yang berterima kasih.’ dalam 6:63 menunjukkan bahwa kalimat tersebut dikatakan di dalam hati manusia. Hal itu terlihat dari penggunaan Dia dalam kalimat tersebut, bukan Engkau.
Dengan demikian, ayat tersebut menjelaskan orang yang sedang berkata
dakam hati. Hal ini menegaskan bahwa kita diajarkan untuk bedoa dalam
hati.
Sampai
di sini dapat diringkas bahwa ketika berdoa, kita bersikap rendah hati.
Selain itu, kita berdoa secara tersendiri dan melakukannya di dalam
hati.
Kedua
Ketika berdoa, kita harus diliputi perasaan takut dan harapan atau perasaan harap cemas (7:56). Perasaan harap cemas inilah yang meliputi Nabi Zakaria dan Nabi Yahya ketika berdoa (21:90).
7:56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
21:90.
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya
dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.
32:16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.
Perasaan
harap cemas atau takut dan harapan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa memaksakan kehendak kita
kepada Allah. Ini sudah jelas. Selain itu, kita harus sepenuh hati
meyakini bahwa Allah-lah yang menentukan segala sesuatu. Artinya, ketika
berdoa, kita benar-benar memohon kepada-Nya dan meyakini bahwa hanya
Allah yang sanggup mengabulkan doa tersebut. Di satu sisi, kita
mengharapkan doanya terkabul tetapi keputusan ada pada-Nya. Di sisi
lainnya, kita takut jika doa kita tidak dikabulkan. Padahal, kita
berharap doanya dikabulkan. Keadaan seperti itu akan menumbukan perasaan
harap-harap cemas.
Ketiga
Ketika berdoa, kita tidak dalam keadaan sedang marah (68:48).
68:48.
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan
janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).
Keempat
Keempat, kita berdoa tanpa mengenal rasa kecewa (19:4; 19:47; dan 19:48).
19:4.
Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.
19:47.
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan
memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku
19:48.
Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain
Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan
kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku."
Kelima
Bahasa
tidak perlu dipermasalahkan dalam berdoa karena Allah mengetahui yang
dipikirkan manusia (21:110 dan 35:38 (kutipan ayat-ayatnya sudah
disajikan di muka)). Dengan demikian, kita tidak perlu memaksakan diri
manghafal bacaan doa berbahasa Arab buatan orang lain. Kita dapat berdoa
dalam bahasa kita sendiri dengan kata-kata yang disusun sendiri dalam
hati.
Keenam
Alasan berdoa kepada Allah juga harus kuat. Contohnya adalah alasan Nabi Zakaria meminta agar diberikan seorang putra (19:5).
19:5.
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang
isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi
Engkau seorang putera,
Ketuju
Orang
yang berdoa harus memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya (2:186).
Dengan demikian, setelah doanya dikabulkan, kita tidak boleh berbuat
sesuatu yang menyimpang dari ajaran Allah (10:12).
2:186.
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran
10:12.
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan
berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang
telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
Kedelapan
Kita
menerima semua keputusan-Nya karena semuanya adalah kehendak Allah
(48:11). Selain itu, sesuatu yang kita benci belum tentu buruk bagi kita
dan sesuatu yang kita sukai belum tentu baik bagi kita (2:216).
48:11.
Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan
mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka
mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa
yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2:216. Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Kesembilan
Kita
tidak boleh menggunakan perantara ketika memohon sesuatu kepada Allah.
Perantara sering diistilahkan dengan pemberi syafa’at (pemberi
pertolongan). Artinya, pemberi syafa’at dianggap menjadi makhluk yang
mampu memberi pertolongan seperti Allah. Dengan kalimat lain,
pertolongan yang diberikan pemberi syafa’at dianggap sama dengan
pertolongan dari Allah. Ini sering dilakukan oleh orang yang menganggap
bahwa ada makhluk Allah selain malaikat yang diberi kemampuan oleh Allah
untuk memberi pertolongan. Contohnya adalah arwah orang yang dianggap
suci dan dianggap dekat dengan Tuhan. Orang yang mempercayainya tersebut
kemudian mendatangi kuburannya dan minta pertolongan kepada arwah orang
tersebut.
Yang
mempunyai syafa’at adalah Allah (39:44) sehingga kita hanya boleh minta
syafa’at kepada Allah. Artinya, kita hanya boleh minta pertolongan
kepada Allah (1:5). Dengan kalimat lain, kita diperintahkan untuk berdoa
kepada Allah secara langsung.
39:44.
Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya
kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan"
1:5. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Dengan
demikian. kita juga tidak boleh berdoa dengan mengharap syafa’at Nabi
Muhammad. Cara berdoa yang disertai penyebutan nama Nabi Muhammad dengan
harapan mendapatkan syafa’atnya adalah keliru. Kenyataannya, Nabi
Muhammad sendiri adalah makhluk Allah yang tidak mampu mendatangkan sesuatu kemudharatan (keburukan) dan kemanfaatan kepada orang lain (72:21).
72:21.
Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu
kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan."
Kesepuluh
Berdoa dapat dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri (10:12).
10:12. Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring,
duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang
telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
Penyebutan
urutan tersebut di atas tidak menjelaskan urutan proses. Jika
diringkas, cara berdoa dalam Al Qur’an mencakup 10 komponen, yaitu :
1. berdoa secara tersendiri dan melakukannya di dalam hati dengan sikap rendah hati.
2. diliputi perasaan takut dan harapan atau perasaan harap cemas,
3. tidak dalam keadaan sedang marah,
4. tanpa mengenal rasa kecewa,
5. dengan bahasa yang dipahami oleh diri sendiri,
6. yang dimohonkan kepada Allah dilandasi alasan yang kuat,
7. harus memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya,
8. menerima semua keputusan-Nya,
9. tidak menggunakan perantara atau pemberi syafa’at, dan
10. dapat dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri.
0 komentar:
Post a Comment