Apakah anda beriman kepada penulis hadis bernama Bukhari dan Muslim? Jika
jawabannya ”ya!”, maka penghuni neraka terbanyak adalah wanita. Mengapa
bisa begitu? Dalam
http://khairunnisahafizhah.multiply.com/journal/item/27 , disebutkan
bahwa ada hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim yang isinya :
Rasulullah bersabda untuk para wanita:
"Sesungguhnya aku melihat kalian sebagai penghuni neraka terbanyak."
Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya penghuni surga yang paling sedikit jumlahnya adalah kaum wanita."
Orang
yang percaya pada isi kitab hadis harus beriman kepada penulisnya lebih
dahulu. Dalam contoh di atas, penulis kitab hadisnya adalah Bukhari dan
Muslim. Hadisnya berisi berita bahwa penghuni neraka terbanyak adalah
wanita. Orang yang percaya isi hadis tersebut adalah orang yang beriman
kepada Bukhari dan Muslim. Mengapa orang tersebut tidak bisa dikatakan
sebagai orang yang beriman kepada Nabi Muhammad? Jawabannya adalah
karena Nabi Muhammad hanya menjadi tokoh dalam berita itu dan yang
menyampaikan berita itu adalah Bukhari dan Muslim.
Penulis
menggunakan kutipan hadis tersebut untuk menunjukkan bahwa beriman
kepada penulis kitab hadis adalah perbuatan dosa. Al Qur’an terjemahan
yang digunakan untuk membahas adalah karya Dep. Agama RI yang terdapat dalam Al Qur’an Digital versi 2.1.
CARA MEMBACA HADIS
Ketika
membaca hadis, kita tidak boleh terpukau dengan frase ”Rasulullah
bersabda”, ”Nabi bersabda”, dan yang sejenisnya. Jika itu dilakukan,
kita akan seperti tersihir atau terpengaruh dan mungkin beranggapan
bahwa yang bersabda di situ memang benar-benar Nabi Muhammad. Kemudian,
karena kita beriman kepada Nabi Muhammad, lalu kita mempercayai isi
hadis tersebut. Jika demikian, apa yang harus dilakukan? Yang harus
dilakukan adalah menyadari bahwa isi hadis itu dikutip dari suatu kitab
hadis yang ditulis oleh penulis kitab hadis.
Dalam
kutipan hadis di bab pendahulan, penulis kitab hadis itu adalah Bukhari
dan Muslim. Siapakah Bukhari dan Muslim? Apakah mereka Rasul Allah?
Bukan! Oleh sebab itu, kita tidak boleh percaya atau beriman kepada
Bukhari dan Muslim. Konsekuensinya, kita juga tidak boleh percaya pada
isi kitab hadis itu. Jika kita beriman kepada Bukhari dan Muslim, kita
akan termasuk orang yang berdosa karena tidak mematuhi perintah Allah!
Allah sudah memerintahkan kepada kita agar hanya beriman pada manusia
yang menjadi Rasul Allah (57:7).
57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya
dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Berita
bahwa penghuni neraka terbanyak adalah wanita merupakan berita yang
dibuat oleh Bukhari dan Muslim sehingga berita tersebut tidak boleh
dipercaya. Jika kita mempercayainya, kita termasuk orang berdosa. Jika
ada orang yang mempercayainya, orang itu mengingkari ayat Allah dalam
57:7. Bagaimana penilaian Allah terhadap orang-orang yang mengingkari
ayat-ayat Allah? Jawabnya ada di ayat 29:49 berikut ini.
29:49. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.
WANITA PENGHUNI SURGA
Berita
yang wajib dipercaya atau diimani sepenuh hati adalah yang ada dalam Al
Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, Rasul Allah. Menurut Al
Qur’an, wanita yang beriman dan mengerjakan amal saleh akan dimasukkan
surga (4:124).
4:124.
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.
Agar
menjadi orang beriman dan beramal saleh, wanita perlu mempelajari
ajaran Allah dalam Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, para wanita hendaknya tidak boleh beriman
kepada Bukhari dan Muslim dan penulis kitab hadis lainnya karena mereka
bukan Rasul Allah.
BERITA BOHONG
Berita
yang disampaikan Bukhari dan Muslim bahwa penghuni neraka terbanyak
adalah wanita adalah berita bohong yang mencemarkan nama Nabi Muhammad.
Dalam kasus ini, Nabi dijadikan sebagai seorang tokoh yang seolah-olah
tidak mengetahui bahwa sesuatu yang ghaib adalah hanya Allah yang tahu.
Setiap orang mengetahui bahwa peristiwa orang masuk surga adalah
termasuk hal ghaib. Padahal, Nabi Muhammad telah menerima wahyu berupa
Al Qur’an yang menjelaskan bahwa tidak ada orang yang mengetahui perkara
yang ghaib, termasuk Nabi Muhammad, kecuali Allah (72:26, 27:65, dan
6:50).
72:26. (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
27:65.
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila
mereka akan dibangkitkan.
6:50. Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib
dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat.
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah:
"Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu
tidak memikirkan(nya)?"
Sesuatu yang semula ghaib menjadi tidak ghaib setelah Allah menceritakannya dalam Al Qur’an. Hal tersebut tersirat dalam 11:49.
11:49.
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak
(pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Jadi, sekali lagi, berita bahwa penghuni neraka terbanyak adalah wanita merupakan berita bohong yang disampaikan Bukhari dan Muslim. Isi berita itu 100% adalah tanggungjawab Bukhari dan Muslim.
PENUTUP
Beriman kepada Bukhari dan Muslim dan para penulis kitab hadis lainya adalah perbuatan dosa karena mereka bukan Rasul Allah. Kita
hanya diperintahkan beriman kepada manusia yang menjadi Rasul Allah.
Orang yang beriman kepada Bukhari dan Muslim dan para penulis hadis
lainnya telah mengingkari ayat Allah berikut ini.
57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya
dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Jumat, 26 Februari 2010
SK JAKSA AGUNG KEP-169/J.A./1983
PENDAHULUAN
Setelah mendapati bahwa aliran ingkar sunnah dinyatakan sesat oleh MUI, penulis menjumpai berita bahwa ada SK Jaksa Agung Kep-169/J.A./1983 tertanggal 30 September 1983 yang berisi penetapan aliran ingkar sunnah sebagai
aliran sesat.
(http://www.inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=267:telaah-kritis-terhadap-kelompok-inkarsunnah&catid=70:opini&Itemid=104).
Jika berita itu benar, ini berarti bahwa negara Republik Indonesia
pun telah bersikap memusuhi aliran ingkar sunnah. Padahal, orang-orang
yang disebut sebagai pengikut paham aliran ingkar sunnah (pengikut paham
bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman) sesungguhnya adalah
orang-orang yang beriman kepada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an. Apa
yang akan terjadi dengan rakyat Indonesia jika Republik Indonesia telah secara resmi memusuhi orang yang beriman kepada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an?
Makalah ini ditulis untuk menanggapi SK Jaksa Agung tersebut. Tentu
saja dengan asumsi bahwa berita tentang SK tersebut adalah benar. Al
Qur’an terjemahan yang digunakan adalah karya Dep. Agama RI yang
terdapat dalam program komputer Al Qur’an Digital versi 2.1.
ORANG BERIMAN PADA Al QUR’AN TIDAK AKAN TERSESAT
Allah
telah menerangkan dengan amat jelas bahwa Al Qur’an merupakan petunjuk
bagi orang beriman (27:77). Artinya, orang yang beriman pada Al Qur’an
akan mendapatkan petunjuk dari Allah. Dengan kalimat lain, orang yang
beriman pada Al Qur’an tidak akan tersesat.
27:77. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Hal tersebut ditegaskan lagi dengan Firman Allah dalam 45:52.
42:52.
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran)
dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Perlu
diterangkan di sini bahwa ”dia” dalam terjemahan di atas adalah Al
Qur’an, bukan Nabi Muhammad. Penulis sudah mengeceknya di Al Qur’an
terjemahan berbahasa Inggris versi Abdullah Yusuf Ali. Dalam terjemahan
tersebut, ”dia” adalah terjemahan dari ”wherewith” (kata ganti benda).
042.052
And thus have We, by Our Command, sent inspiration to thee: thou
knewest not (before) what was Revelation, and what was Faith; but We
have made the (Qur'an) a Light, wherewith We guide such of Our
servants as We will; and verily thou dost guide (men) to the Straight
Way,-(Text Copied from DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.913)
Jadi,
orang yang beriman pada Al Qur’an tidak akan tersesat. Artinya, orang
yang berpedoman pada Al Qur’an saja juga tidak akan tersesat. Orang yang
menentang hal tersebut termasuk orang-orang yang mengingkari Al Qur’an.
Perlu diingat bahwa orang-orang yang mengingkari Al Qur’an termasuk
orang yang akan celaka dan termasuk orang yang zalim (41:41 dan 29:49).
41:41.
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu
datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya
Al Quran itu adalah kitab yang mulia.
29:49.
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat
Kami kecuali orang-orang yang zalim.
Seperti
sudah disebutkan di muka, orang-orang yang disebut sebagai pengikut
paham aliran ingkar sunnah (pengikut paham bahwa Al Qur’an merupakan
satu-satunya pedoman) sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman
kepada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an. Bagaimana jalan pemikirannya
sehingga orang yang beriman pada Allah, Nabi Muhammad, dan Al Qur’an
telah dinyatakan sesat oleh Republik Indonesia?
Menyatakan
sesat kepada orang yang beriman pada Allah, Nabi Muhammad, dan Al
Qur’an termasuk perbuatan sewenang-wenang dan menganiaya. Mereka yang
dinyatakan sesat tersebut menjadi tertekan kehidupannya dan merasakan
ketakutan di kehidupan nyata. Sikap penguasa yang sewenang-wenang tidak
akan menghadirkan berkah Allah. Kisah kaum ‘Aad dapat menjadi pelajaran
bagi kita semua (69:6 dan 11:59).
69:6. Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,
11:59. Dan itulah (kisah) kaum 'Aad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran).
Mungkin kita sudah lama merenungi bahwa rakyat Indonesia
telah diberi musibah secara silih berganti. Tsunami, gempa bumi,
banjir, tanah longsor, kebakaran, puting beliung, lumpur lapindo, krisis
ekonomi, krisis moral, krisis politik, perselisihan antar warga
masyarakat, terorisme, korupsi, dan lain-lain merupakan fenomena yang
perlu direnungkan. Jangan-jangan, semua musibah yang menimpa kita itu
disebabkan oleh sikap Republik Indonesia yang sejak 1983 secara resmi
telah memusuhi orang yang beriman pada Allah, Nabi Muhammad, dan Al
Qur’an.
Sebagai pihak yang teraniaya, mereka kemudian berhijrah ke dunia maya (internet). Hijrah adalah tindakan yang dianjurkan dalam Al Qur’an jika seseorang dianiaya (16:41).
16:41.
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,
pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan
sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui,
PENUTUP
Jika berita tentang SK
Jaksa Agung Kep-169/J.A./1983 tertanggal 30 September 1983 yang berisi
penetapan aliran ingkar sunnah (aliran yang menggunakan Al Qur’an
sebagai satu-satunya pedoman) sebagai aliran sesat adalah benar,
SK tersebut harus dicabut. Jika ada warga masyarakat yang mengamalkan
ajaran Allah dalam Al Qur’an secara keliru karena keterbatasan
kemampuannya atau sebab-sebab lainnya, kita tidak boleh mengartikan
bahwa Al Qur’an tidak dapat menjadi petunjuk. Barangkali, ada baiknya
kita meresapi, menyelami, dan merenungi ayat 34:50 berikut ini.
34:50.
Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas
kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu
adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat."
Minggu, 07 Februari 2010
FATWA MUI TENTANG INGKAR SUNNAH/ANTI HADIS
PENDAHULUAN
Pada tanggal 27 Juni 1994, MUI (Majelis Ulama Indonesia) membuat fatwa
bahwa aliran yang tidak mempercayai
hadis Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum syari’at Islam, adalah sesat,
menyesatkan, dan berada di luar Islam (http://mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=36).
Meskipun MUI tidak menyebutkan istilah ingkar sunnah, banyak orang mengatakan
bahwa ini adalah fatwa untuk aliran ingkar sunnah atau anti hadis.
Sebenarnya, yang disebut dengan aliran ingkar sunnah atau aliran anti hadis
adalah suatu aliran yang berpaham bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya
pedoman dalam islam. Yang menjadi pertanyaan adalah, ”Benarkah paham yang
beranggapan bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dalam islam adalah
sesat?” Penulis ingin membahas masalah tersebut ditinjau dari Al Qur’an. Al
Qur’an terjemahan yang digunakan untuk menjawabnya adalah karya Dep. Agama RI
yang terdapat dalam program Al Qur’an Digital versi 2.1.
INGKAR HADIS DAN INGKAR PENULIS
KITAB HADIS
Hadis dan penulis kitab hadis merupakan dua istilah berbeda yang berpotensi
menimbulkan penyimpangan dalam islam. Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir (sikap mendiamkan suatu kejadian)
Nabi Muhammad semasa hidupnya. Hadis pada dasarnya merupakan sebagian sunnah
Nabi. Definsi sunnah atau as sunnah dalam
http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/20 adalah semua informasi
tentang Nabi Muhammad yang mencakup perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi
pekerti, dan perjalanan hidup selama hidupnya. Makalah ini menekankan pada hadis Nabi untuk
menyesuaikan fatwa MUI.
Berdasarkan definisi hadis dalam alinea sebelumnya, hadis memang
benar-benar ada karena Nabi Muhammad pernah ada dan pernah hidup di dunia ini.
Orang yang percaya pada Nabi Muhammad pasti percaya terhadap eksistensi hadis.
Sebagai manusia, pada saat itu beliau berkata-kata, berbuat sesuatu, bersikap
terhadap sesuatu, dan melakukan segala aktivitas kehidupan lainnya. Orang yang
mengingkari hadis adalah orang yang tidak percaya pada eksistensi Nabi
Muhammad. Sangat beralasan apabila orang yang tidak percaya pada keberadaan
hadis disebut kafir.
Yang menjadi masalah adalah bahwa hadis yang diketahui oleh manusia
sekarang ini dijumpai dalam kitab-kitab hadis yang tidak pernah dibaca
dan dikoreksi oleh Nabi Muhammad. Penulis menggarisbawahi kitab-kitab hadis
karena ini merupakan bagian yang jarang diperhatikan orang dan membuat orang
mempunyai persepsi keliru tentang hadis. Perlu diingat bahwa isi kitab hadis
100% menjadi tanggungjawab penulis kitab hadis. Orang yang tidak percaya pada
isi kitab hadis berarti tidak percaya pada penulis kitab hadis, bukan tidak
percaya pada Nabi Muhammad. Dengan kata lain, orang yang tidak percaya pada isi
kitab hadis sesungguhnya termasuk golongan ingkar penulis kitab hadis, bukan
golongan ingkar hadis atau golongan ingkar sunnah.
Ingkar hadis dan ingkar
penulis kitab hadis merupakan dua istilah yang sangat berbeda. Ingkar hadis
berarti tidak beriman pada Nabi Muhammad sedangkan ingkar penulis kitab hadis
berarti tidak beriman pada penulis kitab hadis. Jadi, orang yang tidak percaya
pada penulis kitab hadis tetapi percaya pada Nabi Muhammad tidak termasuk golongan
ingkar hadis. Orang yang percaya pada Nabi Muhammad percaya bahwa Nabi berbuat,
berkata, dan bersikap. Artinya, orang yang percaya pada Nabi Muhammad percaya
bahwa hadis Nabi memang ada.
Orang-orang yang berpaham bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman
dalam islam termasuk orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad. Jadi,
mereka itu tidak ingkar pada hadis, melainkan ingkar pada penulis kitab hadis. Mereka
tidak ingkar pada sunnah tetapi ingkar pada penulis kitab hadis.
Mulai dari sini, kita tidak membicarakan lagi istilah ingkar sunnah atau
ingkar hadis atau anti hadis. Akan tetapi, sejak sekarang, kita akan
membicarakan ingkar penulis kitab hadis. Benarkah orang yang ingkar penulis
kitab hadis adalah sesat?
DEFINISI ALIRAN SESAT
Apa yang dimaksud dengan orang sesat? Menurut Al Qur’an, orang yang sesat
dan orang yang mendapat petunjuk adalah sesuatu yang berpasangan tetapi
berlawanan. Maksudnya, orang yang sesat adalah orang yang tidak mendapat
petunjuk, dan sebaliknya, orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang tidak sesat.
Hal ini tercermin dari ayat-ayat yang menyebutkan sesat dan petunjuk secara
bersama-sama (68:7; 34:50; 16:93; dan 39:41)
68:7. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling
Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
34:50. Katakanlah: "Jika aku sesat maka
sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat
petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat."
16:93. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia
menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
39:41. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al
Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat
petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka
sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu
sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.
Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa orang sesat adalah orang yang tidak
mendapat petunjuk Allah. Yang paling mengetahui orang yang sesat atau mendapat
petunjuk adalah Allah sendiri (68:7).
Bagaimana cara agar mendapat petunjuk? Caranya adalah dengan menggunakan Al
Qur’an sebagai satu-satunya pedoman. Hal itu dijelaskan dalam 45:52 bahwa Allah
memberi petunjuk kepada yang dikehendaki-Nya dengan Al Qur’an (45:52). Disebutkan
pula bahwa Nabi Muhammad (di situ ditulis sebagai ”kamu”) memberi petunjuk yang
lurus dengan Al Qur’an. Penjelasan tersebut sangat jelas dan terang benderang.
Artinya, orang yang berpedoman pada Al Qur’an akan mendapat petunjuk Allah
karena dengan Al Qur’an itulah Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya
yang dikehendaki-Nya.
42:52. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al
Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al
Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami
kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Barangkali ada yang penasaran dengan kata ”dia”
dalam frase ”Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki”? Apakah
ada yang mengira bahwa ”dia” itu Nabi Muhammad? Terjemahan ayat tersebut versi Dr. Shehnaz Shaikh dan Ms. Kausar Khatri
berikut ini menegaskan bahwa ”dia” adalah bukan manusia karena ”dengan dia”
adalah terjemahan dari ”by which” (bukan manusia).
42:52. And thus We have revealed
to you an inspiration by Our Command. You did not know what the Book is nor
(what) faith is. But We have made it a light by which We guide whom We will of
Our slaves. And indeed, you guide to the Straight Path,
Jika Allah sudah
menjelaskan bahwa Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya dengan Al Qur’an (42:52), tidak ada alasan lagi bagi kita untuk
mencari petunjuk yang lain. Petunjuk Allah 100% ada dalam Al Qur’an. Orang yang
mengikuti ajaran Allah dalam Al Qur’an tidak akan tersesat karena Al Qur’an
merupakan petunjuk bagi orang yang beriman (27:77). Ayat tersebut harus diartikan bahwa Allah
menghendaki Al Qur’an sebagai satu-satunya pedoman dalam islam agar tidak
tersesat.
27:77. Dan sesungguhnya
Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.
Al Qur’an juga menegaskan bahwa orang yang mengikuti petunjuk Allah tidak akan
sesat dan tidak akan celaka (20:123). Sudah dijelaskan pula dalam 22:77 bahwa
Al Qur’an adalah petunjuk Allah. Kitab hadis karya penulis kitab hadis bukan
petunjuk Allah. Jadi, orang yang beriman kepada Al Qur’an saja tidak akan sesat
dan tidak akan celaka.
20:123. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika
datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aliran yang berpaham bahwa Al
Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dalam islam atau aliran ingkar penulis
kitab hadis adalah tidak sesat.
PENUTUP
Mengapa orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an dinyatakan sesat oleh MUI
hanya karena mereka tidak beriman kepada penulis kitab hadis? Bukankah penulis
kitab hadis tidak mempunyai kedudukan apa pun di sisi Allah? Bukankah manusia
yang wajib diimani hanya Rasul Allah (57:7)?
57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Petunjuk selain Al Qur’an rawan terhadap tipu daya syaitan sehingga para
penggunanya dapat keluar dari jalan yang benar meskipun mereka menyangka
mendapat petunjuk (43:37).
0 komentar:
Post a Comment