KOMUNIKASI ANTAR MANUSIA
Apa
yang dilakukan oleh kita ketika akan berkomunikasi dengan orang lain?
Kita akan menyapa orang itu sesuai dengan perasaan kita. Kalau kita
benci dengan orang itu, sapaan (baca : sapa’an) yang muncul akan
mencerminkan rasa benci itu. Sebaliknya, kalau kita hormat dengan orang
itu, sapaan yang muncul juga akan mencerminkan rasa hormat itu. Sapaan
semacam itu adalah salam dalam pengertian secara luas.
Kalau kita berada dalam sekumpulan orang dan kita tidak berkomunikasi dengan mereka, kita tidak melakukan pemberian salam. Namun,
ketika kita hendak menanyakan sesuatu kepada seseorang, kita secara
tidak sadar akan memberikan salam kepada orang itu. Mungkin, kita akan
mengatakan dan atau berbuat sesuatu yang menyatakan rasa hormat kepada
orang itu. Pemberian salam adalah sesuatu yang pasti terjadi ketika dua
orang manusia sedang berkomunikasi. Tanpa diberi perintah pun orang akan
memberi salam. Yang menjadi persoalan adalah : ”Bagaimana cara memberi
salam yang diajarkan Allah kepada kita?”
DEFINISI SALAM
Allah
memerintahkan kita untuk meminta ijin dan memberi salam kepada tuan
rumah yang hendak dikunjungi (24:27). Jika tuan rumah tidak ada atau
tuan rumah tidak bersedia menerima tamu, kita harus membatalkan niat
kita untuk bertamu kepadanya (24:28).
24:27.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
24:28.
Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu
masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali
(saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dua
ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memberi petunjuk kepada manusia
tentang cara bergaul di tengah masyarakat. Jelas sekali disebutkan dalam
dua ayat tersebut bahwa ketika bertamu kita harus meminta ijin dan
memberi salam kepada tuan rumah. Selanjutnya kita akan lebih memfokuskan
pembahasan kita pada perintah pemberian salam. Perintah pemberian salam
ketika bertamu juga ada di 24:61.
24:61.
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang,
tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri,
makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah
bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang
laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu
yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara
ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang
kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan
bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu
memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi
salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu
sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi
baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.
Sekarang,
kita membahas bagian terjemahan 24:61 yang diberi garis bawah. Yang
berada dalam kurung adalah tambahan dari penerjemah. Jika tanda kurung
itu dibuang, terjemahannya akan menjadi ” Maka
apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam kepada
dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi
berkat lagi baik.” Maksud ”memberi salam kepada dirimu sendiri”
adalah bahwa salam yang kita berikan itu sama dengan salam yang kita
harapkan dari orang lain. Kalau kita mengharapkan salam yang baik dari
orang lain, kita juga wajib memberi salam yang baik pula kepada orang
lain.
Allah
juga menjelaskan bahwa salam yang diberikan adalah yang diberkati dan
baik. Terjemahan kata diberkati kedalam bahasa Inggris adalah blessed (kata sifat) yang berarti membawa kebahagiaan. Salam yang diberkati adalah yang membawa kebahagiaan sedangkan
salam yang baik adalah yang menyatakan perasaan yang baik seperti rasa
hormat, perdamaian, bersahabat, dan kasih sayang.
Salam
dapat dinyatakan dengan kata-kata dan perbuatan atau dengan perbuatan
saja. Orang normal dapat memberikan salam dengan kata-kata atau
perbuatan atau kedua-duanya sedangkan orang bisu akan memberikan salam
dengan perbuatan saja. Perbuatan itu adalah bahasa tubuh yang dapat
meliputi pembungkukan badan, senyuman, ekspresi wajah yang memancarkan
rasa perdamaian (bukan permusuhan), jabat tangan, atau bentuk sikap
pengormatan yang lain.
24:61.
Tidak bersalah atas orang buta, dan tidak bersalah atas orang cacat,
dan tidak bersalah atas orang sakit, dan tidak juga atas diri kamu
sendiri, untuk kamu makan di rumah-rumah kamu, atau rumah-rumah
bapak-bapak kamu, atau rumah-rumah ibu-ibu kamu, atau rumah-rumah
saudara-saudara lelaki kamu, atau rumah-rumah saudara-saudara perempuan
kamu, atau rumah-rumah saudara-saudara lelaki bapak kamu, atau
rumah-rumah saudara-saudara perempuan bapak kamu, atau rumah-rumah
saudara-saudara lelaki ibu kamu, atau rumah-rumah saudara-saudara
perempuan ibu kamu, atau yang kuncinya kamu miliki, atau sahabat kamu;
tidak bersalah atas kamu untuk kamu makan bersama, atau secara terpisah.
Apabila kamu memasuki rumah, berilah penghormatan kepada sesama
kamu dengan salam hormat dari Allah, yang diberkati dan baik. Begitulah
Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat supaya kamu faham.
Sampai
di sini dapat disimpulkan bahwa definisi salam adalah suatu
penghormatan yang diberkati dan baik yang dapat diwujudkan dengan
perkataan dan perbuatan atau perbuatan saja. Meskipun demikian, salam
sering diidentikkan dengan ucapan salam. Oleh karena itu, ada baiknya
kita membahas hal ini secara khusus.
PERINTAH PEMBERIAN SALAM
Pemberian Salam Ketika Bertamu
Sudah
disampaikan di depan bahwa kita diperintahkan memberi salam kepada tuan
rumah ketika bertamu (24:27 dan 24:61). Contoh pemberian salam ketika
ingin memasuki rumah adalah yang dilakukan Rasul Allah berupa malaikat
ketika berkunjung ke rumah Nabi Ibrahim (11:69 dan 51:25).
11:69.
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang
kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
"Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama kemudian
Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
51:25.
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:
"Salaamun." Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang
tidak dikenal."
Yang
diucapkan para malaikat dalam bahasa Arab adalah ”salaamun” (51:25) dan
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan ”selamat”. Yang sebenarnya
diucapkan para malaikat pada waktu itu adalah bahasa yang digunakan Nabi
Ibrahim sehari-hari. Sebagai ucapan pemberian salam yang baik dan
membuat tuan rumah merasa senang, salam sebaiknya diucapkan dengan
bahasa yang dipahami dan disenangi tuan rumah. Untuk apa kita
mengucapkan salam jika tidak dipahami dan disenangi tuan rumah? Tidak
ada artinya bukan?
Satu
hal lagi yang sering dilupakan adalah bahwa perintah pemberian salam
diterapkan kepada semua manusia tanpa memandang agama. Dalam 24:27 hanya
disebutkan ”rumah yang bukan rumahmu”. Artinya, pemiliknya dapat
beragama selain islam. Lalu, salam yang diucapkan kepada tuan rumah yang
tidak beragama islam seperti apa? Dari pertanyaan ini kita dapat
menyimpulkan bahwa salam yang dimaksud dalam 24:27 adalah salam yang
lazim diucapkan oleh masyarakat setempat yaitu salam yang tidak
membeda-bedakan agama.
Perintah Pemberian Salam kepada Nabi Muhammad
Ketika Nabi Muhammad masih hidup, orang beriman diperintahkan untuk memberi salam kepadanya (33:56).
33:56.
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Untuk
keadaan sekarang, kita tidak dapat mengucapkan salam kepada Nabi
Muhammad karena beliau sudah meninggal. Kita harus ingat bahwa orang
yang sudah meninggal tidak bisa mendengar (30:52).
30:52. Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang
CONTOH PENGGUNAAN SALAM
Salam sebagai Sambutan Kedatangan dan Sambutan Perpisahan
Salam
kadang-kadang digunakan untuk menyambut tamu yang dihormati. Contoh
pemberian salam sebagai sambutan kedatangan tamu yang dihormati adalah
ketika para malaikat menyambut para penghuni surga (16:32).
16:32. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh
para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum,
masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan."
Ucapan salam berbahasa Arab dalam 16:32 adalah salaamun'alaikum.
Salam kadang-kadang digunakan untuk menyatakan ucapan perpisahan. Contohnya ada dalam ayat (43:89).
43:89.
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah: "Salam
(selamat tinggal)." Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang
buruk).
043.089 Fa(i)[s]fa[h] AAanhum waqul sal[a]mun fasawfa yaAAlamoon(a)
Tampak dalam transliterasi 43:89 bahwa Nabi Muhammad diperintahkan mengucapkan salam dengan ”sal[a]mun” atau “salaamun” yang oleh penerjemah ucapan itu diterjemahkan dengan “salam”.
Salam sebagai Ucapan Penghormatan
Nabi Ibrahim mengucapkan salam kepada bapaknya sebagai ungkapan rasa hormat (19:47).
19:47. Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku
”Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu” adalah terjemahan dari ucapan salam dalam bahasa Arab ”salaamun'alaika”. Agar lebih jelas, ada baiknya disajikan transliterasi ayat tersebut.
019.047 Q[a]la sal[a]mun AAalayka saastaghfiru laka rabbee innahu k[a]na bee [h]afiyy[a](n)
Selain itu, penggunaan “salaam” sebagai bentuk penghormatan juga digunakan dalam penyambutan para penghuni surga (14:23).
14:23.
Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam
syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu
ialah "salaam".
PERINTAH PEMBALASAN PENGHORMATAN
Allah
memerintahkan kepada kita untuk membalas penghormatan yang diberikan
orang lain dengan penghormatan yang lebih baik atau paling tidak sama
(4:86).
4:86.
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau
balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu.
Oleh karena salam dapat untuk menyatakan rasa hormat kepada seseorang, kita wajib membalas salam semacam itu.
BAHASA YANG DIGUNAKAN DALAM UCAPAN SALAM
Dalam
berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa yang dipahaminya. Orang
Indonesia berbahasa Indonesia, orang Inggris berbahasa Inggris, atau
orang Arab berbahasa Arab. Penggunaan bahasa Arab dalam Al Qur’an bukan
berarti bahwa Allah menghendaki agar bahasa Arab harus digunakan oleh
semua manusia. Bahasa Arab digunakan dalam Al Qur’an karena kaum Nabi
Muhammad berbahasa Arab (14:4). Tujuannya adalah agar kaum Nabi Muhammad
dapat memahaminya (43:3).
14:4.
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka
Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana.
43:3. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).
Bahasa
Arab bukanlah bahasa agama islam melainkan bahasa orang Arab. Bahasa
agama islam bervariasi tergantung pada bahasa yang dipahami nabinya.
Oleh
karena itu, dalam memberi salam kepada orang lain, kita tidak harus
menggunakan bahasa Arab. Sebaiknya, kita menggunakan bahasa orang yang
diberi salam agar orang itu memahaminya dan merasa senang. Sikap inilah
yang dilakukan para malaikat ketika menyalami Nabi Ibrahim. Para
malaikat tidak menggunakan bahasa malaikat melainkan bahasa yang
digunakan Nabi Ibrahim.
Sebagai contoh, orang jawa menggunakan ”kulonuwun” sebagai salam ketika bertamu. Tuan ramah menjawab salam itu dengan ”monggo”. Tidak hanya itu, mereka seringkali menyertainya dengan senyuman dan keramahtamahan. Kulonuwun dan monggo merupakan ucapan salam orang jawa sebagai ekspresi perasaan yang baik dan diberkati.
Orang
Indonesia mengucapkan salam dengan ”selamat pagi”, ”selamat siang”,
”selamat sore”, dll. Salam seperti itu pada dasarnya seperti yang
dilakukan para malaikat ketika bertamu ke rumah Nabi Ibrahim (11:69).
Perbedaannya ada pada penambahan waktu pemberian salam.
11:69.
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang
kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
"Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama kemudian
Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
Dalam
11:69 dijelaskan bahwa para malaikat menyambut Nabi Ibrahim dengan
ucapan salam yang dalam bahasa Indonesia sama dengan ”selamat”.
Berhubung kita diperintahkan taat kepada Rasul Allah, pemberian salam
yang meniru para malaikat adalah dibenarkan karena malaikat adalah Rasul
Allah. Penambahan unsur waktu seperti pagi, siang, atau malam mungkin
berkaitan dengan kenyamanan ketika mengucapkan salam. Jika digunakan
”selamat” saja mungkin agak terasa kurang nyaman. Dengan penambahan kata
”pagi”, ”siang”, ”sore”, dll., pengucapannya menjadi terasa enak karena
terdiri dari dua kata.
Sebagian orang menggunakan ”salam” sebagai ucapan salam. Mereka menerjemahkan ”salaamun” dalam 51:25 menjadi ”salam”.
Sebagian orang lebih menyukai salam dalam bahasa Arab. Ada yang percaya bahwa ucapan salam yang baik adalah ”assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” yang berarti ”semoga
Allah senantiasa memberikan keselamatan, rahmat, dan berkat kepadamu”.
Mereka menilai bahwa ucapan salam seperti ini lebih baik karena
mengandung doa. Namun, perlu diingat bahwa agar benar-benar menjadi doa,
cara pengucapannya pun harus seperti orang sedang berdoa. Allah sudah
memberi petunjuk cara berdoa yang benar (7:56).
7:55. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
7:56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Disebutkan dalam 7:55 dan 7:56 bahwa
ketika berdoa, kita harus bersikap merendahkan diri dan mengucapkan
doanya dengan suara yang lembut. Selain itu, kita harus diliputi
perasaan takut dan harapan atau perasaan harap cemas. Perasaan harap
cemas inilah yang meliputi Nabi Zakaria dan Nabi Yahya ketika berdoa.
21:90.
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya
dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.
Jika
menginginkan salam seperti itu menjadi sebuah doa, yang mengucapkannya
harus sadar bahwa dia sedang berdoa kepada Allah. Adakah orang yang
mengucapkan ”assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”
dengan sikap merendahkan diri dan suara yang lembut serta diliputi
perasaan takut dan harapan atau perasaan harap cemas? Menurut penulis,
jawabannya ”tidak ada”.
Bahkan, kadang-kadang ”assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”
diucapkan dengan suara keras dan sikap yang sama sekali tidak
mencerminkan orang sedang berdoa. Ini sering terjadi ketika seseorang
dipanggung mengucapkan salam tersebut dengan sound system. Yang di depan panggung menjawabnya dengan sekeras-kerasnya seperti berteriak karena tidak memakai sound system. Anehnya, yang di atas panggung justru meminta mengulangi jawaban salam tersebut jika suaranya dianggap kurang keras.
Jika ”assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”
adalah doa, mengapa pengucapannya tidak seperti orang sedang berdoa?
Apakah doa boleh dianggap sebagai sesuatu yang tidak serius? Atau
sesuatu yang bersifat aktivitas sambilan? Jadi, apakah ”assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” dapat menjadi sebuah doa? Apa artinya mengucapkan doa jika yang mengucapkannya tidak sedang berdoa?
Selain itu, dalam ”assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”
terkandung unsur nama Tuhan. Padahal, Allah telah memberi petunjuk
tentang cara menyebutkan nama Tuhan, yaitu dengan merendahkan diri dan
rasa takut serta tidak mengeraskan suara (7:205). Oleh karena itu,
pengucapannya akan semakin sulit jika dikaitkan dengan pengucapannya
sebagai sebuah doa.
7:205.
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
Jika
demikian, bagaimana pemecahannya? Pemecahannya adalah dengan mengikuti
petunjuk Allah dalam Al Qur’an. Jika ingin menggunakan salam berbahasa
Arab karena mungkin akan merasa lebih mantab di hati, kita dapat meniru
salam Nabi Ibrahim kepada bapaknya (19:47), yaitu ”salaamun'alaika” (ditujukan kepada satu orang) atau meniru salam para malaikat kepada para penghuni surga (16:32), yaitu ”salaamun'alaikum” (ditujukan kepada lebih dari satu orang), atau cukup ”salaamun”
seperti yang dilakukan para malaikat kepada Nabi Ibrahim (51:25) dan
yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad (43:89). Intinya, salam
berbahasa Arab itu adalah ”salaamun”. Penambahan ”’alaika” atau ”’alaikum” bersifat pilihan atau opsional.
PENUTUP
Pemberian
salam dilakukan oleh orang yang berkomunikasi dengan orang lain. Salam
wajib diberikan kepada tuan rumah ketika bertamu. Salam yang diberikan
itu adalah suatu bentuk penghormatan yang diberikan kepada orang lain
yang menyatakan perasaan yang baik dan membuat senang orang lain. Salam
dapat berupa perkataan dan perbuatan atau perbuatan saja. Bahasa ucapan
salam tidak harus bahasa Arab. Kita wajib membalas dengan penghormatan
yang lebih baik atau paling tidak sama atas penghormatan yang diberikan
kepada kita.